Sukses

7 Pembunuh Sadis Ganti Kelamin Jadi Perempuan di Balik Sel

Mereka para kriminal sadis, tega membunuh korbannya dengan cara mengerikan. Namun, mereka memutuskan untuk ganti kelamin. Mengapa?

Mereka para kriminal sadis, tega membunuh korbannya dengan cara mengerikan. Namun, entah kenapa, di balik penjara para narapidana pria ini memutuskan untuk mengubah jenis kelaminnya. Menjadi perempuan.

Salah satunya, pria asal Amerika Serikat, Robert "Michelle" Kosilek, dilempar ke balik jeruji penjara karena membunuh istrinya sendiri. Beberapa waktu kemudian, namanya muncul lagi dalam headline. Bukan karena kejahatannya, namun terkait permohonannya, meminta bantuan negara untuk mengubah kelaminnya. Sebuah fenomena yang membuat publik AS tercengang.

Robert tak sendirian. Australia juga punya kisah serupa. Bahkan lebih dari satu.


Lesley 'Krista' Richards





Ia menjalani prosedur orchiectomy (pengangkatan testis) saat berada di penjara Adelaide, ia ditahan karena pelanggaran hukum. Richards lantas mengeluhkan otoritas penjara yang melarangnya menggunakan pakaian perempuan di penjara.


Noel Crompton/Maddison Hall




Dengan sadis ia menembakkan pistol ke tenggorokan korbannya, peluru tembus hingga bagian belakang kepala. Gara-gara kesepakatan jual beli narkoba yang mengecewakannya. Vonis 22 tahun bui dijatuhkan hakim atas perbuatan sadisnya itu.

Ketika menjalani hukuman di penjara, ia mengajukan permohonan bantuan dana untuk mengubah jenis kelaminnya. Noel mengaku sebagai perempuan yang "terjebak" dalam tubuh pria.

Meski narapidana transgender tetap bisa tinggal dan mungkin menjadi "pacar" napi lain, Noel yang berubah nama jadi Maddison Hall minta pindah ke penjara perempuan.

Namun, di penjara dengan keamanan maksimum khusus perempuan, ia malah punya cap sebagai predator seksual dan kembali didakwa karena memperkosa rekan satu selnya. Ia lantas dikembalikan ke penjara pria.

Dengan kompensasi hasil menggugat otoritas penjara New South Wales, Noel alias Maddison mendapatkan dana 25 ribu dolar Australia -- yang ia gunakan untuk mendanai operasi ganti kelaminnya. Ia dibebaskan dari bui tahun 2010.

Paul Wayne Luckman/Nicole Louise



Hal serupa menimpa Paul Luckman, mantan tentara. Bersama pacar sesama jenisnya, Robin Reid, mereka menjadi pelaku salah satu pembunuhan anak paling sadis dalam sejarah Australia.

Pada 4 Mei 1982, patner jahat itu membunuh dua bocah pria dengan sadis dan dihukum 24 tahun. Keduanya ditahan di penjara terpisah.

Di penjara, Paul berubah menjadi Nicole Louise Pearce. Kini, setelah bebas dengan jaminan pada tahun 1999, ia hidup sebagai perempuan di Victoria.


Geoffrey Ian Websdale


Geoffrey Ian Websdale ditangkap karena mengamuk di sebuah cottage pada 7 November 1989. Kala itu, saat usianya 21 tahun,  ia menembak gadis yang menolak cintanya Deborah Astill (19) hingga cedera parah, membunuh dua orang lainnya, dan menyebabkan seorang pemuda lumpuh.

Sekitar tahun 2005, di penjara negara bagian New South Wales, ia mulai berdandan. Mengganti stelan hijau narapidana menjadi rok. Geoffrey juga memanjangkan rambutnya yang keriting dan mulai menyebut dirinya sendiri sebagai Michelle.


Donald Geoffrey McPherson

Ia dinyatakan bersalah dalam kasus pembunuhan pada tahun 1978 dan diganjar 50 tahun penjara.

Di penjara New South Wales, ia mulai menyebut dirinya sebagai perempuan dan mengubah namanya menjadi Kimmie McPherson.


Paul Denyer


Pembunuh berantai asal Victoria itu diganjar hukuman seumur hidup karena membunuh tiga gadis muda di Frankston, Victoria pada tahun 1993.

Kini, ia sedang berjuang untuk mendapatkan izin otoritas penjara agar bisa memakai rias wajah dan pakaian perempuan dalam penjara.


Mengapa Fenomena Itu Bisa Terjadi?

Psikolog forensik, Dr Chris Lennings mencoba menjelaskan mengapa para kriminal sadis dan sangar mengubah diri mereka menjadi perempuan -- yang dianggap lebih lembut.

Ahli itu mengatakan, narapidana yang mengubah gender mereka dan memilih identitas baru, mencoba untuk menanggalkan hal-hal yang tak disukai pada diri mereka sendiri -- bisa jadi termasuk perilaku jahat dan koneksi dengan pelaku kekerasan lain.

"Ada serangkaian faktor yang kompleks soal identitas ketika seseorang memutuskan melakukan operasi transgender," kata dia, seperti dimuat News.com.au, Kamis (11/4/2013).

"Ketika seseorang merasa terjebak dalam tubuh laki-laki, mereka bisa marah, jahat dan agresif. Dan ketika melakukan transformasi gender, ada perasaan lega yang mereka rasakan dengan identitas barunya."

Perubahan gender itu juga bisa jadi berkaitan dengan penolakan kuat atas masa lalu mereka, mencoba untuk melepaskan diri dari periode kekerasan dalam hidup sebelumnya.

"Mereka ingin membentuk ikatan baru, teman baru, nama baru, dan menemukan lingkungan baru yang lebih bisa menerimanya." (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.