Sukses

Gara-Gara Ponsel Dikira Senjata Api, Pria Tewas Ditembak Polisi 20 Kali

Liputan6.com, Sacramento - Kekhawatiran terhadap penyalahgunaan senjata api pasca-insiden penembakan di sebuah SMA di Florida membuat operasi keamanan kian ketat dilakukan di banyak wilayah di Amerika Serikat (AS).

Namun, kebijakan yang bertujuan baik itu justru berbalik menjadi petaka, ketika polisi salah menembak seorang pria yang diduga membawa senjata api ilegal.

Dilansir dari Time.com pada Jumat (23/3/2018), sebanyak 20 tembakan peluru melumpuhkan seorang pemuda kulit hitam yang diduga membawa senjata api di Kota Sacramento, California, pada Rabu malam, 21 Maret 2018.

Pemuda yang tewas tertembak itu teridentifikasi bernama Stephon Alonzo Clark, yang menurut keterangan pihak Kepolisian Kota Sacramento, terlihat membobol setidaknya tiga kendaraan, dan kemudian masuk ke sebuah rumah di lingkungan tersebut.

Pembobolan ini pertama kali dilaporkan oleh panggilan 911 yang juga dirilis oleh polisi.

Rekaman video yang dimiliki polisi menunjukkan pria itu sempat memecahkan pintu kaca geser pada sebuah rumah, sebelum kemudian berlari melompati pagar. Meski begitu, video tersebut sama sekali tidak memperlihatkan aksi pembobolan, seperti yang diduga oleh polisi.

Saat polisi berhasil mengepung di halaman belakang rumah kakeknya, pemuda itu tiba-tiba mengacungkan sebuah benda ke arah polisi, yang sekilas terlihat seperti senjata api.

Gertakan polisi yang meminta pemuda itu melepaskan benda yang dipegangnya, tidak digubris. Bahkan, hingga polisi memberikan tiga tembakan peringatan, benda yang kemudian diketahui adalah ponsel itu, terus dipegang olehnya.

Saat polisi maju perlahan mendekatinya, pemuda itu justru mengambi langkah seribu berlari menuju sebuah gang kecil di samping rumah sang kakek.

Polisi pun terpaksa menembak ke arah kakinya. Namun, upaya kabur pemuda tersebut tak terhenti. Karena terus berlari, tembakan pun terus dimuntahkan hingga total sebanyak lebih dari 20 kali, sebelum akhirnya pria berusia 22 tahun itu jatuh ke tanah dan tewas.

Ketika didekati, polisi tidak menemukan satu pun senjata pada pria malang tersebut, kecuali sebuah ponsel yang tergeletak di dekat tangan kanannya.

Ponsel tersebut, setelah diteliti dari rekaman video, ternyata dipegang oleh Alonzo layaknya senjata api, satu hal fatal yang salah diduga oleh polisi.

 

Simak video terkait penembakan di sebuah SMA di Florida berikut: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menuntut Pengusutan Kasus Secara Adil

Menanggapi insiden tersebut, Wali kota Sacramento, Darrel Steinberg, mendesak pihak kepolisian segera mengambil tindakan tegas dan menginvestigasi kasus salah tembak yang dilakukan oleh anggotanya.

"Investigasi harus diselesaikan. Kami membutuhkan lebih banyak informasi selain video (rekaman kamera pengawas), sebelum kami bisa membuat kesimpulan akhir," tegas Steinberg.

Steinberg mempertanyakan tentang prosedur penggunaan kekerasan dalam patroli keamanan yang dilakukan oleh polisi, yakni apakah dibenarkan menembak dengan asumsi sepersekian detik atau tidak.

Para kerabat dari korban tewas tersebut menuntut pihak berwenang segera mengusut tuntas ketidakadilan yang menimpa anggota keluarganya.

"Dia (Alonzo) berada di tempat yang salah, pada waktu yang salah, di halaman belakangnya sendiri? Bagaimana ini bisa terjadi? Seharusnya mereka (polisi) tidak melakukan ini," ujar sang nenek, Sequita Thompson, kepada koran lokal The Sacramento Bee.

Pihak Kepolisian Sacramento mengatakan, belum bisa memastikan jumlah peluru yang ditembakkan ke Alonzo, hingga investigasi terhadap insiden tersebut benar-benar selesai dilakukan.

Sementara itu, komunitas Black Lives Matter cabang Sacramento menyebut insiden ini sebagai "aksi pembunuhan" oleh polisi, dan mendesak tanggung jawab yang adil terhadapnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.