Sukses

Menlu AS: Korea Utara Bisa Kembali ke Meja Negosiasi, tapi...

Menlu AS Rex Tillerson mengatakan, Korea Utara harus memperoleh jalur ke meja negosiasi agar kedua negara dapat membina hubungan dari awal.

Liputan6.com, Washington, DC - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson mengatakan bahwa Korea Utara harus mendapatkan kesempatan kembali ke meja perundingan untuk bernegosiasi dengan AS. Hal itu dilakukan agar kedua negara dapat kembali menjalin hubungan. 

Namun, Tillerson mengatakan bahwa Pyongyang harus melakukan penghentian uji coba rudal nuklir sebelum perbincangan antara kedua negara dimulai.

Dikutip dari BBC, Sabtu (16/12/2017), pernyataan Tillerson itu kebalikan dari apa yang disampaikannya pada awal pekan ini. Saat itu, ia mengatakan bahwa AS siap berbicara kapan pun dengan Korea Utara jika mereka ingin berbicara.

"Ayo bertemu saja, dan kita bisa berbicara soal apa pun yang Anda inginkan. Berbicara tentang meja persegi atau bundar, jika itu yang Anda sukai mari kita bicarakan saja," ujar Tillerson.

"Tapi setidaknya kita bisa duduk dan saling bertatap muka, lalu kita bisa mulai menyusun peta, soal jalan apa yang mungkin akan kita jalani," imbuh dia.

Pejabat tinggi AS itu pun mengatakan, Korea Utara harus memastikan adanya masa tenang selama pembicaraan dilangsungkan.

Korea Utara telah meningkatkan laju pengembangan program rudalnya selama 2017. Pada September lalu, negara pimpinan Kim Jong-un itu menguji perangkat nuklir terbesar dan terkuatnya.

Sejak Februari 2017, Pyongyang telah meluncurkan 23 rudal dan terus memperbaiki teknologinya di setiap peluncuran.

Korea Utara telah melakukan uji coba rudal terbarunya pada 29 November. Misil tersebut meluncur lebih tinggi dan jauh dari sebelumnya. Menteri Pertahanan AS James Mattis mengatakan, rudal tersebut dinilai dapat menjangkau seluruh wilayah di Bumi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tanggapan Gedung Putih

Gedung Putih dengan segera menyanggah pernyataan Tillerson yang disampaikan pada awal pekan ini.

Hanya dalam beberapa jam, sekretaris pers Sarah Saunders mengeluarkan sebuah pernyataan kepada wartawan yang mengatakan bahwa pandangan Donald Trump belum berubah.

"Korea Utara bertindak dengan cara yang tidak aman, tak hanya terhadap Jepang, China, dan Korea Selatan, tapi juga seluruh dunia," ujar Saunders.

Pada Jumat, 15 Desember 2016, Tillerson mendesak Rusia dan China untuk memberi tekanan lebih besar terhadap Pyongyang dengan melakukan di luar tindakan kepatuhan terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB. Namun, kedua negara tersebut menolak.

Kepada Dewan Keamanan (DK) PBB, Tillerson mengatakan bahwa opsi diplomatik tetap terbuka. Namun, menurutnya AS tidak tunduk terhadap negosiasi Korea Utara untuk melakukan negosiasi.

"Kami tidak menerima bahwa bantuan kemanusiaan dijadikan sebagai prasyarat pembicaraan. Jadi, kami tidak prasyarat untuk perundingan ini," ujar dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.