Sukses

Putin: Jangan Bawa Pemakan Jantung Manusia Suriah ke Perundingan

Rusia diketahui mendukung rezim Bashar al-Assad. Sementara negara Barat pro-pemberontak.

Presiden Rusia Vladimir Putin, yang  terkenal dengan humor garingnya, mengaku berharap pihak oposisi Suriah tak mengirim anggotanya yang makan organ manusia, ke meja perundingan. Bicara dalam pertemuan puncak Uni Eropa-Rusia, Putin mengaku melihat aksi mengerikan seorang pemberontak yang menarik jantung musuhnya, dan memakannya.

"Aku harap peserta negosiasi macam itu tak bakal muncul di Jenewa 2," kata Putin, merujuk pada usaha kedua yang dilakukan untuk mengakhiri krisis Suriah di meja perundingan langsung di Jenewa, seperti dimuat News.com.au, Rabu (5/6/2013).

"Jika tidak, akan sulit bagi saya untuk menjamin keselamatan delegasi Rusia. Dan pastinya sulit untuk bekerja sama dengan orang macam itu."

Dalam sebuah aksi yang terekam dalam sebuah video yang diunggah ke YouTube, terlihat seorang pria sedang memotong jantung prajurit yang terkapar tak bernyawa. Ia menyobek dada tentara Suriah menggunakan pisau kecil. Kemudian mengambil jantung dan memakannya di depan kamera.

"Demi Tuhan, aku akan memakan jantungmu, tentara Bashar!" maki pemberontak tersebut dengan bahasa kasar, seperti dimuat CNN, pertengahan Mei lalu.

Organisasi hak asasi manusia yang berbasis di Amerika Serikat, Human Rights Watch (HRW) mengidentifikasi pelaku sebagai Abu Sakkar, pemberontak terkenal dari Kota Homs. Namun kini diketahui, pemakan jantung itu bernama Khalid al Hamad.

Kembali ke perundingan, rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad secara prinsip, setuju menghadiri perundingan. Sebaliknya, oposisi Koalisi Nasional utama menolaknya, sampai tuntutan utama terpenuhi.

Koalisi Nasional diakui oleh banyak pemerintah Barat dan Arab sebagai wakil sah satu-satunya rakyat Suriah. sementara Rusia mendukung rezim Presiden Assad.

Perkembangan terakhir dari Rusia, Prancis mengaku sedang menguji sampel yang diambil dari Suriah. Yang akan membuktikan rezim Presiden Bashar al-Assad telah menggunakan bahan kimia senjata gas sarin pada rakyatnya sendiri. (Ein/Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.