Sukses

Atasi Skandal Monopoli, RS di AS Akan Swasembada Obat

Liputan6.com, Washington, DC - Selama bertahun-tahun, sejumlah pihak manajemen rumah sakit di Amerika Serikat mengaku frustrasi ketika sejumlah obat penting nan esensial menjadi langka. Atau ketika harga obat-obatan tersebut melambung tinggi, karena investor memengaruhi atau sengaja "mempermainkan" harga barang-barang tersebut di pasar.

Kini, sejumlah rumah sakit besar di Amerika Serikat mulai mengambil langkah agresif guna merespons kondisi tersebut.

Mereka -- untuk pertama kalinya dalam sejarah perumahsakitan di AS -- berencana untuk terjun langsung ke dunia bisnis industri obat-obatan serta memproduksi sendiri sejumlah di antaranya. Demikian seperti dikutip dari The New York Times (19/1/2018).

"Kami tidak akan tinggal diam. Kami akan melangkah, mencoba, dan membenahinya," kata Marc Harrison, Kepala Eksekutif Intermountain Healthcare, sebuah perhimpunan sejumlah rumah sakit yang berbasis di Salt Lake City, Amerika Serikat.

Intermountain tak menjelaskan obat-obatan apa yang akan mereka produksi sendiri.

Harrison pun juga tak memberikan info detail mengenai varian obat yang akan diproduksi. Ia -- dan pihak lain yang sehaluan -- khawatir jika industri bisnis obat raksasa mengetahui rencana itu, mereka akan mengganggu rencana tersebut.

Kendati demikian, Harrison mengindikasikan bahwa ia hanya akan berfokus pada "sejumlah masalah" saja, serta mengatakan "tak akan terjun secara penuh ke dalam industri".

Harrison juga mengatakan hanya akan berfokus pada obat-obatan yang harganya telah meningkat tajam atau mengalami kelangkaan.

Ilustrasi kapsul obat. (Sumber Max Pixel via Creative Commons)

Dalam beberapa waktu terakhir, sejumlah rumah sakit di kawasan mengalami kelangkaan atau mahalnya harga sejumlah obat analgesik-penenang, seperti morfin dan obat jantung Nitropress. Kedua obat itu mungkin menjadi segelintir contoh yang akan diproduksi sendiri oleh pihak rumah sakit.

Pasien sejumlah rumah sakit yang menjadi anggota himpunan Intermountain juga mengeluhkan mahalnya harga jual kedua jenis obat tersebut. Keluhan itu sering kali dilontarkan kepada pihak manajemen rumah sakit, yang sejatinya, tak banyak berperan dalam penetapan harga kedua obat itu.

Kondisi semacam itulah yang melandasi sejumlah anggota Intermountain untuk "melakukan langkah agresif" dengan memproduksi sendiri sejumlah jenis obat-obatan.

Sejumlah perhimpunan rumah sakit lain di AS juga tampak mulai mengambil langkah serupa.

Ascension, salah satu perhimpunan rumah sakit Katolik nonprofit terbesar di AS, berencana untuk membangun sebuah firma yang khusus memproduksi sejumlah obat generik untuk rumah sakit yang tergabung menjadi anggota himpunan.

Rumah Sakit untuk Veteran Angkatan Bersenjata AS juga tampak tertarik untuk melakukan langkah serupa.

Untuk seluruhnya, ada sekitar 300 rumah sakit yang tampak tertarik dengan langkah tersebut. Beberapa rumah sakit di Amerika Serikat juga dilaporkan akan ikut menyusul langkah serupa.

Proyek baru itu pada awalnya hanya akan berfokus untuk memproduksi dan menjual ke kalangan rumah sakit saja. Namun, beberapa mengungkap bahwa pada akhirnya, mereka mungkin akan memperluas cakupan penjualan dengan menawarkan produk secara lebih luas.

Intermountain mengatakan bahwa mereka juga akan meminta persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) -- yang telah bersumpah untuk memberikan prioritas kepada perusahaan yang ingin membuat obat generik di pasar yang hanya memiliki sedikit persaingan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Demi Mendobrak Kemapanan Industri Bisnis Monopoli Obat-obatan

Kevin Schulman, profesor di Fakultas Kedokteran Duke University, Amerika Serikat, juga sangat mendukung rencana ratusan rumah sakit di AS yang hendak memproduksi sejumlah obat-obatan mereka sendiri.

Schulman, yang juga penggagas gerakan tersebut, berpendapat bahwa swasembada obat-obatan itu merupakan langkah positif untuk mendobrak 'kecurangan dan permainan yang dilakukan oleh bisnis industri obat-obatan raksasa'.

"Jika mereka setuju untuk terus melanjutkan upaya swasembada itu, mereka akan memberikan ancaman besar terhadap pihak-pihak yang sering memanipulasi harga obat generik di pasaran. Mereka (para manipulator) mungkin akan berpikir dua kali untuk melakukan tindakannya," kata Schulman seperti dikutip dari The New York Times.

Permainan yang dilakukan oleh industri obat-obatan besar, seperti yang dimaksud oleh Schulman meliputi membeli dan memonopoli obat-obatan tertentu, menaikkan harganya, dan menjual kembali ke rumah sakit di Amerika Serikat.

Hal seperti itu yang memicu kemarahan publik, mendorong Kongres AS untuk melakukan serangkaian rapat dengar pendapat, dan penyelidikan oleh lembaga federal Amerika Serikat.

Contoh paling terkenal adalah skandal yang dilakukan oleh Martin Shkreli, yang memonopoli dan menaikkan harga obat Daraprim, menjadi US$ 750 per tablet pada 2015, dari harga semula yang hanya berkisar US$ 13,5.

Selain Daraprim, beberapa obat lain juga diketahui mengalami peningkatan harga yang tajam dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2015, Valean Pharmaceuticals International menaikkan harga secara drastis untuk dua obat jantung, Nitropress dan Isopel, menyebabkan lonjakan tagihan medis bagi para pasien di sejumlah rumah sakit di Amerika Serikat.

Praktik monopolistik yang dilakukan oleh Valean memicu pemerintah federal melakukan serangkaian investigasi dan mendorong Kongres AS untu melakukan rapat dengar pendapat dengan kepemimpinan perusahaan.

Rumah sakit juga telah berjuang mengatasi kekurangan ratusan obat vital selama dekade terakhir, mulai dari morfin suntik hingga sodium bicarbonate. Kekurangan disebabkan karena hanya satu atau dua produsen yang menghasilkan produk tersebut.

Sementara itu, kelompok pedagang obat-obatan generik di AS, Association for Acccessible Medicines (AAM) mengatakan bahwa swasembada obat-obatan itu merupakan langkah yang baik demi memicu kompetisi.

"Keseluruhan industri obat-obatan generik didasarkan pada kompetisi dan kompetisi membawa penghematan dramatis bagi pasien," kata Allen Goldberg, juru bicara untuk AAM.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini