Sukses

Pengakuan Bomber Boston: Pemerintah AS Bunuh Orang Tak Bersalah

Dzhokhar Tsarnaev membuat pengakuan di dalam dinding dan langit-langit di perahu tempatnya bersembunyi.

Kabar anyar datang dari bomber Boston Marathon, Dzhokhar Tsarnaev. Pemuda 19 tahun itu diperkarakan dengan lebih banyak dakwaan, 30 poin, termasuk menggunakan senjata pemusnah massal, mengebom lokasi tempat berkumpul publik, dan menyebabkan kematian.

Sebagian besar dakwaan memang diungkap April 2013 lalu, namun, untuk  dakwaan pembunuhan seorang anggota polisi dan membajak kendaraan bermotor saat percobaan bunuh diri yang menewaskan kakaknya, Tamerlan Tsarnaev, termasuk dakwaan baru.

Juri mengatakan, imigran asal Chechnya, itu juga diduga membuat pengakuan di dalam dinding dan langit-langit di perahu tempatnya bersembunyi, sebelum akhirnya ditangkap dalam kondisi berdarah-darah.

Salah satu pengakuannya adalah, "Aku tak ingin membunuh orang-orang tak bersalah."

Namun, ia diduga juga menulis kalimat yang mempersalahkan Pemerintah Amerika Serikat. Demikian bunyinya: "Pemerintah Amerika Serikat membunuh orang-orang tak bersalah. Aku tak bisa membiarkan kejahatan seperti itu tak dihukum. Kami, Muslim, adalah satu kesatuan, satu orang disakiti, semua akan merasakannya. Stop membunuh orang tak bersalah. Kami akan menghentikannya."

Bukti lebih jauh mengarah pada dugaan, Tsarnaev bersaudara secara rinci merencanakan pengeboman ganda, untuk "mengelupas kulit, memporakporandakan tulang, dan menyebabkan rasa sakit dan penderitaan tak terperi pada korban. Juga kematian".

Mereka diketahui membeli selongsong mortir berisi bubuk peledak dari sebuah toko kembang api. Juga terungkap mereka memesan komponen elektronik yang biasa digunakan untuk merangkai bom via internet.

Hasilnya: maut. Tiga orang tewas, dan 260 lainnya terluka, bahkan di antaranya kehilangan anggota tubuhnya, saat bom kembar berwadah panci presto meledak di dekat garis finis.

Tamerlan tewas ditembak polisi empat hari setelah kejadian. Dokumen pengadilan juga mengonfirmasi bahwa Dzhokhar secara tidak langsung berkontribusi atas kematian kakaknya-- karena melindasnya dengan mobil selama drama penembakan.

Inspirasi dari "Inspire"

Tsarnaev bersaudara punya akar dari wilayah Rusia yang sering dilanda konflik, Dagestan dan Chechnya, kemudian diduga direkrut kelompok ekstremis Islam.

Namun, sejauh ini tak ditemukan bukti keterkaitan dengan kelompok militan di luar negeri.

Indikasi justru mengarah ke keterlibatan internet -- yang memainkan peran sentral dalam radikalisasi para tersangka.

Suatu masa sebelum penyerangan, Dzhokhar mengunduh Inspire edisi 2010 -- majalah online Al Qaeda edisi Bahasa Inggris. Edisi itu mengupas tuntas bagaimana membuat sebuah bom menggunakan panci presto, bahan peledak yang diekstraksi dari kembang api yang dicampur benda-benda tajam semisal paku.

Ia juga diketahui mengunggah sejumlah literatur ekstrem lainnya, termasuk yang menganjurkan kekerasan. Salah satunya yang disampaikan Anwar al-Awlaki, yang tewas dalam serangan tanpa awak AS. (Ein/Sss)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini