Sukses

Skandal Kapas Ikut Memicu Keruntuhan Uni Soviet

Menurut data resmi dari awal tahun 1980-an, Uni Soviet memimpin produksi 'emas putih' dunia.

Liputan6.com, Moskow - Investigasi terhadap "skandal kapas" terkenal, yang melibatkan penipuan dan korupsi besar-besaran, membuka mata masyarakat terhadap kondisi ekonomi yang menyedihkan selama periode akhir Soviet.

Kapas adalah bahan baku yang sangat strategis di Uni Soviet. Kapas tak hanya menjadi elemen vital dalam produksi senjata, tapi juga menyediakan pakaian yang terjangkau bagi rakyat.

Menurut data resmi dari awal tahun 1980-an, Uni Soviet memimpin produksi "emas putih" dunia.

Kapas terutama dibudidayakan di republik-republik Asia Tengah Soviet: dari Uzbekistan, Kirgizstan, Turkmenistan, Tajikistan, dan Kazakhstan. Meskipun republik-republik ini bagian dari Uni Soviet, gaya hidup masyarakat di sana sangat berbeda.

Meskipun sosialisme berkuasa di seluruh penjuru kota, banyak pedesaan yang masih menganut tradisi feodalisme, demikian dikutip dari laman RBTH Indonesia, Sabtu (24/3/2018).

Sebagai komoditas vital bagi pemerintah pusat, kapas justru menjadi kutukan nyata bagi beberapa daerah. Sejumlah besar pohon kapas ditanam di Uzbekistan.

Pada Februari 1976, Kepala Republik Sosialis Soviet Uzbekistan Sharaf Rashidov menyatakan bahwa Uzbekistan akan memasok Uni Soviet dengan 5,5 juta ton kapas setiap tahun — naik dari empat juta ton.

Komitmen ini benar-benar menjerumuskan rakyat ke dalam perbudakan. Hampir semua orang terlibat dalam pengumpulan kapas. Anak-anak pun bahkan berhenti bersekolah hingga untaian kapas terakhir dipetik di kebun.

Namun, bahkan dengan pengerahan sumber daya manusia yang maksimal, menanam kapas dengan jumlah sebanyak itu adalah sesuatu yang mustahil.

Untuk menebus kekurangan tersebut, buruh-buruh kapas mulai memasukkan bebatuan ke dalam karung mereka, dan kereta kosong dikirim ke Moskow. Para petugas yang tidak jujur akan menerima suap dan mencatat bahwa kereta yang diterima dalam keadaan terisi penuh.

Seluruh skema itu runtuh setelah kematian Leonid Brezhnev pada 1982. Yuri Andropov kemudian naik ke tampuk kekuasaan, yang selama bertahun-tahun telah mengumpulkan 'kompromat' (mengompromikan bukti) yang melibatkan otoritas Uzbekistan.

Pada 1983, menurut legenda, Andropov menelepon Rashidov dan bertanya berapa banyak kapas yang akan dikumpulkan. Rashidov menderita stroke setelah percakapan ini, tetapi kabarnya ia menenggak racun.

Segera setelah itu, sebuah tim penyelidik pusat dikirim ke Uzbekistan untuk 'membongkar skandal kapas'. Penyelidikan mereka berbuah hukuman penjara panjang bagi semua yang terlibat, dan mereka yang menginisiasi skandal itu diberi hukuman yang sangat berat.

Kehidupan di Uni Soviet terbilang rumit. Mengunci rapat-rapat arus informasi memang sudah menjadi tabiat rezim politik Soviet. Ketika terjadi bencana besar di negara itu, pemerintah tak akan membiarkan masyarakat luas mengetahui apa yang terjadi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.