Sukses

Lembur Berlebihan, Manajer Jepang Ini Depresi lalu Bunuh Diri

Manager perusahaan Honda Cars Chiba meninggal setelah bekerja lembur. Ia bekerja lebih dari 80 jam selama satu bulan secara terus menerus.

Liputan6.com, Chiba - Manajer perusahaan Honda Cars Chiba, Jepang, meninggal setelah bekerja lembur secara terus menerus.

Otoritas setempat mengatakan, keluarga korban telah mengajukan tuntutan hukum ke pengadilan distrik setempat untuk melawan perusahaan itu. Pihak keluarga juga menuntut gaji yang belum dibayar oleh perusahaan dan kompensasi sang manajer.

Dikutip dari Straits Times, Kamis (21/12/2017), surat kabar nasional Jepang Asahi Shimbun mengabarkan bahwa pria berusaha 48 tahun itu bunuh diri pada bulan Desember 2016.

Kantor Inspektorat Jenderal Ketenagakerjaan Chiba (Chiba Labour Standards Inspection Office) secara resmi mengakui kematiannya sebagai karoshi, atau kematian akibat kerja berlebihan.

Pria yang namanya tak boleh disebut itu menjadi manajer di sebuah outlet penjualan Honda Cars Chiba pada bulan Maret 2015. Ia bekerja lembur lebih dari 80 jam selama satu bulan, dan ia kembali lembur dengan waktu yang sama pada bulan berikutnya.

Ia memasukkan jam kerja tambahan untuk diri sendiri karena tak ingin stafnya bekerja lembur. Ia sempat menghilang dari perusahaannya pada Juni 2015, dua bulan kemudian (Agustus) ia kembali bekerja. Perusahaan memecatnya seketika karena dianggap mangkir. Lalu, ia bunuh diri bulan Desember 2016.

Dokter mendiagnosis, ia mengalami depresi berat akibat stres. Pemicunya adalah masalah pekerjaan, termasuk terlalu banyak lembur dan defisit penjualan di outlet, Asahi Shimbun memberitakan.

Setelah kematiannya, istri manajer mengungkapkan bahwa beberapa eksekutif tingkat menengah tidak memiliki pilihan lain, kecuali memikul beban pekerjaan lebih banyak.

"Saya ingin perusahaan bertanggung jawab atas apa yang menimpa suami saya, dan segera mengambil tindakan untuk merealisasikannya," ujarnya.

Seorang pengacara yang mewakili Honda Cars Chiba menolak memberikan komentar. Pasalnya, kasus tersebut kini telah diserahkan ke pengadilan.

Profesor Emeritus Koji Morioka dari Kansai University menuturkan, rakyat Jepang semakin menentang kerja lembur berlebihan di perusahaan mereka. Akan tetapi, kasus kematian manajer Honda Cars Chiba tidak menunjukkan adanya tanda-tanda tersebut.

Hal ini disebabkan oleh kurangnya tenaga kerja, sedangkan beban kerja semakin bertambah.

"Perusahaan perlu mengawasi jam kerja para manajer," tutur Morioka singkat.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Wartawan Asal Jepang Meninggal Usai Lembur Kerja 159 Jam

Kasus kematian serupa sebelumnya pernah menimpa seorang wartawati di Jepang pada tahun 2013. Namun penyebab kematiannya baru terungkap pada Oktober 2017.

Miwa Sado dikabarkan meninggal dunia pada 2013 lalu. Wanita berusia 31 tahun tersebut dilaporkan meninggal akibat jam kerja yang melebihi batas (overwork).

Dikutip dari laman Daily Mail, Jumat (6/10), wanita yang tercatat sebagai jurnalis di NHK ini ditemukan tewas di tempat tidurnya pada Juli 2013 dengan posisi telepon genggam di tangan.

Ia meninggal akibat serangan jantung setelah menjalani 159 jam lembur dalam satu bulan. Parahnya, ia hanya memiliki kesempatan libur dua hari dalam satu bulan.

Kematian Sado tampaknya menjadi bahan koreksi bagi pemerintah Jepang. Mereka harus segera mencari jalan keluar atas banyaknya kasus kematian karyawan karena overwork. Proses identifikasi kematian Sato terbilang cukup lama. Butuh waktu empat tahun bagi NHK untuk angkat suara.

Kepala NHK kemudian berjanji akan memperbaiki kondisi jam kerja yang selama ini dianggap menyulitkan karyawannya.

"Kami menyesal karena NHK telah kehilangan satu wartawati yang dikenal baik dan tekun dalam bekerja," ujar Ryoichi Ueda.

"Pasca-kejadian ini, kami akan mereformasi aturan perusahaan, khususnya dalam urusan jam kerja," tambahnya.

Upaya pengungkapan kematian Sato tak lepas dari tekanan keluarga yang ingin mengetahui kematian anggota keluarganya. Setelah penyebab kematian tersebut terbongkar, beberapa perusahaan penyiaran di Jepang berjanji untuk mereformasi praktik kerja.

"Hati saya begitu sakit ketika mengingat saat-saat terakhir Sato menelepon saya," ujar ibu Sato.

"Setelah kepergian Sato, saya merasa setengah jiwa saya hancur dan terluka. Saya juga merasa tak bisa tertawa lagi," tambahnya.

Kasus kematian para pekerja di Jepang bukan menjadi rahasia umum lagi. Sebelum kejadian semacam ini menimpa karyawan NHK, kematian lainnya sempat terjadi.

Pada 2015, seorang wanita muda yang bekerja di sebuah biro periklanan, nekat bunuh diri setelah ditekan dengan masa lembur kerja hingga 100 jam dalam sebulan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.