Sukses

Respons AS, PBB Galang Dana US$ 500 Juta untuk Palestina

Badan PBB Urusan Pengungsi Palestina memulai kampanye penggalangan dana untuk mengumpulkan US$ 500 juta, yang dimulai sejak 23 Januari 2018.

Liputan6.com, Washington, DC - Badan PBB Urusan Pengungsi Palestina (UNRWA) memulai kampanye penggalangan dana untuk mengumpulkan US$ 500 juta, yang dimulai sejak Senin, 22 Januari 2018.

Penggalangan itu dilakukan beberapa pekan usai pemerintahan Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk menahan sementara kucuran dana tahunan rutin yang mereka berikan kepada UNRWA untuk 2018. Demikian seperti dikutip dari VOA News, Rabu (24/1/2018).

AS menahan hampir separuh dari total anggaran tahunan rutin yang mereka berikan kepada UN Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA). Tahun ini, AS direncanakan akan memberikan sekitar US$ 125 juta kepada UNRWA.

Oleh karena itu, usai keputusan tersebut, Washington DC hanya akan memberikan UNRWA dana senilai US$ 60 juta saja. Adapun dana yang tersisa, senilai US$ 65 juta, akan ditahan untuk dipertimbangkan pada masa-masa mendatang.

Pengumuman itu mengejutkan dan membuat marah para pengungsi Palestina.

Keputusan ini juga membuat UNRWA, berjuang keras untuk tidak mengganggu layanan bagi 5 juta pengungsi Palestina terdaftar yang berada di Jalur Gaza, Tepi Barat, Yordania, Lebanon dan Suriah.

Peter Mulrean, direktur UNRWA di New York, mengemukakan, "Kami menyediakan pendidikan bagi 500 ribu lebih anak-anak di 700 sekolah di seluruh wilayah itu."

"Kami melakukan 9 juta kunjungan layanan kesehatan di 150 klinik tahun lalu. Kami mengurusi 1,7 juta pengungsi Palestina yang rawan pangan, 1 juta di antaranya di Gaza. Inilah hal-hal yang tidak berhenti kita lakukan dari hari ke hari," kata dia mengomentari penahanan dana untuk Palestina itu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bermotif Politik Seputar Yerusalem?

Timbul spekulasi bahwa pemangkasan dana untuk UNRWA itu merupakan pembalasan dendam politik, menyusul kekalahan telak Amerika Serikat di Majelis Umum PBB terkait keputusan sepihak AS yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Namun, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika, Heather Nauert, menjelaskan, "Ini tidak dimaksudkan untuk menghukum siapa pun. Pemerintah Amerika Serikat dan pemerintahan Trump meyakini bahwa seharusnya dilakukan lebih banyak apa yang disebut berbagi beban."

Akan tetapi, pekan lalu, Duta Besar Amerika untuk PBB Nikki Haley mengambil sikap lebih keras. Dalam wawancaranya dengan VOA, ia mengatakan, "Mereka membawa kita ke PBB dan pada dasarnya bersikap sangat bermusuhan dalam perkataan maupun tindakan. Kami tidak membayar agar dianiaya, ini tidak masuk akal."

Kedua pejabat itu juga menyatakan pemerintah Amerika menghendaki agar UNRWA melakukan sejumlah perombakan internal sebelum Amerika mempertimbangkan pengalokasian kontribusi di masa mendatang.

Pierre Krahenbuhl, Komisaris Jenderal UNRWA, menjelaskan,"Saya belum berkomunikasi dan belum menerima suatu indikasi spesifik sekarang ini dari pemerintah AS mengenai masalah terkait perombakan tertentu. Saya juga harus sampaikan bahwa saya benar-benar paham, bahwa keputusan yang diambil dalam hal pendanaan tidak ada kaitannya dengan kinerja kami.”

Kampanye penggalangan dana itu juga dimulai pada hari yang sama dengan kunjungan Wakil Presiden AS Mike Pence ke Israel dan berpidato di hadapan parlemen Israel.

Dalam pidato itu, Mike Pence mengatakan, "Dalam beberapa pekan mendatang, pemerintah kami akan memajukan rencananya untuk membuka Kedutaan Besar AS di Yerusalem dan kedutaan akan dibuka tahun depan."

Sementara itu, UNRWA ingin semua jalur komunikasi dengan pemerintahan Trump tetap terbuka sambil terus berupaya mencari donor-donor baru untuk mendanai kegiatannya yang telah dilakukan selama 70 tahun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.