Sukses

Pelaku Teror New York Sempat Peringatkan Donald Trump di Medsos

Liputan6.com, New York - Seorang pria yang menghadapi tuduhan teror atas pengeboman di sebuah stasiun bus di New York pada 11 Desember 2017, Akayed Ullah, telah memberikan peringatan kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebelum melancarkan serangannya.

"Trump, Anda gagal melindungi bangsa Anda," tulis Ullah di Facebook. Posting-an pria berusia 27 tahun itu terungkap saat jaksa federal mengajukan tuntutannya pada 12 Desember 2017.

Para jaksa mengatakan, aksi imigran asal Bangladesh itu terinspirasi kelompok militan ISIS. Dalam serangan tersebut, ia dan tiga orang lainnya mengalami luka-luka.

Hingga kini aparat keamanan tak menemukan bukti bahwa montir listrik itu memiliki hubungan langsung dengan ISIS. Namun, ia mengaku geram atas serangan Amerika Serikat di wilayah yang dikuasai kelompok militan itu.

Menurut tuntutan jaksa federal, setelah ditangkap Ullah mengatakan, "Saya melakukannya untuk ISIS."

Dikutip dari BBC, Rabu (13/12/2107), Departemen Kepolisian New York (NYPD) menulis di Twitter bahwa Ullah akan menghadapi sejumlah tuntutan, termasuk kepemilikan senjata untuk tujuan kriminal, mendukung tindakan terorisme, dan membuat ancaman teror.

Menurut aparat penegak hukum, Ullah mengaku mempelajari cara membuat bahan peledak secara daring dan merakit bom pipa yang digunakan di apartemennya di Brooklyn, New York.

Kepada awak media, jaksa Kim Joon mengungkapkan, petugas berwenang menemukan pipa logam, potongan kawat, dan sekrup logam yang sesuai dengan bahan-bahan penyusun bom yang ditemukan di tempat kejadian.

"Tersangka mengakui bahwa dia mulai mencari tahu cara membuat bom sekitar setahun. Lalu dia telah merencanakan serangan khusus ini selama beberapa minggu," ujar Kim.

"Ia memilih lokasi dan waktu untuk memaksimalkan korban jiwa," ucap Kim.

Pemerintah Bangladesh mengatakan, Ullah tak memiliki catatan kriminal di negara asalnya. Ia terakhir kali mengunjungi negara yang beribu kota di Dhaka itu pada September 2017 dan tinggal di sana selama enam minggu.

Istri pelaku teror New York itu tak turut serta dengannya untuk tinggal di AS. Ia dan anggota keluarga lainnya saat ini sedang diselidiki untuk memahami bagaimana Ullah.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Donald Trump Desak Imigrasi Diperketat

Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menyerukan agar kebijakan imigrasi AS semakin diperketat usai teror bom New York.

"Amerika (Serikat) harus memperbaiki sistem keimigrasian mereka yang sangat buruk. Kebijakan itu membuka peluang bagi para individu berbahaya dan yang tidak diperiksa secara memadai untuk masuk ke negara kita," kata Presiden Donald Trump dalam sebuah pernyataan tertulis, seperti dimuat dalam USA Today.

Sebelumnya, Sekretaris Pers Gedung Putih Sarah Sanders juga menyampaikan pernyataan serupa.

"Kita (AS) harus melindungi perbatasan. Kita harus memastikan, individu yang masuk ke negara kita adalah mereka yang tidak memberikan kerugian bagi masyarakat AS. Maka, kita harus mengubah sistem imigrasi yang berbasis prestasi (merit-based immigration system)".

Menegaskan pernyataan tertulis Donald Trump, Jaksa Agung AS Jeff Sessions mengatakan, "Kita telah menyaksikan dua teror di Kota New York dalam kurun waktu kurang dari dua bulan."

"Teror semacam itu dilakukan oleh individu yang datang dari luar ke AS dengan memanfaatkan kebijakan imigrasi kita (AS) yang gagal dan tidak mewakili kepentingan AS."

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.