Sukses

Rusuh Berdarah di Ulang Tahun Revolusi Mesir, 4 Tewas

Ulang tahun kedua revolusi Mesir, yang menggulingkan Hosni Mubarak dari tampuk kekuasaan, diwarnai protes para pendukung oposisi.

Ulang tahun kedua revolusi Mesir, yang menggulingkan Hosni Mubarak dari tampuk kekuasaan, diwarnai protes para pendukung oposisi di seluruh negeri.   

Aparat kepolisian bentrok dengan penentang Presiden Mohammed Mursi di Kairo, di luar Istana Presiden, dekat Lapangan Tahrir yang bersejarah.

Demikian pula di Kota Alexandria. Massa membakar ban bekas. Polisi pun menembakkan gas air mata, sekitar 10 orang dikabarkan terluka. "Asap hitam mengepul, udara dipenuhi gas air mata. Banyak orang yang tumbang akibat tak bisa bernafas," demikian ungkap salah satu demonstran.

Sementara di Suez, kondisi lebih parah. Empat orang dilaporkan tewas akibat bentrok. Korban tewas tertembus peluru, satu lainnya dalam kondisi kritis.

Belum jelas identitas para korban, apakah bagian dari aparat keamanan atau warga sipil.

Bergeser ke Ismalia, para demonstran membakar markas besar organisasi cabang Ikhwanul Muslimin, partai pendukung pemerintah.

Massa menuduh Presiden Mursi mengkhianati revolusi, tudingan yang dibantah keras Sang Presiden. Mursi meminta rakyatnya tenang dan mengakhiri rusuh, yang selain merenggut korban tewas, juga mengakibatkan 230 orang terluka.

"Revolusi Belum Berakhir"
 
Pada Jumat (25/1/2013), polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan demonstran yang berniat menembus barikade kawat berduri di depan Istana Presiden di Kairo. Tenda-tenda massa juga dibongkar paksa.

Sebelum rusuh terjadi, massa mendirikan titik pengecekan di pintu-pintu masuk Lapangan Tahrir, untuk menverifikasi identitas orang-orang yang masuk. Lainnya memajang foto-foto korban tewas dalam sejumlah protes yang digelar di Mesir, dalam dua tahun.

"Revolusi belum berhenti, terus berlanjut. Kami menolak dominasi salah satu partai di negara ini. Kami menolak negara Ikhwanul Muslimin," kata salah satu pemrotes, Hamdeen Sabahi, seperti dimuat BBC, Sabtu (26/1/2013).

Sementara, salah satu demonstran, Hany Ragy mengaku memilih Mursi dalam pemilu, karena ia tak mau ada bagian rezim lama yang kembali berkuasa. "Namun, Mursi tak menepati janjinya, perekonomian justru kacau,"kata dia.

Sebagai gambaran situasi, jalanan menuju Lapangan Tahrir ke sejumlah gedung pemerintahan dan kedutaan asing diblok dengan dinding beton sejak November lalu.

Massa berusaha menghancurkan salah satu tembok Kamis malam. Hingga Jumat malam ketegangan di kawasan itu belum juga mereda.

Sebelum aksi terjadi, salah satu tokoh revolusi Mohamed ElBaradei, menghimbau massa turun ke jalan. "Aku minta semua orang turut serta, untuk menuntaskan revolusi," kata dia.

Sementara, Ikhwanul Muslimin tidak mengimbau pengikutnya turun ke jalan. Mereka memilih merayakan ultah revolusi dengan mengadakan acara amal dan sosial.(Ein)



* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.