Sukses

Diduga Mata-Mata Rusia, Penerjemah PM Ukraina Ditangkap

Penerjemah PM Ukraina, Stanislav Yezhov, pernah mengikuti rapat penting di kantor PM Inggris pada musim panas lalu.

Liputan6.com, London - Penerjemah bagi Perdana Menteri Ukraina Volodymyr Groysman ditangkap. Ia dicurigai sebagai mata-mata Rusia.

Penerjemah bernama Stanislav Yezhov telah menemani sang perdana menteri ke sejumlah pertemuan tingkat tinggi, termasuk dengan Theresa May di Downing Street pada Juli 2017 lalu, di mana dia berfoto dengan PM Inggris itu.

Yezhov juga turut mendampingi PM Groysman dalam sebuah pertemuan dengan Wakil Presiden AS Joe Biden di Gedung Putih pada 2016.

Dikutip dari Independent pada Jumat (22/12/2017), Yezhov ditahan oleh dinas intelijen Ukraina, SBU pada Rabu, 20 Desember 2017. Sebuah rekaman memperlihatkan pria itu dikawal oleh dua petugas.

Sementara itu, Perdana Menteri Inggris, Theresa May yang mengetahui isu ini, mengatakan ia mengetahui penangkapan Yezhov. Namun, baginya itu adalah urusan Ukraina.

"Saya tahu ada laporan terkait individu Ukraina yang menghadiri pertemuan di Downing Street, pada musim panas lalu," kata May.

"Adapun langkah yang diambil terkait isu ini adalah urusan otoritas Ukraina," lanjutnya.

Otoritas keamanan Ukraina menuduh Yezhov telah bertindak "atas perintah" badan intelijen Rusia dan telah menggunakan "peralatan khusus" untuk mengumpulkan informasi "tentang aktivitas struktur pemerintah".

Informasi tersebut lalu disampaikan Yezhov ke Moskow melalui "saluran komunikasi elektronik".

Rumah dan tempat kerja Yezhov digeledah oleh pihak berwenang Ukraina. Dia mungkin akan menghadapi tuduhan pengkhianatan, kata beberapa pejabat.

Sementara itu, PM Groysman mengatakan di halaman Facebooknya bahwa tersangka telah bekerja "untuk waktu yang lama demi melayani kepentingan negara yang bermusuhan".

Ada kemungkinan masalah ini terungkap saat Menteri Luar Negeri Boris Johnson bertemu dengan Menlu Rusia, Sergey Lavrov, di Moskow pada Jumat, 15 Desember 2017.

Pengungkapan tersebut terjadi saat May menggunakan perjalanannya ke Polandia untuk menuduh Rusia "menggunakan informasi sebagai senjata", saat dia mengumumkan sebuah perjanjian pertahanan Inggris-Polandia.

"Kremlin berusaha untuk merongrong sistem berbasis peraturan internasional, dan itu tidak akan berhasil," katanya.

Sementara itu, juru bicara Kemlu Inggris berkomentar, "Kami mengetahui pelaporan tentang penangkapan Stanislav Yezhov di Ukraina."

"Namun, kami tak bisa mengonfirmasi atau menolak tuduhan yang ditimpakan kepadanya. Bukan tempat kami untuk berkomentar atas proses hukum di negara lain," tutup juru bicara terkait penangkapan penerjemah Ukraina itu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rusia Klaim Tangkap Mata-Mata Kelas Atas Ukraina

Hubungan Moskow-Kiev telah dilanda ketegangan sejak 2014, tepatnya setelah penggulingan presiden Ukraina yang pro-Rusia. Tak lama, Rusia mencaplok Krimea dan pemberontakan separatis pro-Rusia pun pecah di timur Ukraina.

Semenjak saat itu, kedua negara tak akur dan saling curiga terutama soal mata-mata.

Pada musim panas 2016, Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) mengatakan pihaknya menangkap seorang perwira intelijen senior Ukraina karena mengumpulkan informasi rahasia terkait badan keamanan dan pertahanan negara yang dipimpin oleh Presiden Vladimir Putin.

FSB mengidentifikasi perwira yang ditangkap itu sebagai Roman Sushchenko. Ia diklaim adalah seorang kolonel intelijen di Kementerian Pertahanan Ukraina.

"Warga Ukraina itu fokus mengumpulkan informasi rahasia tentang angkatan bersenjata Rusia dan pasukan Garda Nasional, kebocoran yang dapat merusak potensi pertahanan negara," kata FSB melalui saluran televisi milik pemerintah Rusia, Rossiya 24 TV.

Dalam tayangan itu ditampilkan video yang memperlihatkan seorang pria paruh baya dengan tangan diborgol. Rekaman itu diakui milik FSB.

Diminta tanggapannya terkait hal ini, juru bicara intelijen militer Ukraina menolak berkomentar.

"Kami menolak informasi ini. Dia (Sushchenko) tidak ada hubungannya dengan kami," kata jubir intelijen militer Ukraina itu.

Namun, kantor berita Ukraina, Ukrinform, mengatakan bahwa Sushchenko adalah korespenden di Prancis yang tengah berada di Moskow dalam rangka melakukan perjalanan pribadi pada 30 September, ketika ia ditahan.

"Sushchenko adalah seorang wartawan dengan 'reputasi tanpa cacat' dan penangkapan yang tidak sah adalah 'satu lagi tindakan kurang ajar dan ilegal yang dilakukan Rusia terhadap warga Ukraina'," sebut Ukrinform.

Kementerian Luar Negeri Ukraina mengatakan pihaknya marah dengan penangkapan Sushchenko. Menurut mereka, Sushchenko datang ke Rusia untuk mengunjungi kerabat dekat. Tuduhan spionase terhadap pria itu disebut "rekayasa".

Sementara itu, FSB menjelaskan, Sushchenko ditangkap saat "melakukan tindakan spionase di Moskow". Kantor berita Rusia lebih lanjut menyebutkan bahwa pria itu akan disidangkan dengan dakwaan melakukan tindakan mata-mata. Saat ini ia menghadapi kurungan prasidang selama dua bulan.

Membantah pernyataan Ukrinform yang menyebutkan Sushchenko adalah wartawan, pihak Rusia menegaskan bahwa pria itu tidak memakai visa jurnalis ketika memasuki Negeri Beruang Merah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini