Sukses

Kata-kata Terakhir Bomber Boston Untuk Ibunya: FBI Meneleponku..

Intelijen Rusia memperingatkan AS pada awal 2011 lalu bahwa Tamerlan Tsarnaev mungkin anggota kelompok Islam radikal.

Apa sesungguhnya yang ada di pikiran dua bersaudara Tamerlan dan Dzhokhar Tsarnaev saat meledakkan dua bom kembar dalam ajang Boston Marathon. Namun, yang pasti, ibu mereka, Zubeidat Tsarnaeva mengaku, putra tertuanya sempat meneleponnya Kamis pagi sebelum tewas ditembus timah panas polisi.

Pada ibunya, ia mengaku menerima telepon dari FBI. "Ia menelepon saya setiap hari di saat-saat terakhir," kata Zubeidat dalam wawancara telepon dari rumahnya di Dagestan, seperti dimuat Sydney Morning Herald, Senin (22/4/2013). "Selama pembicaraan kami pagi itu (sebelum Tamerlan ditembak mati), perkataannya sangat menyentuh dan lembut, sekaligus bernada khawatir."

Zubeidat menambahkan, anaknya menyebut-nyebut soal FBI. "Ia mengatakan mendapatkan panggilan dari FBI, mereka mengatakan bahwa ia dicurigai dan harus melapor."

Lantas, Tamerlan mengatakan pada ibunya, 'jika mmebutuhkanku, mama akan menemukanku," demikian ditirukan Zubeidat, sesenggukan. "FBI menguntitnya selama beberapa tahun. Setelah ia pulang dari Dagestan tahun lalu mereka menghubunginya untuk bertanya, apa tujuannya mengunjung kampung halamannya."

Hari berikutnya, Zubeidat mengaku, putrinya Bella menelepon. Memintanya menyalakan televisi. "Sekarang televisi menyala sepanjang waktu," kata dia.

Zubeidat menambahkan, dia dan suaminya akan ke AS, untuk membersihkan nama baik anak-anak mereka. Kata dia, saudara kandung suaminya adalah seorang pengacara perusahaan minyak besar -- yang akan membantu mencarikan pembela untuk Dzhokhar.

Rusia Sudah Memperingatkan

Sementara, Mike Rogers, anggota kongres dari Michigan, yang juga mantan agen FBI mengatakan, FBI telah melakukan pekerjaan yang teliti -- memeriksa Tamerlan sejak intelijen Rusia memperingatkan, awal 2011 lalu bahwa Tamerlan Tsarnaev mungkin anggota kelompok Islam radikal.

Meski kecolongan, Roger mengaku tak berpikir, FBI telah melewatkan fakta penting atau sengaja mengabaikannya.

Sementara, sebuah kelompok militan di Dagestan Minggu lalu mengeluarkan pernyataan, membantah terlibat dalam pemboman di Boston.

"Mujahidin Kaukasia tak berperang melawan Amerika," kata kelompok yang mengatasnamakan diri sebagai Caucasus Emirate. "Kami bertempur melawan Rusia."

Menurut Tatiana Kasatkina, direktur eksekutif Memorial, organisasi HAM berbasis di Moskow, pernyataan kelompok militan itu mungkin ada benarnya. Sebab, AS tak berkepentingan soal pemberontakan di Kaukasus Utara.

"AS tan mendukung Rusia terkait konflik regional. Bahkan kerap melancarkan kritik pada pemimpin Rusia atas pelanggaran HAM di masa konflik," (Ein)


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.