Sukses

Ada Topi Kampanye Donald Trump dalam Video Pelaku Penembakan di AS

Nikolas Cruz menambah daftar pelaku penembakan massal di Amerika Serikat. Aksinya menewaskan 17 siswa di bekas sekolahnya.

Liputan6.com, Florida - Nikolas Cruz menambah daftar pelaku penembakan massal di Amerika Serikat. Pada Rabu 14 Februari 2018, pemuda 19 tahun itu seharusnya berada di kelas General Education Development (GED). Namun, ia ogah kursus di Hari Valentine.

Lepas tengah hari, sekitar pukul 14.06 waktu setempat, ia justru pergi ke bekas sekolahnya di Marjory Stoneman Douglas High School, Parkland, Florida, naik taksi online Uber, membawa senapan serbu AR-15 yang ia beli secara ilegal pada Februari 2017. Senjata itu ia simpan di tas punggung, juga rompi yang menampung amunisi.

Sesampainya di bekas sekolahnya, Cruz sekonyong-konyong melepaskan tembakan. Sebanyak 17 orang tewas akibat terjangan pelurunya. Para korban kala itu berada di lorong dan sejumlah ruang kelas yang dimasuki pelaku.

Setelah melakukan aksi kejamnya, Cruz melepaskan rompi dan senjatanya, ikut kabur bersama para siswa yang panik. Kemudian, pelaku penembakan berhenti di restoran Subway yang menyatu dengan supermarket Walmart, minum, lalu mampir ke McDonald's, duduk di restoran cepat saji itu pada pukul 25.01.

Saat jarum jam menunjuk ke pukul 15.41, Cruz diringkus. Petugas melihatnya berjalan dengan santai menyusuri jalan di permukiman Coral Springs.

Di muka pengadilan Amerika Serikat, Nikolas Cruz mengakui perbuatannya. Ia dikenai 17 dakwaan pembunuhan.

Apa yang dilakukan Nikolas Cruz adalah penembakan di sekolah paling mematikan sejak 2012.

"Cruz mengakui bahwa dia adalah orang bersenjata yang memasuki sekolah, mempersenjatai diri dengan AR-15, dan mulai menembaki siswa yang dia lihat di lorong dan di halaman sekolah," demikian menurut dokumen pengadilan seperti dikutip dari BBC, Jumat (16/2/2018).

Dalam wawancara di televisi, seorang ibu korban meminta Presiden Amerika Serikat Donald Trump bertindak, untuk mencegah senjata api diperoleh secara bebas oleh pelaku penembakan.

"Lakukan sesuatu. Aksi, itu yang kami butuhkan saat ini. Anak-anak butuh kepastian bahwa mereka aman," kata dia dengan nada emosional.

Putrinya, Alyssa Alhadeff termasuk dalam 17 orang yang jadi tewas dalam penembakan. Korban baru berusia 14 tahun saat nyawanya direnggut secara tragis.

Menanggapi penembakan di Florida, Trump mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk bekerja sama dengan pemimpin negara bagian dan pemerintah lokal untuk membantu sekolah serta mengatasi masalah kesehatan mental.

"Tidak cukup hanya mengambil tindakan yang membuat kita merasa seperti...membuat perbedaan. Kita harus benar-benar membuat perbedaan itu," kata dia di Gedung Putih.

Menurut NBC News, kata-kata Donald Trump yang tak jelas itu bisa diterjemahkan bahwa senjata-senjata di tangan sebagian warga AS aman. Miliarder nyentik itu dianggap menawarkan kata-kata yang menenangkan -- bukan pada korban penembakan, tapi bagi para pemilik bedil dan pistol di Amerika Serikat.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Topi

Sejumlah orang berpendapat, peristiwa penembakan tersebut sejatinya bisa dicegah. Lima bulan lalu, pelaku sudah memberi peringatan pada FBI lewat situs berbagi video, YouTube.

"Aku ingin jadi penembak profesional di sekolah," tulis akun nikolas cruz dalam kolom komentar.

Pelaku penembakan, Nikolas Cruz juga sudah menunjukkan keanehan. Pasca-penembakan, sebuah rekaman menyebar. Video itu merekam aktivitas pemuda tersebut di halaman rumahnya. Ia sedang berlatih menembak target.

Rekaman yang diambil salah satu tetangganya itu menunjukkan Cruz dalam kondisi bertelanjang dada, memakai celana pendek dan kaus kaki hitam tanpa sepatu. Di kepalanya terpasang tomi merah dengan tulisan 'Make America Great Again" -- slogan kampanye Donald Trump.

Diduga video tersebut diambil beberapa bulan sebelum penembakan maut terjadi.

Cruz selama ini dikenal sebagai penyendiri. Ia pernah bekerja di toko Dollar Tree, sempat bergabung dalam program Reserve Officer Training Corps (ROTC) saat masih bersekolah, dan gemar memosting foto senjata di Instagram.

Aparat belum menentukan motif pelaku penembakan. Polisi sejauh ini mengatakan bahwa Nikolas Cruz dikeluarkan dari SMA.

Sementara, sejumlah siswa menggambarkannya sebagai remaja dengan perilaku aneh dan membuat orang lain tak nyaman, yang kemudian memutuskan hubungan dengannya.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.