Sukses

13 Warga Rusia Didakwa Sabotase Pilpres AS 2016

Liputan6.com, Washington - Juri pengadilan federal di Washington DC, Amerika Serikat, mendakwa 13 orang berkewarganegaraan Rusia dari sebuah perusahaan internet yang diduga terhubung ke Kremlin.

Tiga belas karyawan Internet Research Agency, sebuah perusahaan yang bermarkas di kota Saint Petersburg, Rusia, dituduh melakukan operasi untuk mempengaruhi jajak pendapat di dunia maya, demi kepentingan Moskow.

Gugatan itu juga menyatakan bahwa Internet Research Agency adalah jaringan propaganda Kremlin. Mereka disinyalir telah ikut campur dalam pemilihan presiden AS tahun 2016.

Pemerintah AS mengklaim, entitas Rusia mulai mencampuri proses politik negaranya pada awal 2014, menurut sebuah dokumen pengadilan.

Beberapa terdakwa, menyamar sebagai warga negara Amerika Serikat dan berkomunikasi dengan warganet lainnya, tanpa mereka sadari bahwa perbincangan itu menjurus ke kampanye Donald Trump dan aktivis politik lainnya. Demikian dakwaan untuk mereka.

"Tujuannya adalah mendorong terjadinya perselisihan di AS guna melemahkan kepercayaan publik terhadap demokrasi," ujar Wakil Jaksa Agung, Rod Rosenstein, seperti dikutip dari The Independent, Sabtu (17/2/2018).

Rosenstein menambahkan, tuduhan itu meliputi persekongkolan, kecurangan di dunia maya, pemalsuan akun bank dan pemalsuan identitas. Dakwaan-dakwaan tersebut diumumkan oleh Kantor Penyidik Khusus Robert Mueller pada Jumat sore, 16 Februari 2018, waktu setempat.

Penyelidikan Mueller terhadap campur tangan Rusia dalam pemilu Amerika Serikat telah menggungat mantan tim kampanye Donald Trump, Paul Manafort dan mitranya Rick Gates.

Sedangkan mantan penasihat keamanan nasional Michael Flynn dan mantan penasihat kebijakan luar negeri tim kampanye Donald Trump, George Papadopoulous, telah mengaku bersalah kepada FBI tentang komunikasi yang mereka lakukan dengan beberapa pejabat Rusia ketika masa kampanye dan transisi pemerintahan AS.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Deputi Direktur FBI Mengundurkan Diri

Sementara itu, Deputi Direktur Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) telah mengajukan pengunduran diri pada Senin, 29 Januari 2018 waktu setempat.

Pengunduran diri Andrew McCabe terjadi di tengah tensi tinggi seputar dugaan skandal campur tangan Rusia dalam Pilpres AS 2016 yang berujung pada kemenangan Donald Trump sebagai presiden -- yang populer disebut dengan nama "Russian Meddling".

Seperti dikutip dari The New York Times, 30 Januari 2018, dua sumber anonim yang dekat dengan McCabe menyatakan, pengunduran diri itu dilakukan karena McCabe sering ditekan oleh Presiden Trump yang merasa terganggu dengan sepak terjang sang deputi direktur saat ikut menyelidiki dugaan Russian Meddling dan peretasan surat elektronik pribadi Hillary Clinton pada periode Pilpres AS 2016.

Pengunduran McCabe juga terjadi menjelang dirilisnya laporan tahunan Inspektur Jenderal Kementerian Hukum dan Kehakiman Amerika Serikat, Michael E Horowitz terhadap kinerja FBI. Laporan itu juga berisi tinjauan terhadap penyelidikan FBI terhadap dugaan skandal "Russian Meddling" dan "Peretasan Surel" Hillary dua tahun silam.

Sejumlah kutipan dari Laporan Horowitz berisi kritik terhadap McCabe yang dianggap tidak "netral", dan terpengaruh secara politik dalam menyelidiki dugaan skandal Russian Meddling dan Peretasan Surel Hillary.

Laporan itu tak hanya mengkritik, tapi juga mempertanyakan netralitas McCabe dalam melakukan penyelidkan kedua skandal itu. Sebab, pada 2016 silam, istri McCabe, Jill McCabe adalah perwakilan Partai Demokrat yang ikut bersaing dalam pemilu Senat Negara Bagian Virginia.

Kala itu, Jill dikabarkan menerima sokongan dana politik sekitar US$ 500.000 - 700.00 dari Terry McAuliffe, Gubernur Virginia yang dekat dengan Hillary dan Bill Clinton.

Kritik keras Laporan Horowitz terhadap McCabe itu turut menggemakan kecaman serupa yang pernah dilontarkan oleh Partai Republik pada 2016 silam -- yang mempertanyakan netralitas sang deputi direktur dalam melakukan penyelidikan terhadap Trump dan Russian Meddling.

Bahkan, kecaman serupa terus diutarakan oleh Presiden Trump sepanjang tahun 2017. Salah satunya pada Juli 2017.

Melalui Twitter, Trump mengatakan, "Masalahnya adalah orang yang menangani penyelidikan terhadap Hillary, Andrew McCabe, mendapatkan US$ 700.000 dari H (Hillary) untuk istrinya!"

Kendati pada akhirnya, Jill McCabe kalah dalam pemilu Senat Virginia tersebut. Dan, Andrew McCabe sendiri mengundurkan diri dari kedua penyelidikan yang menjadi pergunjingan hebat di Amerika Serikat.

 

Simak juga video mengenai polarisasi intervensi Rusia versus tuduhan penyadapan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.