Sukses

'Malaysia Butuh Sosok Seperti Jokowi'

Seorang warga Malaysia menulis opini berjudul, "Wanted badly: A Malaysian Jokowi". Memuji Jokowi, mengkritik habis sistem politik negeri jir

Nama Jokowi kembali go international. Setelah sebelumnya Media ternama Inggris, BBC memajang sosok Jokowi di headline dengan sebutan "Jakarta's Obama", kini nama Jokowi dielu-elukan seorang warga Malaysia dalam sebuah tulisan yang dimuat di Media Negeri Jiran itu, The Malay Mail.

Secara singkat, warga Malaysia penulis rubrik opini Syed Nadzri menyebut sosok Jokowi sangat dibutuhkan Malaysia. Dalam tulisan berjudul "Wanted badly: A Malaysian Jokowi", ia memadukan kondisi perpolitikan di negerinya yang semakin memburuk menjelang pemilihan umum pada April mendatang dengan sepak terjang Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta -- yang dikutip dari majalah The Economist.

"Jokowi lebih menekankan kerja nyata daripada sibuk dengan urusan politik," demikian cuplikan singkat tulisan Syed, seperti dikutip dari The Malay Mail, Kamis (21/2/2013).

Berikut tulisan 'opini' lengkap Syed Nadzri dalam artikel "Wanted badly: A Malaysian Jokowi".

Dalam situasi penuh gejolak politik, kita, warga Malaysia  perlu melakukan langkah antisipasi. Kita memerlukan sosok yang seperti Jokowi. Ia sangat menginsipirasi -- senantiasa melayani masyarakat sebagai pejabat terpilih.

Siapa Jokowi?

Jokowi. Nama lengkapnya Joko Widodo. Di sini, tak banyak yang mengenalnya, dia adalah Gubernur DKI Jakarta. Ini bukan lelucon. Dia bukan pemimpin biasa. Buktinya, ia berhasil menjadi walikota terbaik ketiga di dunia.

Ia adalah Walikota Solo sebelum menjabat di Jakarta.

Kisah Jokowi terus diangkat di berbagai media asing, termasuk The Economist dan The Wall Street Journal. Permintaan untuk memberitakan sosoknya juga sering masuk ke inbox e-mail beberapa organisasi.

Di tengah situasi politik Malaysia yang sedang gonjang-ganjing dan krisis kepercayaan diri, sosok dan kisah Jokowi  berpengaruh besar terhadap perubahan di wilayah lain.

Mengutip artikel The Economist edisi 26 Januari 2013, sejak menjabat Gubernur DKI Jakarta pada akhir Oktober, Joko Widodo mulai dikenal sebagai sosok sederhana dan 'Bapak Perubahan'. Ia berhasil mengubah pandangan masyarakat. Bila dulu orang melihat pejabat identik dengan korupsi, arogan, dan individualis. Jokowi berbeda.

Jokowi sering inspeksi mendadak turun ke lapangan, untuk berbicara langsung dengan warga demi menjamin kesehatan dan pendidikan mereka. Ibu-ibu yang menemuinya sangat senang dan kerap minta foto bareng.

Pada 9 Januari 2013, Jokowi menyusun pembangunan 6 ruas jalan tol dalam kota dan mengumumkan rencana merelokasi pedagang kaki lima untuk mengatasi kemacetan Jakarta yang sudah melegenda.

Pemerintahannya juga telah menyusun proposal untuk membangun terowongan atau waduk air bawah tanah, guna mengatasi banjir yang sering terjadi di ibu kota.

Widodo turun ke lokasi untuk bertindak cepat menanggulangi banjir. Aksi cepatnya membawa angin positif untuk perubahan yang lebih baik. Pada 8 Januari 2013, ia terpilih sebagai walikota terbaik ke-3 versi 2012 World Mayor Project atas kesuksesannya membangun Kota Solo.

Tentu, sebagai pemimpin, ia juga menuai kontroversi, saat menolak proyek US$ 1,6 miliar Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta -- yang telah direncanakan puluhan tahun dan dijadwalkan mulai dijalankan tahun ini.

Sebaliknya, ia menyarankan untuk membangun kembali proyek US$ 495 juta untuk monorail.

Jakarta adalah salah satu dari beberapa kota besar di Asia yang belum memiliki MRT. Banyak warga Jakarta yang berharap pembangunan ini untuk mengakhiri kemacetan.

Para ahli mengatakan monorail yang dibangun mengelilingi pusat bisnis dan perbelanjaan Jakarta tidak akan menyelesaikan masalah, karena transportasi ini tidak terhubung dengan commuter line atau kereta api.

Kini, Widodo berhasil memulai proyek monorail, setelah menekan pemerintah pusat agar memberikan dana hampir 50 persen. Beberapa orang mendukung langkah tersebut. Jokowi memang cerdas. Ia berkompeten. Maka tak heran Widodo disebut-sebut sebagai presiden masa depan.

Haruskah kita berharap untuk seseorang seperti Jokowi disini (Malaysia)? Bukan berarti tidak mungkin. Mungkin hanya bayangan dan baru dalam angan, tapi kita sering merusak impian itu dengan politik kasar.

Kita melihat di sekitar kita begitu banyak orang berjuang untuk mendapatkan keran yang layak dan mendapat pasokan air.

Lihatlah di sekitar kita. Kemacetan lalu lintas setiap hari di Kuala Lumpur, Johor Baru dan Penang telah mengganggu kualitas hidup kita.

Dan, bahkan dengan pembangunan jalur mass rapid transit di Kuala Lumpur, jalan-jalan malah terhambat. Namun sayang, hal ini sudah dianggap biasa. Selain itu, perluasan jalur mass rapid transit malah mengganggu dan menciptakan kekacauan.

Jalan-jalan yang kotor dan penuh dengan lubang. Dan tak seorang pejabat pun yang peduli karena pikiran mereka berfokus pada politik. Lihatlah di sekitar kita. Pencurian dan perampokan semakin marak.

Dua dari tetangga saya di Subang dirampok dalam 1 minggu terakhir. Dan beberapa orang lebih peduli dengan perdebatan indeks kriminalitas.

Kita membutuhkan seseorang seperti Jokowi sini. Dan dia telah memberi bukti yang sangat jelas. Dia tidak ingin menjadi presiden. Hanya ingin melakukan pekerjaan yang jujur. (Riz)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini