Sukses

Waspada, Kecelakaan Motor Lebih Banyak Terjadi Saat Bulan Purnama

Melalui sebuah penelitian, ahli mengungkap alasan di balik fenomena banyaknya kecelakaan motor yang terjadi saat bulan purnama.

Liputan6.com, Toronto - Waspada, kecelakaan fatal yang melibatkan sepeda motor pada malam hari lebih berpotensi terjadi saat bulan purnama. Demikian diungkap oleh para peneliti. 

Hingga saat ini, ilmuwan belum menguak kaitan pasti antara bulan purnama dengan meningkatnya angka kecelakaan. Yang ada baru perkiraan, misalnya keberadaan rembulan yang bersinar terang mendistraksi pengendara, terutama, saat Bulan muncul tiba-tiba dari balik sebuah bangunan atau bukit. Akibatnya, mereka sulit mengendalikan kecepatan kendaraan. 

"Studi kami menganjurkan, kehati-hatian ekstra diperlukan saat mengendarai motor di bawah bulan purnama," kata Dr Donald Redelmeier, salah satu penulis riset dari University of Toronto, seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (12/12/2017).

Studi yang menganalisis tabrakan fatal selama tiga dekade di Inggris, Amerika Serikat, Kanada, dan Australia menemukan ada peningkatan kecelakaan selama dua malam terjadinya purnama, demikian, seperti dikutip dari Daily Mail pada Selasa (12/12/2017).

Risiko kecelakaan fatal bagi pengendara sepeda motor kian bertambah pada saat terjadinya 'supermoon', di mana Bulan tampak lebih besar dan terang karena posisinya yang lebih dekat ke Bumi.

Para peneliti menekankan pentingnya konsentrasi dan persiapan saat mengendarai sepeda motor, terutama saat bulan purnama.

"Misalnya, dengan mengenakan helm, mengaktifkan lampu depan, memeriksa permukaan jalan, mempelajari cuaca, mewaspadai kendaraan lain, dan mematuhi undang-undang lalu lintas," tulis studi itu.

Periset menyarankan bahwa gangguan sesaat atau momentary distraction adalah faktor pemicu kematian di jalan raya.

Kecelakaan juga lebih banyak terjadi bagi pengendara sepeda motor berusia paro baya, yang tidak menggunakan helm saat memacu motornya.

Bulan purnama, yang terjadi sekitar 12 kali setahun, merupakan salah satu pemicu gangguan sesaat itu.

Data US registry of motor vehicle mengenai kecelakaan kendaraan bermotor dalam kurun waktu 1975 sampai 2014 mengungkap, total ada 4.494 kecelakaan fatal terjadi, 494 insiden di antaranya terjadi pada bulan purnama.

Hasil serupa ditemukan di Inggris, di mana dari 1,414 kecelakaan sepeda motor, 309 insiden di antaranya terjadi pada malam purnama.

Para periset mengatakan, ukuran, kecerahan dan penampakan bulan kemungkinan besar akan mengalihkan perhatian pengguna jalan.

"Hipotesis kami, orang secara alami tertarik pada bulan purnama. Namun, hal itu dapat menyebabkan kecelakaan motor yang fatal.

"Secara khusus, melirik bulan purnama mengganggu konsentrasi pengendara sepeda motor, membuat mereka tak memperhatikan jalan, yang bisa mengakibatkan hilangnya kontrol," tulis studi itu.

"Bulan purnama juga bisa pengendara kendaraan lain atau pejalan kaki yang tidak melihat sepeda motor yang tengah melaju."

Penelitian hubungan bulan purnama dengan peningkatan kecelakaan sepeda motor dilakukan oleh University of Toronto dan Princeton University ini dipublikasikan di jurnal BMJ.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bulan Purnama Terakhir Tahun 2017 Akan Menjadi Supermoon

Supermoon adalah keadaan Bulan penuh ketika sang lunar berada dalam posisi terdekatnya dengan Bumi (apsis/perigee).

Secara spesifik, Bulan Super bisa merupakan Bulan Purnama atau Bulan baru, yang jaraknya dengan Bumi lebih dekat sekitar 10 persen atau kurang dari biasanya.

Ketika fenomena ini terjadi, Bulan tampak lebih besar dan lebih terang, meskipun perubahan jaraknya hanya beberapa kilometer.

Fenomena Bulan penuh terakhir atau purnama yang dapat dilihat dari Bumi pada pengujung 2017 ini, akan tampak lebih besar dan terang dari yang biasanya, alias, Supermoon.

Pada 3 Desember 2017, fenomena Supermoon atau Bulan Super akan terlihat di sejumlah titik di dunia. Demikian seperti dikutip dari Huffington Post, Minggu 3 Desember 2017. 

Pada Minggu malam  -- berdasarkan pembagian waktu masing-masing lokasi di dunia -- para penikmat langit  menyaksikan sang lunar yang bersinar 16 persen lebih terang dan 7 persen lebih besar dari ukuran biasanya.

Seperti dikutip dari CNN, fenomena Supermoon 3 Desember nanti akan menjadi rangkaian pertama dari 'Trilogi Bulan Super'. Dua fenomena berikutnya akan berlangsung selang beberapa pekan kemudian, sekitar 2 Januari dan 31 Januari 2018 mendatang.

Kendati demikian, meski Supermoon membuat para moongazers bersemangat, beberapa orang tak sepenuhnya sependapat.

Evan Dashevsky dari PC Mag -- yang mengomentari fenomena Supermoon 2016 lalu -- mengatakan bahwa Bulan Super adalah sebuah peristiwa alam yang membuat banyak orang membuang sebagian besar waktu mereka.

"Memang (Bulan Super) akan tampak lebih besar dan lebih terang. Namun secara realistis, seorang 'pengamat biasa' (casual observers) tak akan mampu melihat perbedaannya (dari penampakan Bulan pada hari-hari biasa)," kata Dashevsky.

Geolog, Steve Schimmrich menuturkan argumen serupa jelang fenomena Supermoon 2012. Kendati demikian, Schimmrich tetap mendorong orang awam untuk "keluar rumah dan mendongak ke langit", dan secara murni mengapresiasi keindahan salah satu fenomena alam tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini