Sukses

Pasca-Pengakuan Yerusalem, Israel Kerahkan Militer ke Tepi Barat

Bentrokan pecah di Tepi Barat dan Gaza menyusul pengumuman kebijakan Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Liputan6.com, Tepi Barat - Bentrokan terjadi antara warga Palestina dengan pasukan Israel di Tepi Barat dan di sepanjang perbatasan dengan Gaza pada Kamis waktu setempat menyusul pengakuan resmi Donald Trump atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Kerusuhan pun diprediksi akan meluas.

Seperti dikutip dari nytimes.com pada Jumat (8/12/2017), di Gaza, para pemuda menggelar aksi protes di sepanjang pagar perbatasan, berkumpul di taman dan membakar ban di kamp pengungsian. Puluhan orang dilaporkan terluka, satu di antaranya dalam kondisi serius.

Pada malam harinya, dua roket ditembakkan ke Israel dari Gaza. Militer Israel menyatakan, roket terbang dalam jarak pendek dan mendarat di wilayah pesisir Palestina.

Terkait dengan kericuhan yang terjadi, militer Israel menegaskan akan mengirimkan batalion tambahan ke Tepi Barat.

Keputusan Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel memicu protes di banyak tempat di kawasan, mulai dari kamp pengungsi Palestina di Lebanon hingga yang berada di Tunisia. Ratusan warga Yordania juga menggelar aksi di luar Kedutaan Besar Amerika Serikat di Amman, menyerukan penutupan misi diplomatik tersebut.

Di Irak, melalui sebuah konferensi pers di Baghdad, Moqtada al-Sadr, seorang ulama syiah berpengaruh menyerukan persatuan melawan Israel. Penolakan atas pengakuan Yerusalem juga disuarakan kelompok milisi dari Somalia ke Suriah dan dari Yaman ke Afghanistan.

Adapun di wilayah Palestina, sekolah-sekolah ditutup, demikian juga dengan toko-toko menyusul situasi yang tak menentu. Sementara di Yerusalem Timur, terjadi penambahan kehadiran polisi Israel yang membuat suasana semakin tegang dan kelam.

Di Gaza, Ismail Haniya, pemimpin faksi Hamas, menyerukan intifadah baru dengan mengatakan, "Trump akan menyesali keputusannya".

Rakyat Palestina telah melakukan dua intifadah besar sejak akhir 1990-an yang memicu kematian ratusan orang di kedua belah pihak.

Tak hanya protes di jalanan, namun kebijakan Trump juga menuai kecaman dari para pemimpin Arab dan Eropa. Kritikus berpendapat bahwa pengakuan sepihak atas Yerusalem mengancam penyelesaian konflik Israel-Palestina.

Palestina selama ini bercita-cita mendirikan sebuah negara merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan pejabat lainnya di Tepi Barat mengatakan bahwa tindakan Trump membuat AS mendiskualifikasi dirinya atas peran mereka dalam perundingan damai. Abbas telah berulang kali menyatakan, dirinya tidak menginginkan adanya intifadah ketiga.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Israel Puji Keputusan Trump

Bila Trump menuai kecaman dari para pemimpin negara-negara Arab dan Eropa serta masyarakat di berbagai belahan dunia, maka pujian justru datang dari PM Israel Benjamin Netanyahu.

"Presiden Trump telah mengukir namanya dalam sejarah ibu kota kita untuk selama-lamanya. Namanya kini akan dikaitkan dengan nama lain dalam konteks sejarah agung Yerusalem dan rakyat kita," tutur Netanyahu dalam sebuah konferensi pers yang digelar di Kementerian Luar Negeri Israel.

Lebih lanjut, Netanyahu mengatakan bahwa pihaknya menjalin kontak dengan negara-negara lainnya untuk membujuk mereka agar mengikuti jejak Trump; mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. "Ini sudah waktunya," kata dia.

Masa depan Yerusalem merupakan isu penting dalam konflik Israel-Palestina. Melalui pidato Trump yang disampaikannya pada Rabu waktu Washington, resmi sudah, AS menjadi negara pertama yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel sejak negara itu mengumumkan pendiriannya pada 1948.

Israel menduduki Yerusalem Timur sejak Perang 1967 dan pada 1980 Tel Aviv mencaploknya dan mengklaimnya sebagai domain eksklusif mereka. Di bawah hukum internasional, Yerusalem dianggap sebagai wilayah yang diduduki.

Versi Israel, Yerusalem yang merupakan kota suci tiga agama, Yahudi, Islam dan Kristen adalah ibu kota abadi dan tak dapat dibagi. Sementara, Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan.

Selama kampanye Pilpres AS tahun lalu, Trump menyatakan dukungan kuatnya bagi Israel. Pada hari pertamanya di Gedung Putih, Trump berjanji akan memerintahkan relokasi Kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem -- bentuk teknis atas pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota negara.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini