Sukses

2 Karakter Fiksi di Situs Terlarang Ini Terbukti Mengerikan...

Bercermin pada kasus Geyser dan Weier 2014, situs internet mengerikan ini mengubah pengunjungnya menjadi brutal, benarkah?

Liputan6.com, Waukesha - Sulit rasanya untuk memercayai bahwa hanya gara-gara sebuah informasi di internet, Morgan Geyser dan Annisa Weier, gadis remaja 12 tahun asal Waukesha County, Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat tega menikam teman sekelas-sebayanya sendiri, Payton Leutner, sebanyak 19 kali pada Mei 2014 silam.

Meski ajal nyaris menjemput, Leutner yang mengalami luka kritis akibat kejadian percobaan pembunuhan itu tetap dapat diselamatkan dan masih hidup hingga saat ini.

Kejadian itu sempat membuat riuh publik Amerika Serikat dan dunia. Pasalnya, aksi kedua gadis itu disebut-sebut dipengaruhi oleh sebuah laman di internet. 

Rasanya wajar saja, karena, internet tak selalu menjadi dunia digital yang penuh wawasan dan informasi. Terkadang, dunia maya bisa menjadi tempat yang "gelap" dan mengerikan.

Semua itu bisa terjadi karena ada pihak tak bertanggung jawab yang menyalahgunakan kaidah internet atau ada orang dewas yang membiarkan anak-anaknya dengan bebas mengakses 'dunia tanpa batas' itu.

Situs internet mengerikan apa yang diduga mampu mengubah pengunjungnya menjadi brutal? Simak selengkapnya dalam artikel di bawah ini, seperti Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber (8/2/2018).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Slender Man

Pada 31 Mei 2014, dua gadis berusia 12 tahun Morgan Geyser dan Anissa Weier menusuk temannya 19 kali hingga tewas di sebuah hutan.

Mereka mengaku bertindak kejam untuk membuat The Slender Man -- karakter fiksi horor di internet -- terkesan.

Slenderman digambarkan sebagai pria bertubuh tinggi namun tipis, tak berwajah, mengenakan jas hitam dan dasi merah atau gelap. Kadang-kadang sosoknya dibayangkan memiliki tentakel. Ia konon akan menghantui anak-anak dan mereka yang berusaha menguak identitasnya.

Monster itu juga dikatakan suka menculik atau melukai orang, terutama para bocah. Ia muncul dalam banyak kisah di dunia maya.

Slenderman menjadi subjek populer 'creepypasta' suatu bentuk fiksi pendek di internet. Plesetan dari istilah 'copypasta' yang berasal dari 'copy-paste'.

Creepypasta adalah fiksi horor yang ditulis di internet. Kadang dalam gaya mirip seperti berita atau kriminal yang benar-benar terjadi.

 

3 dari 3 halaman

Laughing Jack

Laman tersebut juga menghasilkan salah satu kisah horor lain yang menginspirasi seseorang untuk melakukan tindakan kekerasan. 

Pada Juli 2015 lalu, seorang gadis cilik asal Elkhart, Indiana, Amerika Serikat berbuat kekejaman yang tak terbayang bisa dilakukan anak seusianya.

Gadis itu, yang tak disebut namanya demi alasan hukum, membakar flat tempat tinggal keluarganya, sebelum menyerang ibu tirinya, Maria Torres pada Juli 2015 lalu. Ia menikam korban hingga tewas.

Berdasarkan dokumen persidangan yang dibuka untuk publik, terdakwa mengaku, mendapat 'bisikan' dari karakter fiksi di situs Creepypasta, yang dikenal sebagai 'Laughing Jack'.

Gadis itu mengaku melakukan perbuatannya atas petunjuk monster internet berwajah mirip badut itu. Beberapa bulan sebelum kejadian, ia mengaku memiliki alter ego dan telah meminta bantuan ayahnya.

Ia dinyatakan 'berisiko membahayakan dirinya dan orang lain' dan didiagnosa memiliki gangguan kepribadian ganda (multiple personality disorder) dan gangguan pasca-trauma. Namun, 16 unit psikiatri menolak untuk merawatnya. Dianggap terlalu berisiko.

Pihak negara bagian juga menolak untuk memasukkannya dalam perawatan medis, meski perintah pengadilan menyebut, merawatnya di rumah sakit adalah satu-satunya opsi yang tersedia.

Kini, pelaku ditahan di lapas anak, Juvenile Detention Centre di Goshen, Indiana. Ia tak dibolehkan berada dekat dengan benda tajam. Itu berarti tahanan lainnya terpaksa makan sendok dari kertas. Demikian dikabarkan media WSBT.

Gadis itu sudah 177 hari ditahan. Selama itu ia rutin mengonsumsi obat yang diresepkan. Namun, dokter mengatakan, ia belum pulih untuk dihadapkan ke persidangan.

"Kami kehabisan pilihan. Ini adalah opsi terakhir kami," kata pengacara publik, Holly Curtis, seperti dikutip dari News.com.au, Rabu (25/11/2015).

Curtis menyayangkan pihak-pihak yang tak mau menerima pelaku, membantunya lepas dari derita psikisnya.

Sementara, juru bicara lembaga pelayanan sosial, Marni Lemons mengaku pihaknya sudah berusaha mencari tempat yang sesuai untuk gadis itu. Namun, kata dia, "ini kasus yang sungguh rumit."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.