Sukses

China Serukan Pengakuan Yerusalem Timur Ibu Kota Palestina

China menegaskan, pihaknya memahami kekhawatiran negara-negara Islam tentang krisis Yerusalem.

Liputan6.com, Beijing - China bereaksi atas keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Beijing menyerukan pembentukan sebuah negara Palestina merdeka berdasarkan garis-garis tapal batas 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Demikian laporan media pemerintah, Xinhua pada Kamis 14 Desember 2017.

"China memahami kekhawatiran negara-negara Islam tentang Yerusalem," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lu Kang, seperti dikutip dari Haaretz pada Jumat (15/12/2017) seraya menambahkan bahwa pihaknya menyerukan sebuah resolusi bagi persoalan tersebut sesuai dengan resolusi PBB yang relevan dan konsesus internasional.

Seperti dilansir Daily Sabah yang mengutip kantor berita Anadolu, Lu Kang mengekspresikan sikap China tersebut setelah diadakannya KTT Luar Biasa OKI di Istanbul, Turki, pada Rabu 13 Desember 2017.

Selain itu, China juga mengimbau agar pembicaraan Palestina dan Israel dilanjutkan dalam waktu dekat untuk memberikan ruang bagi penyelesaian konflik.

Pernyataan Kementerian Luar Negeri China tersebut disampaikan sepekan setelah delegasi Tiongkok membatalkan perjalanannya ke Israel menyusul pengakuan Trump atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.

Pasca-pengumuman kontroversial Trump terkait Yerusalem tersebut, Kedutaan Besar China telah merilis travel warning yang berlaku hingga 10 Januari 2018. China dilaporkan prihatin dengan situasi keamanan saat ini dan berharap bahwa hal tersebut tidak akan berdampak pada program investasinya di Israel.

Kepentingan China di Israel dikabarkan meningkat terutama didasarkan pada keinginan Beijing untuk mengubah struktur ekonominya dan beralih dari industri penghasil polutan berat ke ekonomi berbasis teknologi modern.

Pencemaran udara dan makanan yang parah di China. Namun di lain sisi, kekuatan situs jejaring sosial di negara itu telah memicu minat Beijing pada industri mobile, internet, air, pertanian dan teknologi manufaktur maju. Dan Israel yang dikenal sebagai negara inovatif dan berteknologi maju (termasuk teknologi air dan pertanian) menjawab kebutuhan ini.

Sebelumnya, pada April lalu, China sempat menegaskan dukungannya terhadap rakyat Palestina dengan mengatakan fakta bahwa mereka masih belum memiliki negara adalah "ketidakadilan yang mengerikan" yang tidak dapat dilanjutkan.

Kemudian pada Januari 2016, Presiden Xi Jinping menyerukan pembentukan sebuah negara Palestina sesuai dengan garis-garis tapal batas 1967. Seruan itu diungkapkan di tengah kabar Tiongkok berupaya menegaskan pengaruh di Timur Tengah.

"China mendukung proses damai di Timur Tengah [dan] pembentukan sebuah negara Palestina dengan ibu kotanya Yerusalem timur," kata Xi di hadapan Liga Arab di Kairo, Mesir.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

OKI Deklarasikan Yerusalem Timur sebagai Ibu Kota Palestina

Hasil KTT Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang diselenggarakan di Istanbul, Turki, pada Rabu, 13 Desember 2017 mendeklarasikan Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina. OKI menolak pengakuan sepihak Amerika Serikat yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Dalam KTT Luar Biasa yang digelar sepekan setelah pidato pengakuan Donald Trump atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel, para pemimpin OKI menyerukan seluruh negara untuk mengakui Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya yang tengah diduduki.

Seperti dikutip dari Al Jazeera pada Kamis 14 Desember 2017, OKI menambahkan bahwa 57 negara anggotanya tetap berkomitmen atas "perdamaian yang adil dan komprehensif berdasarkan solusi dua negara". OKI mendesak PBB untuk "mengakhiri pendudukan Israel" atas Palestina dan menyatakan bahwa pemerintahan Trump bertanggung jawab untuk "semua konsekuensi bila keputusan ilegalnya tidak dicabut".

"Bagi kami deklarasi (Trump) berbahaya, yang bertujuan untuk mengubah status hukum kota (Yerusalem), tidak sah dan tidak memiliki legitimasi," ujar OKI dalam pernyataan bersamanya.

Marwan Bishara, analis politik senior Al Jazeera mengatakan bahwa KTT Luar Biasa OKI di Istanbul menyoroti bahwa rakyat Palestina, warga Arab, dan muslim terus berkomitmen pada perdamaian.

"Sekarang, negara-negara muslim dengan bersekutu bersama Palestina mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Palestina," terang Bishara.

"Dan negara-negara Islam tersebut siap untuk menghukum setiap negara yang mengikuti jejak Amerika Serikat dalam hal mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel," ucapnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.