Sukses

Senator Demokrat Desak Bos Facebook Beri Kesaksian soal Skandal Cambridge Analytica

Liputan6.com,Washington DC - Senator Amerika Serikat (AS) untuk Komite Kehakiman, Dianne Feinstein, yang berasal dari Partai Demokrat, mengatakan bos Facebook, Mark Zuckerberg, harus memberi kesaksian di hadapan Kongres mengenai layanan pengelolaan data para penggunanya.

Pernyataan tersebut disampaikan Feinstein pada Selasa, 20 Maret 2018, usai terkuaknya skandal Cambridge Analytica yang diduga diam-diam berperan memenangkan Donald Trump pada Pilpres AS 2016.

Dilansir dari Channel News Asia pada Rabu (21/3/2018), Feinstein menyebut sebanyak 50 juta pengguna Facebook kehilangan data pribadinya di Facebook.  

Hal itu dikemukakan lantaran munculnya desakan dari para anggota Konggres, yang meminta raksasa media sosial itu menjelaskan dugaan penambangan data pribadi penggunanya oleh Cambridge Analytica untuk kampanye Donald Trump pada Pilpres AS terakhir.

"Saya pikir kita harus menghadirkan pemimpin Facebook, bukan pengacara mereka, bukan perwakilan mereka, tetapi orang nomor satu di sana … datang, menyatakan jika mereka benar-benar siap untuk memimpin industri (teknologi informasi), sekaligus melakukan kontrol ketat agar semua ini tidak lagi terjadi," ujar Feinstein di hadapan media.

 

Simak video tentang kartun The Simpsons yang mengejek 100 hari kerja Presiden Donald Trump berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Skandal Besar Kebocoran Data Facebook

Cambridge Analytica (CA) dilaporkan terlibat dalam skandal besar kebocoran data puluhan juta pengguna Facebook.

Perusahaan yang pernah bekerja dengan tim kampanye Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, itu dituding menggunakan jutaan data untuk membuat sebuah program perangkat luak yang hebat, sehingga bisa memprediksi dan memengaruhi pemilihan suara.

Cambridge Analytica memiliki keterkaitan dengan dengan mantan kepala penasihat Trump Steve Bannon dan manajer kampanye Trump 2020, Brad Parscale.

Sementara, miliarder pengelola investasi global (hedge fund) sekaligus pendukung Donald Trump, Robert Mercer, adalah pemiliknya.

Mengutip dari laporan The Guardian pada Selasa, 20 Maret 2018, hal ini dilakukan untuk menargetkan pengguna Facebook dengan iklan politik yang telah dipersonalisasi.

CA merupakan perusahaan yang dimiliki oleh miliarder Robert Mercer. Pada saat itu CA dipimpin penasihat utama Trump, Steve Bannon.

"Kami mengekspolitasi Facebook dan 'memanen' jutaan profil orang-orang. Kami membuat berbagai model untuk mengeksploitasi apa yang kami tahu tentang mereka dan menargetkan 'isi hati' mereka. Itulah dasar keseluruhan perusahaan dibangun," ungkap Wylie.

Dokumen yang dilihat Observer dan dikonfirmasi oleh pernyataan Facebook, menunjukkan bahwa raksasa media sosial itu pada akhir 2015 mengetahui ada kebocoran data yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Namun, Facebook saat itu dinilai gagal memperingatkan para pengguna, kemudian hanya melakukan sedikit upaya untuk memulihkan dan mengamankan informasi lebih dari 50 juta penggunanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.