Sukses

Beda dengan Donald Trump, 3 Presiden AS Ini Tolak 'Undangan' Korea Utara

Donald Trump mengambil langkah berbeda dengan para pendahulunya dalam menghadapi Korea Utara. Ia bahkan bersedia bertemu dengan Kim Jong-un.

Liputan6.com, Washington, DC - Belum pernah ada seorang pun Presiden Amerika Serikat yang mau memenuhi undangan untuk duduk bersama dengan pemimpin Korea Utara. Namun, Donald Trump mengubah fakta tersebut. Ia menyatakan bersedia bertemu dengan Kim Jong-un.

Kesediaan Trump untuk bertatap muka dengan Kim Jong-un dinilai hanya akan memenuhi ambisi rezim Korea Utara akan sebuah "kesetaraan" antara pemimpin negara itu dengan seorang Presiden AS.

Sekalipun terjadi, pertemuan antar pemimpin Korea Utara dan Presiden AS diharapkan menghasilkan capaian signifikan. Bayang-bayang sulitnya tugas itu disebut-sebut merupakan alasan mengapa para pendahulu Trump menolak opsi tatap muka.

Adapun Gedung Putih pada era Trump meyakini bahwa rasa sakit yang dipicu "tekanan maksimum" telah melemahkan Korea Utara hingga memaksa negara itu memilih jalur negosiasi. Namun, sejumlah analis justru melihat, Trump sedang berjalan masuk ke perangkap.

Dari Bill Clinton hingga Barack Obama, berikut sikap Presiden AS menyangkut Korea Utara seperti dikutip CNN, Senin (12/3/2017).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

1. Bill Clinton

Presiden Ke-42 AS, Bill Clinton, dikabarkan pernah mempertimbangkan mengunjungi Pyongyang untuk menyelesaikan sebuah kesepakatan terkait rudal pada akhir masa kepresidenannya. Namun, pada akhirnya ia tidak bersedia mengambil langkah tersebut sebelum memahami lebih dalam tentang apa yang dapat dicapai dari pertemuan tersebut.

Clinto pun memilih mengutus Madeleine Albright yang saat itu menjabat sebagai Menteri Luar Negeri AS untuk pergi ke Pyongyang menemui Kim Jong-il.

"Presiden Clinton dengan bijak mengatakan, 'Saya tidak akan pergi sampai semuanya dipersiapkan, saya mengirim Menlu ... yang tidak akan membuat mereka cemas'," ungkap Albright.

Akhirnya setelah Albright berangkat ke Pyongyang dan para diplomat AS bekerja mengatur kunjungan kepresidenan, terungkap bahwa Korea Utara dan AS sangat berseberangan dalam rincian pakta rudal.

"Sungguh mereka terjebak dalam satu isu. Korea Utara bersedia berhenti menjual rudal dan Korea Utara bahkan mau setop memproduksi rudal. Namun mereka tidak bersedia menyerahkan rudal yang mereka punya," jelas Jeffrey Lewis, seorang ahli nonproliferasi di Middlebury Institute of International Studies.

Ia menambahkan, "Korea Utara sepertinya menahan konsesi terakhir mereka sehingga kunjungan (Presiden AS) dapat terwujud. Pemerintahan Clinton menyadari bahwa kunjungan itu merupakan langkah besar dan mereka ingin memutuskannya dengan sangat hati-hati".

3 dari 4 halaman

2. George W. Bush

Pada era Bush Jr, Donald Rumsfeld yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Dick Cheney sebagai Wakil Presiden dikabarkan berusaha menghalangi upaya Menteri Luar Negeri, Colin Powel, untuk menindaklanjuti diplomasi pemerintah Clinton.

Temuan bahwa Korea Utara melakukan pengayaan uranium yang dinilai menjungkirbalikkan semangat pemerintahan Clinton untuk menghentikan program plutonium pun "membekukan" hubungan kedua negara.

Namun, dalam kebijakannya berikutnya, Bush tetap melibatkan Korea Utara dalam perundingan. Hanya saja ia membuatnya menjadi perundingan enam negara. Keenam negara itu antara lain, Korea Utara, Korea Selatan, Jepang, Amerika Serikat, Rusia, dan China.

Dilibatkannya banyak pihak demi memastikan bahwa Pyongyang tidak dapat menggunakan provokasi untuk "mengamankan tujuan mereka saat pembicaraan langsung dengan AS".

4 dari 4 halaman

3. Barack Obama

Presiden ke-44 AS, Barack Obama, pernah bersumpah akan berbincang langsung dengan musuh-musuh Negeri Paman Sam. Ia mewujudkan janjinya melalui pertemuannya dengan Presiden Kuba Raul Castro dan berbicara via telepon dengan Presiden Iran Hassan Rouhani.

Namun, langkah yang sama tidak diambilnya terhadap pemimpin Korea Utara. Obama menilai, adalah sebuah kesalahan untuk masuk ke pusaran provokasi Pyongyang.

"Ini merupakan pola yang sama dengan yang kita lihat pada rezim ayah dan kakeknya," ujar Obama pada tahun 2013. "Sejak saya menjabat, satu hal yang saya tegaskan, kami tidak akan menghargai perilaku provokatif macam apapun".

Meski demikian, pada 2009, Bill Clinton akhirnya menginjakkan kaki di Korea Utara. Clinton menjalankan misi pembebasan terhadap dua jurnalis AS yang dipenjara dan dijadikan alat untuk menarik tokoh penting Negeri Paman Sam mengunjungi negara itu.

Mantan Presiden AS lainnya yang pernah mengunjungi Korea Utara adalah Jimmy Carter. Ia datang ke Korea Utara pada 2010 dan berhasil membawa pulang seorang warga AS yang ditawan di negara itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini