Sukses

ISIS Rilis Video Detik-Detik Tewasnya 4 Anggota Pasukan Elite AS

ISIS baru-baru ini merilis video yang menunjukkan tewasnya 4 Pasukan Khusus Amerika Serikat (US Special Forces).

Liputan6.com, Washington DC - Kelompok terafiliasi ISIS baru-baru ini merilis sebuah video yang menunjukkan tewasnya empat anggota Pasukan Khusus Amerika Serikat (US Special Forces - Green Berets) dalam pertempuran dengan kombatan teroris di Niger, Oktober 2017 lalu.

Video itu dirilis lewat aplikasi pesan singkat Telegram dan berbentuk kompilasi cuplikan mentah -- gabungan rekaman dari ISIS dan kamera helm seorang pasukan.

Seperti dikutip dari BBC (5/3/2018), video tersebut juga mengindikasikan bahwa baku tembak berdarah itu digagas oleh kombatan ISIS di Niger.

Detik-detik awal video menunjukkan ikrar aliansi yang dilakukan oleh anggota kelompok terafiliasi Al Qaeda di Gurun Sahel, Niger (Jammat Nusrat Al Islam Wal-Muslimin atau JNIM) terhadap pemimpin ISIS Abu Bakr Al Baghdadi.

Kemudian, video berlanjut dengan beberapa momen ketika sejumlah kombatan teroris berjalan dan berlari di wilayah gurun di Niger. Mereka tampak tengah bersiap-siap untuk melakukan penyergapan kejutan terhadap pasukan yang menjadi sasaran.

Lantas, rekaman berlanjut ketika pasukan AS tengah melakukan baku tembak dengan para kombatan. Momen itu tampak terekam dari kamera helm seorang pasukan.

Beberapa detik kemudian, tampak seorang personel AS tewas, diikuti rekan-rekannya yang lain. Hingga akhirnya, personel pemilik kamera helm juga tampaknya ikut tewas dalam baku tembak dengan para kombatan terduga ISIS tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tewas dalam Operasi Penumpasan Teroris di Niger

Peristiwa penyergapan yang tampak dalam video tersebut terjadi tepatnya pada 5 Oktober 2017 silam.

Kala itu, tim patroli gabungan Angkatan Bersenjata Niger dan 5 personel Pasukan Khusus Amerika Serikat (US Special Forces - Green Berets) disergap oleh militan di barat daya Niger, menurut keterangan aparat Niger dan AS.

Patroli gabungan itu dilaksanakan di wilayah yang kerap menjadi basis operasi kelompok militan Al Qaeda di Afrika Utara (AQIM) dan ISIS.

Seperti dikutip dari CNN, pihak AS menyebut, pelaku penyergapan berjumlah sekitar 50 orang dan mungkin terafiliasi dengan ISIS

Penyergapan itu dikonfirmasi oleh Komando Militer AS di Afrika setelah Radio France International (RFI) melaporkan peristiwa tersebut untuk pertama kali.

"Kami mengonfirmasi laporan yang beredar tentang penyergapan terhadap pasukan gabungan AS dan Niger di wilayah barat daya Niger," jelas juru bicara US Africa Command, Letkol (AL) Anthony Falvo Oktober 2017 lalu.

Pejabat setempat, Namatta Abubacar mengonfirmasi, lima serdadu Angkatan Bersenjata Niger tewas dalam penyergapan yang terjadi di wilayah Tillaberi itu.

Sementara itu, seorang diplomat pemerintah setempat melaporkan, para pelaku penyergapan diduga datang dari Mali, negara yang bertetangga dengan Niger di barat.

Pada sebuah laporan tambahan, CNN menyebut, pihak militer koalisi negara Barat dan Niger kemudian mengorganisasi serangan balasan, dipimpin oleh pasukan antiteror Prancis yang menempati pos operasi di Chad dan Niger.

3 dari 3 halaman

Intervensi Negara Barat di Kawasan Afrika Tengah

Pada 2017 lalu, Angkatan Bersenjata Niger yang didukung oleh pasukan negara Barat tengah melaksanakan operasi militer sporadis melawan militan ekstremis di kawasan dan wilayah sekitarnya.

Komando Pasukan AS untuk Kawasan Afrika mengerahkan sekitar 800 personel (sebagian besar anggota US Special Forces) yang ditugaskan ke beberapa wilayah, seperti salah satunya di Pangkalan AU Agadez, Niger. Mereka dikerahkan dalam kapasitas untuk melatih dan membantu pasukan keamanan setempat.

Personel AS juga ditugaskan untuk terlibat dalam operasi pengumpulan informasi intelijen, pengintaian, serta membantu pasukan Jerman dan Prancis --yang tengah melaksanakan operasi militer di Mali, Niger, Chad, dan beberapa negara tetangga.

Militan ekstremis kerap terkonsentrasi di kawasan Gurun Sahel, yang masuk dalam teritori sejumlah negara meliputi Niger, Chad, Senegal, Mali, Mauritania, Nigeria, Chad, Sudan, dan lainnya.

Selain AQIM dan militan pro-ISIS, kelompok bersenjata yang baru terbentuk, yakni Islamic State in the Greater Sahara juga kerap mengklaim sejumlah serangan yang terjadi di kawasan Gurun Sahel.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.