Sukses

9-1-1952: Presiden AS Ingatkan Soal Ancaman Komunisme

Hari ini, 66 tahun yang lalu, Presiden Amerika Serikat Harry S Truman mengimbau tentang potensi Perang Dingin dan komunisme.

Liputan6.com, Washington, DC - Hari ini, 66 tahun yang lalu, dalam pidato kenegaraannya, Presiden Amerika Serikat Harry S Truman mengimbau tentang potensi Perang Dingin yang semakin menghangat dan mengancam dunia pada tahun-tahun ke depan.

Seperti dikutip dari History (9/1/2018), dalam pidato yang sama, Presiden Truman juga cemas terhadap semakin berkembangnya ancaman komunisme, tak hanya bagi Amerika Serikat, namun juga bagi kawasan lain di dunia.

Dalam pidato State of the Union di Washington DC pada 9 Januari 1952, Presiden Truman memperingatkan AS bahwa mereka akan 'bergerak melalui masa-masa sulit' dan menyerukan tindakan yang kuat untuk menghadapi ancaman komunisme.

Saat menyampaikan pidato, popularitas Truman tengah menyusut sejak 18 bulan terakhir akibat kebijakan yang ia ambil dalam menangani Perang Korea.

Namun, pesan yang ia sampaikan soal ancaman Perang Dingin dan komunisme dari 'Blok Timur' dalam pidato State of the Union mendapatkan tepuk tangan yang meriah dari tamu yang hadir -- yang terdiri dari pejabat, anggota Kongres AS dan tamu istimewa; Perdana Menteri Inggris Winston Churchill.

Truman menghabiskan sebagian besar durasi pidato State of the Union-nya untuk membahas masalah kebijakan luar negeri, dengan fokus utama pada tantangan komunis yang sudah, tengah, dan akan dihadapi oleh Amerika Serikat.

Sang presiden menyatakan bahwa Amerika Serikat dihadapkan pada "ancaman agresi komunis yang mengerikan." Dia menunjukkan dengan bangga tindakan AS dalam memenuhi ancaman tersebut.

Di Korea, gabungan pasukan AS dan PBB berhasil "mengusir invasi Komunis China", kata Truman.

Di tempat lain di Asia, bantuan Negeri Paman Sam untuk para sekutunya membantu "menahan kemajuan komunis". Dan, di Eropa serta Timur Tengah, perang melawan Ekspansi Uni Soviet yang berideologi komunis juga terus berlanjut -- tentunya, dengan dukungan AS.

Truman juga menyatakan kebanggaannya pada program Point Four, yang memberikan bantuan ilmiah dan teknis AS (seperti di bidang pertanian) ke negara berkembang. Ia mengejawantahkan pemberian bantuan itu seakan seperti "memberi makan seluruh dunia agar kita tidak perlu menolerir komunisme."

Lebih lanjut, Presiden Truman mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Uni Soviet -- dengan mengembangkan nuklir dan kapasitas tentaranya -- justru akan menghambat proses agenda AS dan memicu 'terjadinya perang dunia selanjutnya'.

Pidato Truman saat itu juga dianggap sebagai sanggahan terhadap kritik domestik yang terlontar dari berbagai politisi, salah satunya Senator Joseph McCarthy, yang menyerang "kelembutan" Truman terhadap komunisme.

Mungkin kritik semacam itu memberi kontribusi pada keputusan Truman untuk tidak mencalonkan kembali menjadi petahana dalam Pilpres Amerika Serikat 1952. Adlai Stevenson mencalonkan diri sebagai kandidat dari Partai Demokrat, namun dia kalah dalam pemilihan oleh Dwight Eisenhower yang berasal dari Partai Republik.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Peristiwa Bersejarah Lain...

Hari itu, 9 Januari 1969, kecelakaan pesawat terjadi di Langit Indiana, Amerika Serikat, tepatnya di atas tanah lapang Fairland. Dua pesawat, yakni Allegheny Airlines dengan nomor penerbangan 853 dan pesawat kecil Piper PA-28 tabrakan di langit.

Akibat kecelakaan ini, seluruh penumpang dan kru di dalam McDonnel Douglas DC-9-31, yakni berjumlah 82 tewas. Dan seorang pilot sekaligus penumpang tunggal pesawat Piper meregang nyawa.

Ketika itu, Allegheny Airlines yang dipiloti Kapten James Elrod (47) dan kopilot William Heckendorn (26) tengah dalam perjalanan pulang dari Cincinnati menuju Indianapolis.

Berdasarkan panduan Instrument Flight Rules (IFR), pihak pengatur lalu lintas udara (ATC) saat itu memerintahkan pilot maskapai tersebut untuk turun 2.500 kaki.

Sementara itu, pesawat Piper PA-28 yang dioperasikan Robert Carey (34) tengah menuju tenggara dari arah sebaliknya. Piper ini terbang dengan bantuan Visual flight Rules (VFR). Tak lama tabrakan pun tak terhindarkan.

Saksi mata yang melihat langsung kejadian di udara ini menuturkan, pesawat meledak dan hancur berkeping setelah tabrakan. Saat itu juga serpihan-serpihan pesawat berjatuhan.

"Ada beberapa serpihan kecil yang terlihat sempat menyangkut di awan," ujar seorang saksi mata, seperti dikutip dari Astro.com Sabtu 9 Januari 2016.

Menurut warga lain yang menyaksikan kecelakaan, kedua pesawat tak mencoba bermanuver untuk menghindari kecelakaan. Kendati demikian, menurut rekaman Cockpit Voice Recorder (CVR), pilot Piper PA-28 sempat berteriak untuk menurunkan pesawatnya. Namun terlambat, pesawat sudah tabrakan.

Hingga kini belum diketahui penyebab pasti kecelakaan pesawat tersebut. Di samping human error, bedanya penggunaan radar penerbangan pada kedua pesawat diduga sebagai penyebabnya.

Dalam Today in History hari ini, sejarah lain mencatat pada 9 Januari 1948, Kim Il-sung menyatakan secara resmi pendirian Republik Demokratik Rakyat Korea. Di tanggal sama tahun 2004, sebuah bom mobil meledak di depan Kedubes Australia di Jakarta, sehingga menewaskan 9 orang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini