Sukses

Donald Trump Habiskan Waktu hingga 8 Jam per Hari untuk Nonton TV

Meski kerap menyebut CNN sebagai media penyebar berita palsu, Trump dikabarkan masih memantau tayangan mereka.

Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump dilaporkan menghabiskan banyak waktu di depan televisi.

Menurut the New York Times, Trump memulai rutinitas hariannya di Gedung Putih pada pukul 05.30 dengan menonton televisi di kamar tidurnya.

Seperti dikutip dari independent.co.uk pada Senin (11/12/2017), the New York Times menyatakan mereka mewawancarai lingkungan dekat Donald Trump, seperti penasihat, teman dan anggota Kongres untuk mendapat gambaran tentang kehidupan sehari-hari sang presiden.

Sejumlah program pagi, termasuk Fox & Friends, disebut merupakan "santapan" Trump. Terkadang, ayah lima anak itu juga menyetel CNN, sebuah media yang sering ditudingnya menyebar berita palsu. Program lainnya yang juga masuk agenda Trump adalah Morning Joe yang tayang di MSNBC.

Seiring berjalannya waktu, ia menghabiskan setidaknya empat, tapi seringkali delapan jam per hari untuk menonton siaran berita. Tak jarang ia menyalakan televisi dalam kondisi "tanpa suara". Meski demikian, ia tetap melacak media mana saja yang memberitakannya, pemerintahannya, serta penyelidikan atas dugaan keterlibatan tim kampanyenya dengan Rusia dalam Pilpres 2016.

Di atas Air Force One, saat melakukan tur Asia belum lama ini, Trump sempat menanggapi pertanyaan mengenai kebiasaannya menonton televisi.

"Saya tidak sering menonton televisi... Saya tahu mereka ingin mengatakan -- orang yang tidak mengenal saya--bahwa saya suka menonton televisi. Mereka adalah orang-orang dengan informasi palsu, seperti reporter palsu, narasumber palsu. Tapi saya tidak terlalu sering menyaksikan televisi, terutama karena dokumen. Saya membaca banyak dokumen," klaim Trump.

Beberapa sumber mengatakan bahwa jelang satu tahun pemerintahannya, Trump masih memandang dirinya sebagai "orang luar yang difitnah yang sedang berjuang" dibanding pemimpin dunia bebas.

Dilaporkan, setelah kemenangan bersejarahnya, Trump mengatakan kepada stafnya bahwa hari-harinya di Gedung Putih harusnya dilihat sebagai program televisi di mana ia "mengalahkan saingannya".

Senator Lindsey Graham menilai bahwa persoalan Trump terletak pada mentalitas. "Ada perbedaan antara bertarung untuk kursi presiden dan menjadi presiden. Anda harus menemukan titik perbedaan di antara itu".

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Donald Trump Presiden AS Paling Tak Populer

Pada Oktober lalu, popularitas Donald Trump dilaporkan terjun bebas ke titik terendah sepanjang masa kepemimpinannya, menjadikan sosoknya sebagai Presiden Amerika Serikat era modern yang paling tidak populer.

Hal tersebut terungkap melalui sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh NBC and the Wall Street Journal (WSJ).

Jajak pendapat tersebut menemukan bahwa 58 persen warga AS mencela kinerja Trump. Sementara itu, hanya 38 persen yang mendukungnya atau dengan kata lain terjadi penurunan lima persen dari September. Demikian seperti dikutip dari independent.co.uk.

Survei serupa sebelumnya menunjukkan bahwa para pendahulu Trump meraih perolehan lebih tinggi. George W Bush mendapat dukungan 88 persen, Barack Obama 51 persen dan Bill Clinton 47 persen pada tahun pertama kepemimpinan mereka.

Sejumlah momen yang memicu ketidaksukaan publik terhadap Trump, di antaranya respons sang presiden terhadap aksi protes pemain NFL, kegagalannya untuk meloloskan reformasi layanan kesehatan dan kebijakannya dalam menangani badai Maria di Puerto Rico.

Survei menunjukkan keberpihakan terhadap Trump tinggi di sektor ekonomi. Ia meraih dukungan 42 persen, sementara 37 lainnya mencela kinerjanya.

Jajak pendapat dilakukan terhadap 900 orang dewasa, termasuk 753 pemilik suara terpilih. Kebanyakan dari mereka diwawancarai melalui telepon.

Ditanyakan terkait pemilu berikutnya, 48 persen pemilik suara mengatakan bahwa mereka lebih memilih Kongres dikendalikan oleh Partai Demokrat. Ada pun 41 persen menginginkan Partai Republik yang berkuasa.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.