Sukses

17-9-1968: Bui Seumur Hidup Bocah 11 Tahun Pembunuh 2 Balita

Bocah berusia 11 tahun bernama Marry Bell, dinyatakan bersalah atas pengianayaan dan pembunuhan terhadap dua balita.

Liputan6.com, Newcastle - Tahun 1970-an silam di Newcastle, Inggris, terjadi kasus pembunuhan yang tak lazim. Pada 17 September 1968, tepat 49 tahun lalu, seorang bocah perempuan berusia 11 tahun dinyatakan bersalah atas pengianayaan dan pembunuhan terhadap dua balita, masing-masing berusia tiga dan empat tahun.

Gadis kecil bernama Marry Bell itu disebutkan telah mencekik kedua korban hingga tewas. Menurut keterangan yang dimuat BBC, motif Marry melakukan perbuatannya itu "semata-mata untuk kesenangan dirinya".

Awalnya aparat penegak hukum mempertimbangkan bahwa kasus Marry tak perlu dilanjutkan ke pengadilan karena ada dugaan si bocah mengalami gangguan kejiwaan, sehingga kasus ini masuk kategori "diminished responsibility".

Sementara itu, teman Marry, May mengungkap penganiayaan terhadap balita yang dilakukan atas kesadaran rekannya, sehingga kasus ini dilanjutkan.

May yang tadinya diduga terlibat, kemudian dinyatakan bebas karena tak ada bukti bahwa ia juga terlibat. 

Hakim Cusack menyebut apa yang dilakukan Marry adalah perbuatan yang sangat berbahaya. "Dan ada risiko berbahaya yang bisa mengancam nyawa balita lain jika Marry tak diawasi."

Keputusan itu ditetapkan berdasarkan kesaksian dari rekan Marry, Norma yang mendeskripsikan bagaimana Mary melakukan penganiayaan terhadap korban. Menurut Norma, dirinya telah meminta Marry untuk menyetop aksinya itu.

Saat vonis dibacakan, Marry lantas menangis. Ibunda dan nenek Marry yang duduk di belakang si bocah terdakwa, juga ikut menangis.

Salah satu korban, balita empat tahun bernama Martin Brown, asal Scotswood di Newcastle ditemukan tewas di sebuah rumah kumuh pada 25 Mei 1968. Satu korban lagi, Brian Howe, balita tiga tahun ditemukan tewas di dekat rumahnya pada Agustus 1968.

Dalam persidangan, disebutkan juga bahwa Marry adalah gadis kecil paling dominan di antara teman-temannya. Dia anak yang sangat lantang. Misalnya saat diinterogasi detektif Rudolph Lyon, Marry mengancam dengan berkata, "saya akan telepon pengacara saya, dan mengeluarkan saya dari sini. Ini namanya pencucian otak."

Menurut Lyon, "Marry tahu dan menyadari apa yang ia perbuat dan tahu akibat dari perbuatan penganiayaan yang dilakukannya." Sehingga polisi menilai Marry pantas diganjar hukuman.

Sementara, psikiater David Westburry menyatakan Mary mengalami gangguan psikopat yang memerlukan perawatan. Namun saat itu, tak ada tempat yang bisa menampung bocah seumur Marry untuk menjalani pengobatan.

Meski dijatuhi vonis bui, Marry pada akhirnya menjalani hukuman di sekolah Red Bank yang di Netwon-le-Willos, Lancashire, dengan pengamanan yang ketat.

Sejarah lain mencatat pada 17 Desember 1973, Asosiasi Psikiater Amerika menghapus homoseksualitas dari daftar penyakit jiwa. Sementara pada 17 Desember 1989, terjadinya demonstrasi besar di jalanan dan kerusuhan di Timisoara mengakibatkan terjadinya Revolusi Rumania.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.