Sukses

Konflik Sabah, Janda Sultan Sulu ke-34 Tawarkan Diri ke Malaysia

"Aku hanya minta pada pihak Malaysia, tolong, jaga keluargaku. Aku tak ingin ada pertumpahan darah."

Sabah menjelma menjadi medan pertempuran antara Tentara Diraja Malaysia dan pasukan loyalis Sultan Sulu yang mengklaim wilayah di Kalimantan Utara itu sebagai milik nenek moyangnya.

Pertumpahan darah tak bisa dihindari, setidaknya 27 nyawa terenggut -- 19 di pihak Sultan Sulu dan 8 dari polisi Malaysia.  Selasa dini hari tadi, pihak negeri jiran bahkan melancarkan serangan fajar, mengerahkan pesawat tempur untuk membombardir kawasan yang diduga kamp pasukan loyalis.

Di tengah situasi yang makin pelik, muncul janda sultan sebelumnya, Sultan Sulu ke-34. Ia menawarkan diri untuk dijadikan "utusan khusus" dalam negosiasi dalam yang melibatkan semua pihak. Namun ia menegaskan, keluarganya berhak tinggal di wilayah yang disengketakan.

Dr Merriam Kiram, istri almarhum Sultan Mohamad Mahakuttah Kiram juga meminta Pemerintah Filipina tak mengabaikan pihak Kesultanan Sulu dalam rencana perdamaian dan pembangunan di Mindanao. Menegaskan apa yang pernah diungkapkan Sultan Jamalul Kiram III -- yang kini memerintah -- bahwa pihaknya ditinggalkan dalam perundingan antara Pemerintah Filipina dan Moro Islamic Liberation Front (MILF).

"Aku menawarkan diri sebagai utusan dalam negosiasi dengan para pihak," kata Merriam dalam konferensi pers Senin kemarin, seperti dimuat situs Philippine Daily Inquirer, Selasa (5/3/2013).  Itu merupakan penampilan perdananya di depan publik sejak konflik Sabah yang dimulai tiga minggu lalu.

Ia yakin, dengan pendekatannya, para pihak akan bersedia duduk bersama di meja perundingan untuk menyelesaikan masalah dengan baik. "Untuk membuat solusi yang bisa diterima semua pihak, win-win solution."

Merriam mengatakan, ia telah tinggal di Malaysia selama 25 tahun dan telah melakukan banyak pembicaraan dengan pihak negeri jiran. Bahkan sebelum aksi pendudukan Sabah dimulai.

Dia menceritakan, dalam pembicaraan dengan pihak Malaysia, ia berusaha memenuhi wasiat suaminya yang memintanya "mengusahakan pengembalian aset Kesultanan Sulu". Namun, Merriam tak menyebut secara rinci apa yang ia ungkapkan ke pihak Malaysia. "Aku hanya minta pada mereka, tolong, jaga keluargaku. Aku tak ingin ada pertumpahan darah."

Merriam mengatakan sisinya keluarga, di antara sembilan pewaris kesultanan, tidak dimintai konsultasi tentang tindakan Sultan Jamalul.

Meski tak setuju dengan cara mereka, Merriam membela tindakan loyalis Sultan. Kata dia, mereka ke Sabah "hanya untuk tinggal di sana" dan tidak bersenjata lengkap seperti yang dilaporkan. Sepengetahuannya hanya 3 dari 200 orang yang dipersenjatai.

Tak Akan Menyerah

Sebelumnya, Sultan Sulu, Jamalul Kiram III menegaskan pihaknya tak akan menyerah. Permintaan Presiden Filipina pun ia tepis.

"Satu-satunya yang mereka tahu adalah menyerah. Mengapa kami harus menyerah di kampung halaman kami sendiri?," kata dia.

Saudaranya, Rajah Mudah Agbimuddin Kiram yang memimpin pasukan di Tanduao, Sabah juga punya tekad sama. Dalam pesan singkatnya Sabtu lalu pada Sultan, ia mengatakan seluruh laskarnya siap mati.

"Setelah kami memakamkan sembilan saudara dan saudari kami saat matahari terbenam. Kami, 224 orang yang tersisa, memutuskan mati di Lahad Datu demi mengejar mimpi dan aspirasi rakyat Sulu," demikian pesan yang dikirim Agbimuddin. (Ein)


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.