Sukses

Korsel Minta Korut Hentikan Program Nuklirnya

Korsel menawarkan bantuan pemulihan ekonomi terhadap Korut jika negeri itu mau menghentikan program nuklirnya.

Liputan6.com, Seoul: Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak, meminta pemimpin baru Korea Utara Kim Jong-un untuk kembali berdialog masalah program nuklirnya, Senin (02/01/2012).

Lee Myung-bak mengatakan, pemerintahnya siap menawarkan bantuan yang diperlukan untuk menghidupkan kembali perekonomian yang hancur, jika Pyongyang menunda kegiatan nuklirnya.

"Melalui kesepakatan enam pihak, kami siap untuk meringankan kekhawatiran keamanan Utara (Korut, red), dan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk menghidupkan kembali ekonomi (Korut, red)," kata Lee dalam pidato Tahun Barunya.

Pernyataan Lee muncul setelah Korea Utara meminta warganya untuk berdiri di belakang pemimpin baru Kim Jong-un, dan melindunginya sebagai "perisai manusia", untuk memecahkan masalah kekurangan pangan, dengan menjunjung tinggi kebijakan mendiang ayahnya, Kim Jong-il.

Pemimpin baru Korut Kim Jong-un, saat mengunjungi sebuah divisi militer besar pada Minggu (01/01/2012), yang merupakan kegiatan publik pertamanya sebagai pemimpin baru, menggarisbawahi rencana untuk memerintah negara komunis sebagai pemimpin militer seperti ayahnya.

"Kami berharap akan ada titik balik untuk memecahkan masalah nuklir Korea Utara tahun ini. Jika Korea Utara menunda aktivitas nuklirnya, maka perundingan enam pihak harus segera dilakukan," tambah Lee Myung-bak.

Sementara itu para ahli berpendapat, tidak mungkin negara itu akan mengambil jalan yang secara dramatis berbeda di bawah penguasa baru berusia sekitar 27 tahun, yang diyakini kurang pengalaman.

Lee juga menyerukan "era baru" dari hubungan Utara-Selatan Korea. "Jika Korea Utara datang ke depan dengan ketulusan, kita akan membuka era baru bagi semenanjung Korea bersama-sama. Melalui dialog, kita harus menyingkirkan ketidakpercayaan antara satu sama lain dan bergerak ke arah eksistensi dan kemakmuran bersama," kata Lee.

Sementara dalam pesan Tahun Baru yang diterbitkan koran pemerintah, yang biasanya menyebutkan kebijakan tahunan negara itu, Korea Utara tidak menyebutkan program nuklirnya.

Korea Utara telah berjalan menjauh dari enam arah perundingan perlucutan senjata nuklir pada 2008, setelah inspeksi fasilitas atom yang disepakati pada 2005 dengan Korea Selatan, Amerika Serikat, Jepang, Rusia dan Cina.

Sejak saat itu kembali diserukan pembicaraan, tapi Washington dan Seoul tampaknya enggan untuk buru-buru kembali ke meja perundingan, karena melihat potensi Pyongyang untuk mengingkari kewajiban-kewajibannya.

Ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan kembali meningkat, setelah dua serangan Utara terhadap Selatan menewaskan 50 orang pada 2010. Korut membantah kesalahan dalam penembakan terhadap sebuah pulau di Selatan, dan tenggelamnya sebuah kapal angkatan laut Korea Selatan. (reuters/mla)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.