Sukses

Dituduh Memperkosa Sekretarisnya, Gubernur di Korea Selatan Mundur

Seorang gubernur di Korea Selatan mengundurkan diri setelah dituduh memperkosa sekretarisnya. Ini adalah dampak positif gerakan #MeToo yang menjamur

Liputan6.com, Seoul - Politisi Korea Selatan yang sedang naik daun, Ahn Hee-jung menyatakan mundur dari jabatannya sebagai gubernur provinsi Chungcheong Selatan pada Selasa 6 Maret 2018. Keputusannya terkait tuduhan bahwa ia memperkosa sekretarisnya berulang kali.

Mundurnya Ahn Hee-jung bertepatan dengan menjamurnya gerakan #MeToo di Korea Selatan, sebuah negara yang didominasi pria dan di mana pelecehan seksual terhadap kaum hawa dianggap aib dan jarang dibahas.

Dalam sebuah wawancara di sebuah stasiun televisi, pelapor bernama Kim Ji-eun mengaku, dia diperkosa oleh Ahn Hee-jung sebanyak empat kali, terhitung sejak Juni 2017 hingga yang terakhir yakni pada 25 Februari 2018.

Perempuan itu mengaku, tindakan biadab bosnya juga dilakukan dalam perjalanan dinas ke Swiss dan Rusia.

"Baru-baru ini, Ahn menemui saya saat larut malam untuk membicarakan gerakan #MeToo. Dia tampak cemas, sembari mengamati perkembangan #MeToo. Ia sadar telah menyakiti saya dan langsung meminta maaf, jadi saya pikir hal buruk itu tak akan terjadi lagi. Tapi dugaan saya salah, malam itu juga, ia kembali meniduri saya," aku Kim Ji-eun, seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (6/3/2018).

"Kupikir aku tidak akan pernah bisa lolos dari semua hal buruk ini," kata perempuan itu sembari terisak.

Kim Ji-eun menambahkan, dirinya tidak bisa menolak dan melawan keinginan Ahn Hee-jung, karena hierarki di kantornya. Dia membocorkan, masih ada wanita lain yang menjadi korban Ahn, tapi mereka tak berani buka suara.

Perempuan berambut pendek itu mengaku takut dipecat apabila dia melaporkan kasus tersebut ke polisi dan membeberkannya kepada publik. Dia juga menyampaikan bahwa dia diancam oleh bosnya itu, apabila kasusnya terendus oleh masyarakat luas.

Kantor tempat Kim Ji-eun bekerja pada awalnya membantah tuduhan tersebut, dengan menegaskan bahwa hubungan keduanya bersifat konsensual alias mau sama mau.

Namun, beberapa jam setelah wawancara Kim Ji-eun usai, pernyataan itu dicabut dan Ahn Hee-jung langsung meminta maaf lewat Facebook.

"Ini semua salahku. Saya meminta maaf atas perilaku bodoh saya," ungkap Ahn dalam sebuah status yang diunggahnya.

"Dan yang terpenting, saya sangat meminta maaf kepada Kim Ji-eun yang telah menderita karena saya," lanjutnya.

Ironisnya, Ahn Hee-jung merupakan kandidat calon presiden Korea Selatan berikutnya. Ia digadang-gadang bakal menggantikan Moon Jae-in yang masa jabatannya berakhir pada 2022.

Selain itu, dengan berani ia menyatakan dukungannya terhadap gerakan #MeToo, mengatakan bahwa gerakan ini berfungsi sebagai wadah untuk melawan patriarki.

Kini, kepolisian nasional Korea Selatan tengah memulai penyelidikan terhadap kasus Ahn Hee-jung.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tentang Gerakan #MeToo

Gerakan #MeToo, yang muncul pada bulan Oktober tahun lalu kini menyebar hingga Korea Selatan. 

Gerakan itu menjadi jembatan untuk melawan hierarki sosial yang ada di Negeri Ginseng.

Tapi ada kemarahan publik mencuat pada bulan Januari, saat seorang jaksa penuntut umum, Seo Ji-hyeon, mengaku mengalami pelecehan seksual di sebuah pemakaman umum pada tahun 2010.

Tuduhan tersebut lantas mendesak para penyair, seniman, dan pastor untuk meminta maaf atas tindakan bejat yang pernah mereka lakukan. Bahkan, beberapa perpustakaan telah menghapus karya seniman dan penyair yang melakukan pelecehan.

Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, menyerukan dukungannya terhadap #MeToo, sehari sebelum Kim ji-eun mengkisahkan ceritanya.

"Melalui gerakan #MeToo, masyarakat kita berada di tengah perubahan penting," tuturnya.

"Gerakan tersebut membawa Korea Selatan untuk menyetarakan gender, meratakan hak perempuan dan laki-laki, serta menghormati martabat seluruh orang."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.