Sukses

Misteri Keberadaan Taj Mahal Hitam, Fakta atau Mitos?

Liputan6.com, Agra - Tak hanya soal arsitektur menawan dan keindahan yang ditawarkan oleh Taj Mahal. Mauloseum megah yang terletak di Agra, India, itu juga menyimpan sejumlah kisah lain, salah satunya adalah soal Black Taj Mahal.

Sejumlah pihak meyakini bahwa Shah Jahan berencana membangun Black Taj Mahal atau Taj Mahal Hitam -- kabarnya dibuat dari marmer hitam -- sebagai mauloseum untuk dirinya.

Menurut sejumlah cerita, bangunan tersebut kabarnya akan dibangun di seberang Taj Mahal, tepatnya di sebuah taman yang berada di utara Taj Mahal yang terpisah oleh Sungai Yamuna.

Menurut situs tajmahal.org.uk, kisah Black Taj Mahal pertama kali ditulis oleh pengelana asal Inggris, Jean Baptiste Tavernier, yang mengunjungi Agra pada 1665.

Tulisan Tavernier menyebut bahwa Shah Jahan mulai membangun mauloseumnya sendiri di taman di seberang sungai namun tak pernah dapat menyelesaikannya karena ia dimakzulkan oleh putranya sendiri, Aurangzeb.

'Keseruan' kisah itu bertambah saat sejumlah ilmuwan menyebut bahwa terdapat marmer hitam di taman bernama Mehtab Bagh itu. Penemuan tersebut diyakini merupakan pondasi Black Taj Mahal yang akhirnya terbengkalai.

Namun, beberapa ilmuwan lain mengatakan bahwa marmer hitam yang ada di Mehtab Bagh tak hitam natural, di mana warnya berubah menjadi hitam seiring dengan berjalannya waktu.

Sementara terdapat pihak yang meyakini adanya Black Taj Mahal, banyak orang menganggapnya sebagai mitos belaka. Hal itu pun disampaikan oleh tour guide Taj Mahal yang telah bekerja di sana selama 17 tahun.

"Kisah soal Black Taj Mahal memang menarik, tapi itu bukan merupakan sejarah yang benar, itu mitos, untuk membuat sejarah lebih menarik," ujar Ramesh Deewan.

Menurut Deewan, kisah itu berasal karena bayangan Taj Mahal akan jatuh di taman di seberangnya saat Bulan bersinar terang.

"Yang benar adalah, di seberang Taj Mahal terdapat sebuah taman, mereka kemudian menyeberang ke sana dengan perahu, dan melihat Taj Mahal dari sana," jelas Deewan.

"Ketika sinar bulang terang, bulan berada di selatan, bayangan Taj Mahal jatuh di taman," imbuh dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tak Mau Dimakamkan di Sebelah Istri

Konon, diyakini Shah Jahan tak pernah berniat dimakamkan di sebelah istrinya, Mumtaz Mahal di Taj Mahal -- di mana nisannya kini berada. Itu mengapa makamnya menjadi satu-satunya yang tak simetris di bangunan yang diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO itu.

Ia sebenarnya ingin membangun Taj Mahal yang lain untuk menjadi peristirahatannya terakhir. Bedanya, yang ini dibangun dari marmer hitam. Serba gelap. Sebagai tanda duka cita yang mendalam akibat ditinggal sang istri terkasih.

Kemudian, sang maharaja juga ingin membangun jembatan yang menghubungkan 2 Taj Mahal -- hitam dan putih -- melintasi Sungai Yamuna. Namun, rencana itu kabarnya digagalkan oleh putranya.

Seorang penjelajah Eropa, Jean Baptiste Tavernier yang mengunjungi Agra pada 1665-lah yang kali pertama mencetuskan ide Taj Mahal versi hitam dalam tulisannya.

Klaim itu diperkuat hasil observasi yang dilakukan sejumlah arkeolog pada 2006, yang menyebut bagian dari kolam di Mehtab Bagh, mencerminkan refleksi gelap Taj Mahal.

Namun, para pejabat Archaeological Survey of India (ASI) menekankan, tak ada bukti sejarah yang membuktikan eksistensi Taj Mahal versi hitam. Menyebutnya, itu hanya cerita yang sering disampaikan pemandu wisata untuk menarik para pengunjung.

Ekskavasi sebelumnya yang dilakukan pada tahun 1990-an menemukan reruntuhan berbentuk segi delapan dengan dengan 25 air mancur, kolam kecil, dan sebuah baradari di area timur taman.

"Kerja kali ini fokus pada bagian selatan taman yang berhadapan dengan Taj Mahal, yang membuat temuan ini semakin menarik," kata pejabat itu

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini