Sukses

Orang Ini Ramalkan Akhir Kepresidenan Donald Trump...

Liputan6.com, Washington, DC - Seorang teman lama Donald Trump dikabarkan sudah mulai menulis "obituari politik" sang Presiden Amerika Serikat yang kelak akan diberi judul "The Fall of Trump". Sosok yang dimaksud adalah konsultan politik, Roger Stone.

Seperti dikutip dari independent.co.uk pada Kamis (14/12/2017), kepada Vanity Fair, Stone menerangkan bahwa firasatnya menyebut masa kepresidenan Trump dalam bahaya, tapi miliarder nyentrik itu tidak menyadarinya.

Menurut Stone, sejumlah kasus dapat menggagalkan kepresidenan Trump, termasuk penyelidikan yang dipimpin Robert Mueller terkait dugaan kolusi antara pemerintah Rusia dan tim kampanye Trump semasa Pilpres AS 2016.

Penyelidikan tersebut telah menembus lingkar terdekat Trump, menyasar sejumlah mantan petinggi di tim kampanyenya. Mantan penasihat kampanye, George Papadopoulos dan Michael Flynn, mantan penasihat keamanan nasional Trump, belakangan mengakui telah berbohong kepada FBI. Sementara mantan ketua kampanye Trump, Paul Manafort, membantah dirinya bersalah atas tuduhan pencucian uang, menyebut tuduhan tersebut keliru dan tidak berdasar.

"Sangat jelas, Mueller sekarang akan mengajukan tuntutan," kata Stone kepada Vanity Fair.

Ia menambahkan, "Satu-satunya orang yang tidak mengetahuinya adalah Presiden dan pengacaranya."

Selain itu, Stone juga menyinggung tentang pernyataan Nikki Haley, Duta Besar AS untuk PBB. Akhir pekan lalu, Haley dinilai membela sejumlah wanita yang menuding Trump melakukan pelecehan seksual terhadap mereka.

Menurut Haley, para perempuan itu "harus didengar".

"Nikki Haley menusukkan pisau ke punggungnya (Trump)," tutur Stone.

Belasan wanita muncul dan menuding Trump melakukan tindakan tak senonoh, termasuk berupa sentuhan atau ciuman. Trump dan Gedung Putih menyebut tudingan tersebut palsu dan menjuluki para perempuan itu sebagai pendusta.

Meski demikian, puluhan legislator Demokrat telah menyerukan dengar pendapat tentang tuduhan tersebut. Politikus Demokrat asal New York, Kirsten Gillibrand, mengatakan bahwa Trump harus mengundurkan diri.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Trump Serang FBI Lewat Twitter

Pada awal Desember lalu, Trump melancarkan serangan terhadap FBI melalui media sosial favoritnya, Twitter. Dalam kesempatan yang sama, ia membantah telah meminta mantan Direktur FBI James Comey untuk menghentikan penyelidikan terhadap salah satu orang dekatnya, Michael Flynn.

Di salah satu twitnya, Donald Trump menyebut reputasi FBI "berantakan".

"Setelah bertahun-tahun Comey, dengan penyelidikan palsu dan tidak jujur terhadap (Hillary) Clinton dan (banyak lagi), menjalankan FBI, reputasi lembaga itu berantakan -- terburuk dalam sejarah! Tapi jangan takut, kita akan membuatnya bangkit kembali," demikian kicauan Trump melalui akun pribadinya @realDonaldTrump pada Minggu, 3 Desember.

Serangan Trump terhadap FBI terjadi di tengah kebingungan publik atas perkembangan penyelidikan yang dilakukan Penasihat Khusus Robert Mueller terkait dugaan campur tangan Rusia dalam Pilpres AS 2016. Trump sendiri telah berulang kali membantah bahwa timnya bekerja sama dengan Moskow demi membuat dirinya terpilih sebagai Presiden ke-45 AS.

Laporan yang muncul akhir pekan lalu menyebutkan bahwa Mueller, yang merupakan mantan Direktur FBI, telah memberhentikan seorang petugas FBI dari penyelidikan setelah yang bersangkutan kedapatan anti-Trump. Ini dijadikan senjata oleh Trump untuk menyerang kredibilitas Mueller.

"Laporan: Agen FBI anti-Trump memimpin penyelidikan atas kasus Clinton" Sekarang semuanya semakin terlihat jelas!," twit Trump.

Sementara itu, Michael Flynn, yang merupakan mantan penasihat keamanan nasional Trump, pada Jumat lalu mengumumkan bahwa ia akan bekerja sama dengan tim yang dipimpin Mueller demi mendapat hukuman yang lebih ringan. Flynn sendiri sebelumnya mengaku bersalah karena membuat pernyataan palsu terhadap FBI terkait pertemuannya dengan Duta Besar Rusia sebelum Trump menjadi Presiden.

Seperti dikutip dari BBC pada Senin, 4 Desember 2017, Flynn disebut-sebut telah diberikan pengurangan hukuman penjara hingga enam bulan. Analis mengatakan bahwa kesepakatan antara Flynn dan FBI tersebut mengindikasikan bahwa Flynn telah memberikan informasi berharga terkait satu atau lebih anggota senior di pemerintahan Trump.

Trump memecat Flynn pada Februari setelah ia salah memberikan penjelasan kepada Wakil Presiden Mike Pence terkait kontaknya dengan Duta Besar Rusia Sergei Kislyak.

Kemudian, Comey muncul dengan tuduhan bahwa dalam sebuah pertemuan pribadi yang dilakukan sehari setelah Flynn dipecat, Trump memintanya untuk "bermurah hati" atas kasus yang menyeret mantan orang dekatnya tersebut. Kala itu, Trump disebut-sebut mengatakan, "Saya harap Anda tahu persis jalan Anda untuk membiarkan persoalan ini berlalu, biarkan Flynn pergi."

Comey mencatat momen tersebut sebelum akhirnya ia membagikannya kepada pejabat senior FBI. Tak lama, tepatnya pada Mei, Trump memecat Comey.

"Saya tidak pernah meminta Comey untuk menghentikan investigasi terhadap Flynn. Ini hanya Berita Palsu yang memuat kebohongan lain Comey," twit Trump pada Minggu, 3 Desember.

Pakar hukum menegaskan, jika pernyataan Comey benar, maka Trump secara teoretis telah menghalangi terkuaknya keadilan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.