Sukses

Bos Facebook Akui Kesalahan yang Memicu Skandal Cambridge Analytica

Bos Facebook, Mark Zuckerberg, akhirnya mengakui kesalahan, dan dalam sebuah wawancara, dia mengakui menyesal ini terjadi.

Liputan6.com, Washington DC - Bos sekaligus pendiri Facebook, Mark Zuckerberg mengakui bahwa media sosial yang dibangunnya itu 'telah berbuat salah',  yang membiarkan data pribadi puluhan juta penggunanya dieksploitasi untuk kepentingan politis.

Sebagaimana diketahui, puluhan juta data pribadi pengguna Facebook ‘dicolong’ oleh perusahaan konsultan politik Cambridge Analytica, yang kemudian digunakan sebagai senajata untuk mendulang suara dari para klien politiknya.

Dilansir dari BBC pada Kamis (22/3/2018), Zuckerberg pertama kali bersuara menanggapi skandal ini melalui sebuah unggahan di Facebook, yang mengatakan bahwa sebuah ‘pelanggaran kepercayaan’ telah terjadi.

Dia juga berjanji untuk membuat sistem keamanan Facebook jauh lebih sulit untuk dicuri oleh pihak tidak bertanggung jawab.

"Kami memiliki tanggung jawab untuk melindungi data Anda, dan jika kami tidak bisa maka kami tidak pantas untuk melayani Anda," ujar Zuckerberg dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi CNN pada hari Rabu, 21 Maret 2018.

"Saya memulai Facebook, dan pada akhirnya saya bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada platform kami," lanjutnya.

Menurut Zuckerberg, ada empat hal utama yang segera dilakukan oleh Facebook untuk menangani skandal Cambridge Analaytica.

Pertama, adalah menyelidiki semua aplikasi Facebook yang memiliki akses ke sejumlah besar informasi, sebelum media kebijakan akses data sosial tersebut diubah berubah drastis pada tahun 2014 lalu.

Kedua, melakukan audit penuh terhadap aplikasi apapun yang berkaitan dengan Facebook, khususnya yang memiliki aktivitas mencurigakan. Ketiga adalah menolak partisipasi pengembang aplikasi yang tidak mematuhi kebijakan audit secara menyeluruh.

Adapun yang keempat adalah melarang pengembang yang telah menyalahgunakan informasi identitas pribadi, dan memberi tahu semua pengguna yang terkena imbas buruk aplikasi ‘kotor’ tersebut.

Sementara untuk kebijakan di masa depan, bos Facebook menyebut serangkaian rencana jangka panjang untuk menghindari insiden serupa Cambridge Analytica, yakni mulai dari membatasi akses data pengembang, hingga mewajibkan kontrak persetujuan uang lebih ketat.

 

 Simak video tentang tanggapan Menkominfo Rudiantara tentang skandal Cambridge Analytica berikut: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mengaku Menyesal...

Sementara itu, tanggapan Zuckerberg di hadapan publik mengenai skandal Cambridge Analytica, sama sekali tidak menyinggung siapa yang salah, ataupun meminta maaf pada berbagai pihak.

Penyesalan tidak pernah menjadi poin utama yang dibicarakan oleh Zuckerberg, dan pernyataan tersebut tidak berbeda dari satu kasus ke kasus lainnya di masa lalu.

Tidak ada permintaan maaf kepada pengguna, investor, atau staf tentang bagaimana skandal ini dibiarkan terjadi oleh kebijakan data Facebook yang ada saat itu.

Tidak ada alasan mengapa Facebook gagal memberi tahu pengguna bahwa data mereka mungkin telah terpengaruh.

Kata-kata Zuckerberg bukanlah penjelasan, tetapi pembelaan hukum dan politik. Perusahaan ini tahu bahwa mereka tengah menuju ke 'pertempuran' yang kompleks.

Meskipun Zuckerberg memiliki posisi paling tinggi pada satu perusahaan terbesar di dunia, ia lebih suka berbicara melalui posting Facebook daripada wawancara.

Setelah postingnya pada hari Rabu, Zuckerberg dikritik oleh beberapa orang di media sosial karena tidak mau meminta maaf.

Namun, dia mengoreksi itu dalam wawancara CNN.

"Ini adalah pelanggaran kepercayaan besar, dan saya benar-benar menyesal ini terjadi," kata Zuckerberg. "Kami memiliki tanggung jawab dasar untuk melindungi data masyarakat."

Zuckerberg berjanji untuk lebih membatasi akses pengembang ke data pengguna, termasuk secara otomatis menghapus akses untuk aplikasi apa pun yang belum dibuka pengguna setidaknya dalam tiga bulan. Facebook juga akan menyelidiki semua aplikasi dengan akses ke sejumlah besar data pengguna.

"Sulit untuk mengetahui apa yang akan kami temukan, tetapi kami akan meninjau ribuan aplikasi," katanya kepada CNN. "Ini akan menjadi proses yang intensif."

Zuckerberg menyatakan penyesalan karena tidak berbuat lebih banyak untuk mengambil tindakan terhadap Cambridge Analytica ketika masalah ini menjadi perhatian perusahaan pada tahun 2015.

Pada saat itu, Facebook menuntut dan menerima sertifikasi formal dari perusahaan yang telah menghapus semua data pengguna yang diperoleh melalui sarana yang tidak tepat.

Ketika ditanya CNN apakah ada aktor jahat saat ini mencoba menggunakan Facebook untuk ikut campur dalam pemilihan paruh waktu AS, Zuckerberg berkata, "Saya yakin seseorang sedang mencoba." Namun dia mengungkapkan keyakinannya pada kemampuan perusahaannya untuk mengatasinya.

"Ini bukan ilmu roket. Ada banyak kerja keras yang harus kami lakukan untuk mempersulit negara-negara seperti Rusia untuk melakukan campur tangan pemilihan," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.