Sukses

PBB: Ada 138 Laporan Pelecehan Seksual Berat Sepanjang 2017

PBB melansir rangkuman kinerja yang menyebut sebanyak 138 laporan pelecehan seksual berat terjadi di sepanjang 2017 lalu.

Liputan6.com, New York - Belum lama ini, PBB merilis sebuah rangkuman kinerja yang menyebut sebanyak 138 kasus pelecehan seksual berat dilaporkan sepanjang 2017 lalu.

Ironisnya, beberapa dari laporan terkait, yakni lebih dari 40 persen, menunjukkan adanya pelecehan seksual yang dilakukan oleh petugas kemanusiaan.

Dilansir dari Time.com pada Rabu (14/3/2018), PBB telah mendapat sorotan tajam dalam beberapa tahun terakhir, karena muncul dugaan beberapa petugas kemanusiaan melakukan aksi pelecehan seksual terhadap wanita di daerah bencana dan kamp pengungsi.

Penyidikan terakhir menunjukkan bahwa perilaku tidak bertanggung jawab itu banyak dilakukan di wilayah tengah Afrika dan Suriah.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan sebanyak 75 tuduhan pelecehan seksual melibatkan personil dari misi kemanusiaan PBB berserta mitranya, termasuk 25 tuduhan yang melibatkan organisasi yang melaksanakan program terkait.

Guterres juga mengatakan, masih banyak yang harus dilakukan oleh PBB untuk menjamin kebijakan mandiri terhadap penerapan 'toleransi nol' pada skandal pelecehan seksual.

"Kami tidak akan menoleransi siapapun yang bertugas di bawah bendera PBB, melakukan tindak ekploitasi dan kekerasan seksual," tegas Guterres.

Ditambahkan oleh Guterres, upaya menanggulangi kasus pelecehan seksual merupakan salah satu prioritas utama di sepanjang 2018, termasuk membantu dan memberdayakan mereka yang terluka akibat tindak keji terkait. 

 

Simak video mengenai kunjungan Angelina Jolie ke kamp pengungsi Suriah di Yordania berikut: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

PBB Mendesak Kesepakatan Global

Setahun sebelumnya, Guterres mengumumkan sebuah strategi baru untuk mengatasi meluasnya kasus eksploitasi dan kekerasan seksual, yang dilakukan oleh oknum di barisan petugas kemanusiaan PBB.

Strategi tersebut -- dengan pencegahan dan pertanggungjawaban -- pada intinya, meminta fokus pendampingan pada para korban, dan melarang penggunaan alkohol dan ‘persengkokolan’ dalam pasukan terkait.

Guterres mengatakan bahwa tahun lalu sebuah kartu "tidak ada alasan” dirilis oleh PBB, di mana mewajibkan semua personil mencegah dan melaporkan eksploitasi dan kekerasan seksual yang terjadi di sekitarnya.

Aturan yang didistribusikan ke dalam enam bahasa internasional itu didukung oleh dana sebesar US$ 1,89 juta, atau sekitar Rp 25,9 miliar.

September lalu, PBB menggelar sebuah pertemuan tingkat tinggi, di mana mendesak para pemimpin dari 193 negara anggota, menandatangani kesepakatan bersama dalam penanggulangan isu terkait.

3 dari 3 halaman

Pengungsi Wanita Suriah Jual Diri demi Bantuan Kemanusiaan

Sementara itu, muncul laporan bahwa banyak wanita di Suriah terpaksa menjajakan diri demi mendapat bantuan kemanusiaan, yang dikirim melalui PBB dan berbagai lembaga amal dunia.

Hal itu, konon, dilakukan atas permintaan segelintir oknum petugas pria yang justru terjun ke dalam misi kemanusiaan di Suriah.

Dilansir dari BBC pada Selasa, 27 Februari 2018, para korban wanita mengaku ada beberapa petugas pria yang berjanji memberikan bantuan pangan, namun dengan satu syarat, yakni memenuhi nafsu bejat mereka.

Setelah pernah beberapa kali terjadi di ibu kota Damaskus pada tiga tahun lalu, kini laporan tentang kejadian serupa kembali bermunculan di kawasan selatan Suriah, salah satu kawasan yang menjadi kantong pengungsian terbesar warga Suriah.

Menanggapi kasus tersebut, pihak PBB dan berbagai lembaga amal terkait, berjanji tidak akan memberi toleransi kepada petugas yang kedapatan melakukan pelecehan seksual.

Terkuaknya skandal terkait membuat distribusi bantuan kemanusiaan mengalami hambatan.

Menurut seorang relawan, banyak wanita Suriah enggan pergi ke pusat distribusi bantuan karena takut mengalami pelecehan seksual.

Bahkan, beredar kabar di kalangan wanita Suriah, terdapat sindikat penjual organ tubuh manusia yang menyamar dengan kedok relawan kemanusiaan.

"Kami terpaksa mengeluarkan tenaga ekstra untuk mendampingi pihak ketiga (otoritas setempat) dalam proses distribusi bantuan kepada pengungsi wanita dan anak," jelas Adam Sokaslova, salah seorang relawan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.