Sukses

Amerika Serikat Minta Turki Menahan Diri di Suriah

AS prihatin atas serangan Turki di Suriah utara. Pejabat menyerukan agar Turki menahan diri karena khawatir konflik bisa menyebar.

Liputan6.com, Washington, DC - Amerika Serikat mengungkapkan keprihatinannya atas serangan Turki di Suriah utara dan menyerukan agar Istanbul menahan diri karena khawatir konflik bisa menyebar.

Dalam sebuah taklimat di Gedung Putih, pada Senin 22 Januari 2018, Juru Bicara Kepresidenan Amerika Serikat, Sarah Huckabee Sanders mengatakan bahwa Negeri Paman Sam memahami keprihatinan Turki. Mereka bahkan "bertekad untuk bekerja sama dengan Ankara sebagai sekutu NATO".

"Peningkatan kekerasan di Afrin mengganggu wilayah Suriah yang relatif stabil," kata Sanders seperti dikutip dari VOA News (24/1/2018).

"Kejadian itu mengalihkan perhatian dari upaya internasional untuk menjamin kekalahan ISIS, kejadian itu dapat dimanfaatkan oleh ISIS dan Al Qaeda untuk mencari tempat berlindung dan menyusun kekuatan kembali. Ini berisiko memperburuk krisis kemanusiaan," ia menambahkan.

Sanders juga mendesak Turki untuk menahan diri dalam tindakan militer dan retorikanya, memastikan bahwa operasinya terbatas, baik dari lingkup maupun waktu, memastikan bantuan kemanusiaan berlanjut, dan menghindari korban sipil.

"Kami ingin memastikan bahwa rezim brutal Assad tidak dapat kembali ke Afrin. Kami juga akan terus mengusahakan lewat saluran diplomasi pengakhiran perang saudara Suriah," kata dia lagi.

Washington ingin mempertahankan hubungan dengan Turki, tapi Amerika Serikat juga menjalin hubungan dengan pasukan Kurdi dan pasukan lainnya yang dimusuhi Turki.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menlu AS Ikut Prihatin

Dalam sebuah konferensi pers di London, Senin, Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson, mengatakan, "AS berada di Suriah untuk mengalahkan ISIS. Dan kami telah melakukannya dengan koalisi mitra, khususnya Pasukan Demokratik Suriah, yang tidak hanya terdiri dari Kurdi dan Arab, tetapi juga unsur pasukan Kristen."

"Itu benar-benar kelompok pejuang multietnis yang membela wilayah asalnya. Jadi, kami prihatin dengan insiden Turki di Suriah utara."

Kemudian, Tillerson mencoba menenangkan keprihatinan sehubungan meningkatnya ketegangan antara Turki dan AS, "Saya berpendapat bahwa kami sama sekali tidak bertentangan satu sama lain."

Menlu AS juga mengatakan bahwa Turki khawatir tentang teroris yang melintasi perbatasan ke Turki dan melakukan serangan. "Kami menghargai hak mereka untuk membela diri, tetapi ini merupakan situasi sulit di mana banyak warga sipil bercampur. Jadi, kami meminta mereka agar membatasi operasi dan menahan diri."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.