Sukses

Hyperloop hingga Kereta ke Mars, Ini 6 Transportasi Masa Depan

Dari berbagai macam contoh, berikut 6 transportasi masa depan yang mungkin akan eksis di peradaban manusia

Liputan6.com, Jakarta - Kehadirannya kini mungkin dianggap sepele dan lazim, namun jelas bahwa transportasi adalah salah satu aspek vital dalam sejarah perkembangan peradaban manusia.

Tanpanya, manusia -- secara harafiah -- akan tetap diam di tempat.

Bayangkan, tanpa kapal laut, mungkin tidak akan ada yang namanya eksplorasi bangsa Eropa ke Afrika, Asia, dan Amerika. Eksplorasi itu, meski memicu periode kolonialisme yang pahit, menjadi awal mula bagi tumbuhnya modernitas di ketiga benua tersebut.

Beberapa abad setelahnya, peradaban manusia memasuki periode space race, dimana sejumlah negara berlomba meraih status kedigdayaan di angkasa luar.

Dan, tanpa adanya perkembangan teknologi roket, mungkin tidak akan ada yang namanya manusia pertama yang mampu menginjakkan kaki di Bulan. Atau, stasiun penelitian yang bertengger di orbit Bumi di antariksa.

Kendati demikian, dengan sejumlah banyak evolusi teknologi selama beberapa dekade terakhir, peradaban manusia baru hanya merasakan secuil inovasi perkembangan transportasi. Dan, seiring waktu, perkembangan teknologi itu berlangsung semakin cepat setiap tahunnya.

Siapa yang tahu, 20 tahun yang akan datang, beberapa moda transportasi yang hanya eksis semata di dunia sains-fiksi, akan benar-benar nyata dan dirasakan kehadirannya di dunia.

Dari berbagai macam contoh, berikut 6 transportasi masa depan yang mungkin akan eksis di peradaban manusia, seperti Liputan6.com kutip dari Toptenz.net, Senin (5/2/2018).

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

1. Taksi Air

Dengan menggabungkan manfaat perjalanan udara dan laut, Alain Thébault dan Anders Bringdal, telah merancang sebuah taksi air yang dapat meluncur tepat di atas permukaan air.

Dikenal sebagai Sea Bubbles, transportasi itu sangat cocok untuk kota-kota padat yang juga memiliki sungai besar. Moda transportasi itu tidak hanya bisa membawa Anda ke atau mendekati tujuan dalam waktu singkat, tapi mereka akan melakukannya dengan cara yang benar-benar bersih.

Satu Sea Bubble bisa menampung hingga maksimal lima orang, dan bisa diakses melalui dermaga khusus di sepanjang sungai. Mereka bertenaga baterai, dan mampu menempuh jarak sejauh 80 - 100 km dengan kecepatan maksimal 32 km/jam.

Yang sangat menarik dari kendaraan itu adalah kemampuannya untuk meluncur di atas permukaan air dengan gaya gesekan seminimum mungkin, sehingga dapat menempuh jarak tujuan yang lebih jauh dan lebih cepat ketimbang transportasi air konvensional lainnya.

Prototipe Sea Bubble tampil debut di Sungai Seine di Paris pada 2017. Dan moda transportasi modern itu mungkin akan benar-benar menggantikan perahu konvensional di seantero Eropa dan dunia pada tahun-tahun ke depan.

3 dari 7 halaman

2. Kereta Hyperloop

Jika baru akhir-akhir ini Indonesia tengah ramai dengan perbincangan pembangunan kereta cepat ala negara maju, ternyata perusahaan Tesla sudah melangkah lebih jauh. Mereka tengah mengembangkan Hyperloop nama untuk kereta super cepat buatan mereka.

Konsepnya mirip dengan kereta api, bedanya Hyperloop akan menggunakan tabung sebagai pengganti rel. Kereta ini bahkan dapat mencapai kecepatan dua kali lipat kereta cepat, yaitu sekitar 1.000 Km per jam. Jika pengembangannya lancar, kereta ini dipastikan sudah dapat beroperasi pada tahun 2020.

4 dari 7 halaman

3. Roket Antar-Kota

Penemu dan CEO firma riset inovatif SpaceX, Elon Musk pernah beretorika, "Jika Anda bisa membuat sebuah pesawat roket yang bisa membawa Anda pergi ke Mars, bagaimana jika konsep teknologi yang sama membawa Anda pergi dari satu kota ke kota lainnya?"

Retorika itu bisa saja berhasil.

Selama beberapa tahun terakhir, firma SpaceX telah bereksperimen dengan teknologi moda transportasi roket daur ulang yang mampu menekan biaya perjalanan antariksa dari Bumi ke Mars.

Dan, baru-baru ini, Musk dan SpaceX pernah mengklaim bahwa mereka mampu menekan biaya perjalanan angkasa ke luar, dari US$ 10.000 hingga menjadi US$ 1.000 (per-orang). Penurunan itu telah memicu beberapa perdebatan tentang kemungkinan sistem teknologi transportasi yang sama, namun untuk perjalanan antar benua di dalam Bumi.

