Sukses

Karena Cinta... 3 Pasangan Rusia yang Tetap Harmonis Meski Beda Keyakinan

Liputan6.com, Moskow - Rusia adalah negara sekuler, tapi sekitar 80 persen warga Negeri Beruang Merah mengidentifikasi diri mereka sebagai penganut Kristen Ortodoks.

Namun, ada pula agama-agama lain, seperti Katolik, Protestan, Islam, Buddha dan masih banyak lagi -- termasuk yag ateis -- tersebar di penjuru Rusia.

Duduk di peringkat 10 besar sebagai negara dengan populasi terbanyak di seluruh dunia, maka, bukan tak mungkin jika ada sejumlah penduduk Rusia yang melakukan nikah beda agama.

Dari beberapa contoh, berikut sejumlah kisah mengenai pasangan Rusia yang berhasil mempertahankan hubungan romantis mereka, meski berbeda kepercayaan, seperti Liputan6.com kutip dari RBTH Indonesia (18/2/2018).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

1. Zarifa (Islam) dan Mikhail (Ortodoks) dari St. Petersburg

Kata Zarifa;

"Meski agama sempat dilarang pada masa Uni Soviet, seluruh anggota keluarga saya adalah muslim. Mereka hanya tahu sedikit tentang Islam, tapi mereka menghafal doa-doa saat masih kecil.

Saya percaya pada Allah sepanjang hidup saya dan pernikahan kami tak mengubah apa pun.

Pernikahan saya dengan seorang Kristen (Ortodoks) adalah bencana bagi orang tua saya. Namun seiring waktu, mereka mengenal Misha (Mikhail) lebih baik dan menyukainya. Orang tua saya paham bahwa suami saya tak menghalangi saya untuk beribadah."

Kata Mikhail;

"Saat kami bertemu, saya belum dibaptis, tapi saya ingin menjadi seorang Ortodoks. Saya tak tertarik pada Islam. Yang saya tahu, ada beberapa gerakan muslim yang membenarkan kekerasan (dalam berdakwah), tapi itu tak ada hubungannya dengan istri saya.

Seiring waktu, kami berbagi budaya satu sama lain... Sering kali, tradisi-tradisi keagamaan hanya formalitas bagi kami. Hampir tak ada yang menggangu saya. Jika ada masalah, kami menyelesaikannya dengan tenang."

3 dari 4 halaman

2. Marfa (Yahudi) dan Artem (Ortodoks) dari St. Petersburg

Kata Artem;

"Saya percaya bahwa hal terpenting ialah mengimaninya dengan hati. Tradisi Marfa telah memperluas pikiran saya, dan saya mencoba mengikutinya karena itu sungguh penting baginya ... Secara keseluruhan, saya adalah seorang Ortodoks yang taat, tapi saya bisa juga diyakinkan oleh akal sehat.

Kata Marfa;

"Agama adalah bagian yang tak terpisahkan dari hidup saya. Dulu, saya percaya bahwa saya akan menemukan seorang pemuda Yahudi yang kelak akan menjadi kekasih saya. Namun, Artem muncul dan mengubah itu semua.

Tapi, saya rasa tak penting bagaimana Anda memilih untuk menikah, yang penting adalah apa yang Anda rasakan di hati Anda."

4 dari 4 halaman

3. Daria (Ateis) dan Eugene (Ortodoks) dari Samara

Kata Daria:

"Awalnya, saya berharap dapat meyakinkan Eugene untuk mengikuti (pandangan) saya, tapi kemudian saya berusaha lebih santai. Jika itu (agama) penting bagi Eugene, saya tak keberatan. Saya merasa resepsi pernikahan di gereja adalah hal yang wajar — kenapa tidak?"

Kata Eugene:

"Ya, kami sering berdebat. Saya mencoba meyakinkan Dasha bahwa Tuhan itu ada. Namun, kini saya paham bahwa orang-orang harus sadar sendiri mengenai itu ... saya tak akan memaksakan apa pun."

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.