Sukses

Model Seksi di Sampul Majalah Playboy Ini Adalah Transgender

Model transgender itu bernama Giuliana Farfalla. Namanya mulai dikenal khalayak ramai sejak mengisi layar kaca lewat program reality show.

Liputan6.com, Berlin - Selama ini majalah dewasa terkenal, Playboy selalu menampilkan foto wanita dewasa yang seksi dan sensual.

Namun, baru-baru ini pihak Playboy bikin heboh dengan pilihan model yang menghiasi halaman depan majalah tersebut.

Dikutip dari laman Deutsche Welle, Jumat (12/1/2018), model cantik yang terpampang di halaman muka adalah seorang transgender.

Ia menjadi model di cover utama Majalah Playboy edisi Jerman.

Model transgender itu bernama Giuliana Farfalla. Namanya mulai dikenal khalayak ramai sejak mengisi layar kaca lewat program reality show di negara tersebut.

Tampilnya Farfalla di halaman depan majalah tersebut membuat sejarah baru. Ia menjadi model transgender Jerman pertama yang mengisi halaman depan Playboy.

Guliana Farfalla terlahir dengan nama asli Pascal Radermacher di Jerman bagian tenggara. Ia juga dikenal sebagai peserta Germany Next Top Model -- sebuah ajang pencarian model. Demikian dikutip dari laman Daily Mail.

Kala Farfalla jadi perserta di ajang tersebut, artis sekaligus penyanyi Heidi Klum juga menjadi juri dalam acara itu.

Model berparas cantik itu mengatakan, sejak kecil ia sudah merasa ada yang berbeda dalam dirinya. Pertentangan itu kian kuat sehingga pada usia 16 tahun ia memilih berganti kelamin.

"Sejak berusia delapan tahun, saya sudah bilang ke ibu, saya ingin menjadi perempuan," ujar Farfalla.

"Ternyata ibu menanggapi serius permintaan saya. Ia berkonsultasi dengan dokter dan terjadilah," tambahnya.

Lewat akun Instagram, Farfalla menyampaikan rasa bangganya karena terpilih jadi model utama di Majalah Playboy.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bukan Transgender Pertama di Sampul Playboy

Meski demikian, Guliana Farfalla bukan model transgender pertama di dunia yang mengisi halaman depan majalah tersebut.

Tahun lalu, Playboy edisi Amerika Serikat pernah menggunakan model transgender untuk edisi 'Playmate of the Month'.

Penampilan Ines Rau digadang-gadang menjadi sebuah langkah yang diharapkan akan membuka jalan bagi "semua wanita-- transgender atau sebaliknya--di bidang mode dan sektor lainnya".

Ines Rau, model mode Prancis yang tampil telanjang dalam edisi Playboy 2014 itu, sebelumnya pernah bekerja dengan Balmain dan Vogue Italia. Ia adalah model transgender pertama yang tampil sebagai centrefold dalam sejarah 64 tahun majalah tersebut.

"Setiap kecantikan wanita pantas dirayakan," ujar Rau yang berusia 26 tahun. "Tidak ada menginginkan untuk menjadi seorang wanita lebih dari para transgender, yang secara rutin mengalami penganiayaan dan diperlakukan seperti mereka bukan apa-apa."

Rau dipilih untuk majalah Playboy kabarnya karena model transgender tengah semakin bersinar di dunia fashion dan media.

Pada bulan Maret, majalah Vogue Prancis juga menampilkan model transgender untuk pertama kali di sampulnya. Begitu juga Marie Claire Spanyol pada 2016.

Rau mengatakan pendiri Playboy Hugh Hefner merupakan seorang pendukung hak-hak sipil yang vokal, telah secara pribadi memilihnya untuk menjadi playmate transgender pertama majalah tersebut sebelum dia meninggal pada usia 91 tahun September 2017 lalu.

"Ia mengatakan sangat bangga denganku".

"Pesan-pesan dukungan yang saya terima dari orang-orang menakjubkan, walaupun masih ada beberapa orang yang menganggapku jelek dan tidak pantas tampil di Playboy," katanya dalam sebuah wawancara telepon.

Kelompok hak asasi manusia merayakan kemunculan Rau sebagai langkah positif yang membawa hak LGBT menjadi sorotan.

"Wanita transgender adalah wanita juga. Itu bukan untuk diperdebatkan oleh komentator media atau orang lain. Kami memuji Ines Rau karena terus berbicara mengenai hak kaum transgender di mana-mana," kata juru bicara amal LGBT Stonewall.

Keputusan untuk menampilkan Rau pada majalah pria dewasa itu sebenarnya memicu perdebatan di media sosial, yang menyatakan ketidaksetujuannya.

"Akan selalu ada kecaman," kata Rau. "Tapi jika saya bisa membantu orang lain untuk mencintai diri mereka sendiri, maka itu layak dilakukan."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.