Sukses

Bulan Segera Miliki Sinyal 4G pada Tahun 2019, Bisa untuk Telepon...

Tiga perusahaan terkemuka di dunia bakal membangun jaringan telepon seluler di Bulan. Seperti apa penjelasannya?

Liputan6.com, Barcelona - Memasuki era digital, teknologi kini dibuat semakin canggih. Termasuk salah satunya penggunaan telepon genggam. Baru-baru ini, sebuah perusahaan telekomunikasi asal Britania Raya, Vodafone, mengumumkan inovasi barunya.

Melalui anak perusahaannya yang berada di Jerman, Vodafone Germany, mereka berinisiatif untuk membuka jaringan telepon seluler di Bulan pada tahun depan dengan nama Ultra Compact Network.

Ini memungkinkan satelit alami Bumi tersebut memiliki akses penggunaan telepon genggam pertamanya, sehingga manusia -- yang berniat "mampir" ke Bulan -- bisa mengakses apa saja, termasuk video streaming definisi tinggi dan pemakaian data.

Vodafone Germany tak bekerja sendirian. Mereka dibantu oleh produsen perangkat jaringan, Nokia, dan produsen mobil, Audi. Ketiganya saling bersinergi untuk mendukung misi tersebut, yang bernama Mission to the Moon, setelah 50 tahun astronot NASA pertama berjalan di Bulan.

Penunjukan Nokia oleh Vodafone sebagai mitra teknologinya ialah untuk mengembangkan sebuah jaringan ruang angkasa, yang merupakan perangkat keras (hardware) berukuran kecil, dan beratnya kurang dari sekantong gula atau kurang dari 1 kilogram, menurut Live Science.

Tiga perusahaan ternama tersebut juga menggandeng PTScientists yang berbasis di Berlin, Jerman.

Jaringan telepon seluler Bulan ini rencananya diluncurkan pada tahun 2019 dari Cape Canaveral di roket SpaceX Falcon 9, kata Vodafone.

"Proyek ini melibatkan pendekatan inovatif yang radikal terhadap pengembangan infrastruktur jaringan bergerak (mobile network)," kata Kepala Eksekutif Vodafone Germany, Hannes Ametsreiter, dikutip dari Straits Times, Selasa 27 Februari 2018.

Seorang eksekutif yang terlibat mengungkapkan, pihaknya lebih memilih untuk membangun jaringan 4G ketimbang 5G, karena jaringan ini masih berada dalam tahap pengujian.

Selain itu, jaringan 5G dirasa tidak cukup stabil untuk dioperasikan dari permukaan Bulan.

"Agar umat manusia bisa meninggalkan Bumi, kita perlu mengembangkan infrastruktur di luar planet kita. Melalui Mission to the Moon, kami akan menetapkan dan menguji elemen pertama dari jaringan komunikasi khusus di Bulan," kata kata Robert Böhme, CEO dan pendiri PTScientists.

"Hal menakjubkan tentang solusi 4G LTE adalah menghemat banyak daya. Semakin sedikit energi yang kita gunakan untuk mengirimkan data, semakin banyak kita melakukan sains," pungkasnya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Donald Trump Berencana Kirim Kembali Astronot AS ke Bulan

Presiden Amerika Serikat Donald Trump ingin mengirim astronot ke tempat yang sebelumnya belum pernah dikunjungi manusia, yakni Mars. Namun, Orang Nomor Satu AS itu, ingin mengeksplorasi Bulan di mana satelit Bumi itu akan dijadikan pangkalan antariksa. 

Kepada administrator NASA, Robert M Lightfoot Jr, Trump memberi wewenang untuk memimpin program eksplorasi angkasa luar yang inovatif untuk kembali mengirim astronot ke Bulan untuk menjelajah Mars.

Berdiri dengan astronot pensiunan dan Wakil Presiden AS Mike Pence, Trump menyebut inisiatif itu sebagai langkah awal dalam membangun sebuah basis di Bulan untuk dapat melanjutkan misi ke Mars.

"Perintah yang saya tandatangani hari ini akan memfokuskan kembali program angkasa luar Amerika pada eksplorasi dan penemuan oleh manusia," ujar Trump di Gedung Putih pada 11 Desember 2017 waktu setempat.

"Ini menandai sebuah langkah penting dalam mengirim kembali astronot Amerika ke bulan untuk pertama kalinya sejak 1972 untuk eksplorasi dan pengggunaan jangka panjang. Kali ini kita tak hanya menancapkan bendera dan meninggalkan jejak kaki," imbuh dia.

Dikutip dari CNN, Selasa 12 Desember 2017, Wakil Sekretaris Pers Gedung Putih, Hogan Gidley, mengatakan bahwa arahan Trump soal mengirim kembali astronot ke Bulan muncul setelah Dewan Antariksa Nasional mengirimkan rekomendasi kepadanya.

"Ia akan mengubah kebijakan ruang angkasa manusia untuk membantu Amerika menjadi pendorong industri antariksa, mendapat pengetahuan baru dari antariksa, dan memacu perkembangan tekonologi yang luar biasa," ujar Gidley.

Menurutnya, perintah tersebut akan mendorong NASA untuk memfokuskan kembali pada misi intinya, yakni eksplorasi angkasa luar.

3 dari 3 halaman

Upaya Wujudkan Janji Kampanye

Baik Donald Trump dan Mike Pence telah menjelaskan sejak kampanye 2016 bahwa mereka akan kembali mengirimkan astronot ke bulan.

Dalam kampanyenya yang digelar di dekat Kennedy Space Center NASA di Florida, Trump berjanji akan membebaskan NASA dari agen logistik kegiatan orbit rendah Bumi dan sebaliknya memfokuskan kembali ke eksplorasi angkasa luar.

"Di bawah administrasi Trump, Florida dan Amerika akan memimpin jalan menuju bintang-bintang," ujar Gidley.

Pada pertemuan pertama Dewan Antariksa Nasional pada Oktober 2017, Pence mengatakan bahwa pemerintahan Trump akan mengembalikan astronot Amerika kebulan. Mereka tak hanya meninggalkan jejak kaki dan bendera, tapi juga untuk membangun fondasi ke eskplorasi angkasa luar dalam atau deep space, termasuk Mars.

"Bulan akan menjadi batu loncatan, tempat latihan, tempat untuk memperkiat kemitraan komersial dan internasional saat kita memfokuskan kembali program angkasa luar Amerika menuju eksplorasi antariksa yang dilakukan manusia," ujar Pence.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.