Sukses

Bom Meledak Usai Kedatangan Obama, Enam Tewas

Bom meledak beberapa jam setelah Presiden AS Barack Obama meninggalkan Kabul, Afghanistan, dalam kunjungan mendadaknya untuk menandatangani sebuah perjanjian kerja sama strategis.

Liputan6.com, Kabul: Sedikitnya enam orang tewas dalam serangan bom mobil di Kabul, Afghanistan, Rabu (2/5). Insiden itu terjadi beberapa jam setelah Presiden Amerika Serikat Barack Obama meninggalkan Kabul, dalam kunjungan mendadaknya untuk menandatangani sebuah perjanjian kerja sama strategis.

Ledakan dan kunjungan Obama itu terjadi tepat setahun setelah pasukan khusus AS membunuh pemimpin Al-Qaidah Usamah bin Ladin dalam sebuah penyerbuan di Pakistan [baca: Obama Mendadak Kunjungi Afghanistan].

Militan Taliban, yang dituduh menyembunyikan Usamah dan militan lainnya, dengan cepat merespons dengan mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom mobil bunuh diri tersebut. Serangan Rabu ini merupakan serangkaian ledakan bom terbaru setelah Taliban mengumumkan pihaknya akan memulai serangan lagi pada musim semi.

Kelompok Taliban juga sudah menangguhkan langkah tentatif terhadap pembicaraan damai dengan AS.

Menurut Kepala Kepolisian Kabul Ayoub Salang, sedikitnya enam orang tewas termasuk seorang penjaga suku Gurkha dan lima orang yang lewat di dekat mobil. Kepada Reuters, Salangi mengatakan bahwa ledakan itu terjadi di jalanan Jalalabad, berdekatan dengan lokasi sejumlah benteng militer AS dan markas yang ditempati warga asing.

Para saksi dari Reuters mengatakan pihaknya juga mendengar ledakan bom kedua dari kawasan yang sama sekitar 90 menit setelah ledakan pertama. Kementerian Dalam Negeri mengatakan, sedikitnya dua orang tewas dan ada baku tembak setelah ledakan pertama. Media lokal melaporkan bahwa adanya kekhawatiran bertambahnya korban tewas.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid pun angkat bicara. "Salah satu mujahidin kami menaruh bom di mobilnya yang dekat dengan markas militer AS. Lalu, mujahidin lainnya masuk ke dalam markas untuk perang. Ada banyak korban dari pihak musuh kami," imbuhnya kepada Reuters lewat telepon dari lokasi yang dirahasiakan.(JAY/ANS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.