Idenya cukup bagus dan memungkinkan. Namun, banyak pakar yang menilai bahwa ide semacam itu memerlukan waktu yang cukup lama untuk terealisasi.

Tapi andaikan salah satunya berhasil dibuat, maka moda transportasi semacam itu diprediksi akan merombak norma mobilitas dalam peradaban manusia. Satu roket mampu membawa 100 orang dari Kota New York ke Shanghai dengan kecepatan 17.000 mil per jam dengan waktu sekitar 39 menit.

Bayangkan bagaimana hal tersebut berdampak pada bisnis, pola rutinitas masyarakat, dan perekonomian suatu negara.

5 dari 7 halaman

4. Mobil Drone

Tren Drone Camera ternyata banyak menginspirasi teknologi lainnya, begitu juga dengan transportasi. Salah satunya adalah perusahaan asal Negeri Tirai Bambu, Ehang, mengembangkan drone yang dapat digunakan menjadi kendaraan untuk manusia.

Dalam event CES 2016, Ehang memperkenalkan Ehang 184, prototipe drone yang dapat ditumpangi manusia. Hebatnya penumpang cukup memasukkan tujuan, Ehang 184 akan secara otomatis menuju tempat yang dituju.

6 dari 7 halaman

5. Pesawat Komersil Antariksa

Bukan barang baru memang, sejak firma riset inovatif SpaceX yang dipimpin oleh Elon Musk mencetuskannya pada beberapa tahun lalu. Namun, hipotesis moda transportasi itu adalah yang cukup realistis.

Terhitung pada 2017, SpaceX telah melakukan tes peluncuran yang ke-18 sepanjang tahun lalu.

Roket Falcon 9 sukses meluncur pada Desember 2017, dengan mengangkut sepuluh satelit ke orbit Bumi rendah untuk konstelasi komunikasi Iridium NEXT milik Iridium.

Dilansir Tech Crunch, Sabtu 23 Desember 2017, misi terbaru itu sekaligus menandai peluncuran roket terbanyak yang dilakukan SpaceX dalam satu tahun, mengalahkan pencapaian sebelumnya sebanyak sepuluh misi. Peluncuran Falcon 9 ini merupakan misi keempat yang diterbangkan SpaceX untuk Iridium.

SpaceX meluncurkan Falcon 9 dari komplek peluncuran di Vandenberg Air Force Base di California, Amerika Serikat (AS).

Falcon 9 yang diluncurkan ini sebelumnya diterbangkan untuk misi kedua Iridium pada Juni 2017. Itu artinya, roket ini kembali dan siap digunakan kembali hanya dalam enam bulan.

Iridium merupakan klien untuk misi pertama SpaceX pada Januari 2017. SpaceX pernah mengalami kegagalan saat roket Falcon 9 meledak ketika pengujian di Cape Canaveral pada September 2016. Roket tersebut direncanakan meluncur pada 3 September 2016 dengan misi mengirim satelit pertama Facebook ke orbit.

7 dari 7 halaman

6. Kereta Antariksa

Di tengah maraknya rencana manusia di Bumi untuk mengkolonisasi planet Mars, muncul sebuah gagasan transportasi yang mampu mendobrak tren konvensional mengenai mobilitas ke angkasa luar.

Salah satu sistem transportasi yang diusulkan adalah hipotesis mengenai program kereta antariksa yang dikenal dengan nama Solar Express.

Moda transportasi itu akan mengkombinasikan model pergerakan sebuah roket angkasa luar dan kereta pada umumnya.

Pertama-tama, saat hendak bertolak dari titik keberangkatan, Solar Express akan menggunakan sistem propulsi roket jet seperti pada pesawat antariksa pada umumnya.

Propulsi itu akan membantu kereta tersebut keluar dari atmosfir planet keberangkatan menuju angkasa luar. Setelah itu, kereta tersebut akan memanfaatkan gaya gravitasi planet di titik keberangkatannya untuk melakukan manuver slingshot.

Manuver slingshot itu kemudian akan membawa kereta tersebut meluncur ke destinasi yang hendak dituju; Bumi-Mars bolak-balik, pulang-pergi, dan seterusnya.

Kereta itu akan terus menerus melakukan rute perjalanan seperti itu tanpa henti, bak bandul pendulum yang terus berayun dari satu sisi ke sisi berlawanan dengan memanfaatkan gaya gravitas dari kedua planet.

Lantas, bagaimana cara manusia untuk naik dan turun dari kereta tersebut?

Seperti dikutip dari Listverse, ilmuwan menghipotesiskan mekanisme pesawat drone yang mampu mengantarkan para penumpang untuk 'turun dan naik' dari atau ke kereta.

Berdasarkan kalkulasi, hipotesis moda transportasi itu akan membuat perjalanan Bumi-Mars hanya perlu memakan waktu sekitar 2 hari.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.