Sukses

Ayah Bomber Boston: Ini Konspirasi...FBI Menjebak 2 Putraku!

Orang tua terduga bomber Boston bersikukuh anak-anak mereka tak bersalah.

Hanya beberapa jam setelah FBI merilis gambar dua terduga pelaku bom kembar di ajang Boston Marathon, perburuan pun dilakukan atas Tamerlan Tsarnaev (26) dan adiknya, Dzhokhar Tsarnaev (19). Tamerlan tewas ditembus peluru panas polisi, sementara Dzhokhar kini masih dikepung.

Meski aparat yakin benar keduanya bertanggung jawab atas insiden teror yang menewaskan 3 orang dan melukai lebih dari 180 orang, orang tua mereka bersikukuh dua putranya tak bersalah.

Ibu dua tersangka, Zubeidat Tsranaeva yang tinggal di arena Makhachkala, Rusia mengatakan, tak masuk akal dua putranya bertindak keji. Ia justru balik menuduh, FBI telah menjebak mereka.

Sang ayah pun demikian, Anzor Tsamaev dengan penuh emosi berteriak, "Mereka tak akan melakukan hal seperti itu, tak akan pernah!"

Anzor menuding kedua putranya dijebak, namun ia tak menjelaskan secara detil tuduhannya itu. Ia hanya mengatakan, jika putra keduanya juga tewas dalam penyergapan polisi, ia akan menganggapnya sebagai bukti adanya konspirasi.

"Jika mereka (polisi) membunuhnya, semua pihak akan rugi," kata dia kepada ABC News, seperti dilansir Daily Mail, (19/4/2013).  "Jika mereka membunuh putra keduaku, jelas ini pekerjaan orang dalam. Polisi yang harus dipersalahkan."

Yang mengejutkan, Anzor mengaku berkomunikasi dengan dua putranya kemarin. Beberapa hari setelah insiden bom terjadi. "Semuanya baik-baik saja, Ayah. Baik-baik saja," kata dia menirukan perkataan dua putranya.

Jika bisa tersampaikan, Anzor ingin mengatakan pada putranya yang masih hidup, agar ia menyerah. "Menyerahlah, menyerah. Kau masih punya masa depan cerah. Pulanglah ke Rusia." Menurut Anzor, putranya Dzhokhar adalah "malaikat".

Anzor juga menyesalkan anaknya, Tamerlan yang tewas. "Aku sangat depresi! Mengapa mereka membunuh putraku? Pasti ada yang salah! Anak-anakku tak pernah mengebom. Mereka benci senjata, bagaimana mereka mengebom?," kata dia kepada People. Seharusnya aparat menangkapnya, tidak membunuhnya.

Senada, ibu dua tersangka, Zubeidat juga menudung FBI sengaja menjebak dua putranya.

Ia mengatakan, putranya, Tamerlan, menjadi relijius 5 tahun lalu. Zubeidat mengklaim, ia dianggap sebagai "pemimpin" sebuah gerakan dan menjadi incaran FBI. "FBI tahu segalanya apa yang dilakukannya," kata dia. "Dua putraku sama sekali tak bersalah."

Zubeidat mengatakan, dua putranya sangat komunikatif dan sering menghubunginya, menceritakan apa saja yang terjadi dalam hidup mereka. "Anak-anakku tak akan menyimpan rahasia dari aku."

Pengakuan Mengejutkan Paman

Namun gambaran manis yang diutarakan orang tua para tersangka bomber bertolak belakang dengan pengakuan paman mereka.

Alih-alih kecewa dengan kematian keponakannya di tangan aparat, pamannya, Ruslan Tsarni yang tinggal di Maryland menyebut Tamerlan sebagai "pecundang" dan pantas mati. Sementara Dzhorkhar disebutnya sebagai anak yang pendiam."Saya berharap mereka tidak pernah ada," kata dia kepada stasiun lokal Boston, WBZ.

Ruslan Tsarni mengatakan, dua bersaudara telah tinggal di Amerika selama hampir satu dekade,  sejak pindah dari Chechnya, Rusia.

Ruslan mengaku tak bicara dengan mereka sehak 2009 lalu, bahkan mengaku tak mengenali dua bersaudara itu dari foto yang dirilis FBI Kamis pagi lalu. "Aku tak bisa berkata-kata....terkejut," kata dia. "

Ruslam mengatakan, apa yang dilakukan dua tersangka bomber ikut mencoreng nama baik keluarganya.

Sementara, bibi dua anak itu, Maret, seorang ahli bedah kini tinggal di Kanada. Ia mahsyur sebagai ahli bedah di medan perang di Chechnya, yang kisahnya ditulis dalam buku.

"Ini adalah tragedi besar untuk keluarga kami. Dua anak kakakku, mereka tumbuh terlalu cepat.." kata dia kepada Toronto Sun.

Maret menceritakan, kakaknya, Anzor terlalu memaksakan harapannya pada putra-putranya -- dan kecewa berat saat Tamerlan drop out dari kampusnya.

Dan meski mengakui Tamerlan mulai menjadi muslim yang taat dua tahun lalu, selalu salat 5 kali sehari, pria 26 tahun itu menikahi seorang perempuan dari keluarga Kristen. "Apa yang mereka lakukan tak ada kaitannya dengan agama," tegas Maret.(Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.