Sukses

Terkuak, Misteri Perbedaan Letak Kancing Baju Pria dan Wanita

Liputan6.com, Jakarta - Kemeja pria dan wanita banyak memiliki perbedaan, antara lain bentuk pinggangnya, bentuk sisi luar lengannya, bentuk bagian bawahnya, termasuk letak kancing bajunya.

Umumnya, kancing baju pada kemeja wanita terletak di sebelah kiri, sedangkan kancing baju kemeja pria ditempatkan di sebelah kanan. Misteri perbedaan letak kancing baju pada pakaian pria dan wanita diyakini berpedoman pada cara wanita kelas menengah dan atas di Eropa.

Semasa Era Victoria dan Renaisans, ornamen pakaian wanita dianggap lebih rumit dan detail, misalnya gaun yang disematkan bustle (rangka untuk rok wanita), korset, dan petticoat atau pakaian dalam.

Orang-orang kaya sering membuat pakaiannya sendiri. Anggota keluarga perempuan biasanya memiliki pembantu yang menolong mereka saat berpakaian.

Agar memudahkan pelayan ketika mengaitkan kancing baju dengan benar, penjahit kala itu mungkin sudah mulai menjahit kancing di sisi kiri. Cepat atau lambat, saat pakaian diproduksi massal, kancing pakaian wanita terus diletakkan di sisi kiri dan menjadi standar tukang jahit.

Untuk pria, kancing baju biasanya diletakkan di sisi kanan. Konon, ini berawal dari cara berpakaian pria saat perang. Baju zirah atau seragam militer mereka telah diisyaratkan demikian.

Menurut Helmut Nickel, penulis "The Art of Chivalry: European Arms and Armor from the Metropolitan Museum of Art", "Untuk memastikan bahwa titik tombak musuh tidak menembus di antara tameng, kancing baju dijahit saling tumpang tindih dari sisi kiri ke kanan. Ini menjadi standar latihan bertempur."

"Dengan demikian, kancing jaket pria selalu ditempatkan di sisi kanan, bahkan hingga saat ini," tulis Nickel, seperti dilansir The Vintage News, Selasa 20 Februari 2018.

Karena tentara laki-laki juga sering menarik pelatuk senjata mereka dengan tangan kanan, meletakkan kancing baju di sisi kanan akan memudahkan mereka ketika membuka baju, setidaknya bisa menyesuaikan diri dengan tangan kiri.

Meski demikian, sejarawan sekalipun belum ada yang tahu pasti asal muasal penempatan kancing baju pria dan wanita. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Gaun Mewah Era Victoria yang Tewaskan 3.000 Wanita

Gaya busana wanita Inggris pada pertengahan Abad ke-19 terbilang unik, dengan bagian pinggang dibuat ramping atau singset dan bawahan megar.

Gaun semacam itu biasanya dikenakan kaum elite pada jamuan makan malam atau pesta dansa, di istana di dalam kastil nan megah.

Gaun cantik, dengan dalaman berlapis plus crinoline yang mirip kurungan ayam dikenakan. Tujuannya, agar wanita yang memakainya tampak eksklusif dan anggun.

Badan si pemakai niscaya tampak lebih indah dan ramping, lantaran desain bagian atas hingga pinggang yang dibingkai crinoline dibuat bak jam pasir. Model dan bahannya pun bervariasi, dengan bordir, renda, juga hiasan pita berwarna-warni.

Seperti dikutip dari The Vintage News, Rabu 7 Februari 2018, tak hanya menyiksa para wanita karena ukurannya yang sempit atau bentuknya yang tidak wajar, crinoline atau dalaman gaun yang biasa dipakai kaum hawa saat itu ternyata berbahaya. 

Gaya busana wanita era Victoria bisa dibilang "dressed to kill". Bukan sekadar bergaya busana yang lagi tren atau sesuai mode supaya orang terkesan, berbusana ini bisa membunuh -- setidaknya bagi si pemakai. 

Sejarah bahkan mencatat, crinoline memicu kematian lebih dari 3.000 wanita saat itu.

Di balik kelebihan, pasti ada kekurangan. Begitu pula crinoline.

Lantaran terlalu berat dan kuat, busana ini ternyata memiliki kekurangan yang jauh lebih besar daripada kelebihannya.

Pertama, gaun ini tak bisa dipakai saat musim panas. Mengenakannya ketika mentari sedang bersinar terik atau suhu di atas 30 derajat Celsius, sama saja dengan "bunuh diri".

Kedua, ukuran yang super besar sering kali menimbulkan masalah di lingkungan sekitar, seperti wanita yang terluka parah atau terbakar hidup-hidup ketika sebuah lilin atau percikan api dari perapian menyambar crinoline mereka.

Atau tersangkutnya bagian bawah crinoline pada roda kereta kuda.

Pada 1858, seorang wanita di Boston berdiri terlalu dekat dengan perapian saat roknya terbakar. Hanya perlu beberapa menit bagi tubuhnya untuk terbakar secara keseluruhan.

Sementara, pada Februari 1863, Margaret Davey, seorang pelayan dapur berusia 14 tahun, memakai crinoline. Ia kemudian meninggal akibat luka bakar yang dideritanya.

Di Inggris, selama periode dua bulan, 19 kematian dikaitkan dengan crinoline yang terbakar. Di sisi lain, para perempuan yang jadi saksi peristiwa tragis itu tak bisa berbuat apa-apa, mereka takut rok mereka sendiri terbakar saat menolong korban.

Sementara itu, di Philadelphia, sembilan balerina terbunuh gara-gara busana yang dikenakan salah satu dari mereka tersambar api lilin di Continental Theater.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.