Sukses

Isu Yerusalem, Sikap Donald Trump Bisa Picu Perang Dunia III?

Para pejabat dan petinggi sejumlah negara khawatir konflik akan pecah di Timur Tengah dan menjelma jadi Perang Dunia III.

Liputan6.com, Washington - Presiden Amerika Serikat Donald Trump resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Pengakuan ini juga dibarengi dengan proses pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Keputusan kontroversial Donald Trump itu memantik protes keras dari sejumlah pemimpin dunia. Mereka khawatir perang di negara-negara Timur Tengah pecah, karena Yerusalem sudah sejak lama jadi pusaran konflik. Tak hanya itu, konflik bahkan dikhawatirkan memicu Perang Dunia III.

Setelah pernyataan Donald Trump soal Yerusalem dilontarkan, sontak seluruh dunia menyesalinya. Salah satu orang yang ikut mengecam keras keputusannya adalah Perwakilan Diplomatik Palestina untuk Inggris Manuel Hassassian. Ia menuduh Donald Trump telah 'menabuh genderang perang'.

"Jika ia (Donald Trump) mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, ini menandakan solusi dua negara telah mati," kata Hassassian kepada program Radio 4's Today, seperti dikutip dari Express.co.uk, Kamis (7/12/2017).

"Ia mendeklarasikan perang di Timur Tengah, ia menyatakan perang melawan 1,5 miliar Muslim, melawan ratusan juta Kristiani, dan mereka yang tidak terima bahwa tempat suci itu diduduki Israel," lanjutnya.

Namun, Hassassian menambahkan, perang yang dimaksudnya adalah perang diplomasi. Dirinya tak mengacu pada perang ala militer.

"Perang yang saya maksudkan di sini bukanlah perang yang konvensional, perang yang saya maksud adalah perang dalam hal diplomasi."

Di satu sisi, diplomat Amerika Richard Haass menyebut tindakan Donald Trump itu bisa meningkatkan ketegangan di Timur Tengah.

"Mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel bukan hanya akan menggagalkan proses perdamaian, tapi juga meningkatkan ketegangan dan memicu perpecahan," cuitnya melalui akun Twitter pribadinya.

Perdana Menteri Turki Binary Yildirim menegaskan, Donald Trump berisiko membuat masalah di Timur Tengah.

Paus Fransiskus menghimbau Donald Trump untuk mempertimbangkan kembali keputusannya. Menurutnya, Donald Trump harus menghormati status quo Yerusalem.

Perdana Meteri Inggris Theresa May berencana untuk berbincang dengan Donald Trump dalam waktu dekat. Dia mencoba untuk meredakan situasi yang semakin tegang. Dia juga menyatakan bahwa Inggris tetap tak ingin mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Saat ini, status Yerusalem tetap menjadi isu pokok dalam konflik Israel dan Palestina. Selama Perang Arab-Israel 1948, Yerusalem Barat termasuk salah satu daerah yang direbut, kemudian dianeksasi oleh Israel. Sedangkan Yerusalem Timur, termasuk Kota Lama, direbut dan dianeksasi oleh Yordania.

Israel merebut Yerusalem Timur dari Yordania pada Perang Enam Hari tahun 1967. Setelah itu menganeksasinya ke dalam Yerusalem, bersama dengan tambahan wilayah di sekitarnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ramalan Nostradamus Tentang Donald Trump dan Israel

Dalam buku yang ditulisnya, Les Propheties, Michel de Nostredame atau dikenal sebagai Nostradamus pernah meramalkan kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45. Dalam syair ke-40 Les Propheties tertulis: "sangkakala yang salah bakal memastikan bahwa Byzantium akan mengubah aturannya."

Para ilmuwan berpikir istilah Byzantium merujuk ke Yunani, tempat dimana migran berduyun-duyun datang ke Eropa.

Kemudian, dalam syair ke-57 tertulis: "sangkakala palsu itu akan memancing pertengkaran besar. Kesepakatan akan dipatahkan dan wajah dari susu dan madu tergeletak di tanah."

Dengan kata-kata ini, Nostradamus mereferensi ke Israel yang disebut sebagai negeri tempat mengalirkan susu dan madu dalam Alkitab, nomor 13 ayat 27-29. Itu artinya, pemilihan Donald Trump dapat memicu berakhirnya Israel.

Terakhir, syair ke-50 tertulis: "Republik kota besar". AS akan digiring oleh 'sangkakala' yang dimaksud untuk terlibat dalam operasi militer besar-besaran dan kota itu akan menyesal. Itulah yang terjadi di Suriah saat diserang oleh AS.

Lalu, Nostradamus juga meramalkan bahwa perang besar akan dimulai dalam tahun ini. Perang agung tersebut dimulai dari serangan teroris yang terjadi di Prancis dan invasi orang-orang Arab dan Muslim.

Ramalan sang filsuf mengatakan: "perang besar akan dimulai di Prancis dan kemudian semua Eropa akan diserang, perang ini akan berlangsung lama dan menakutkan bagi semua orang ... dan akhirnya akan ada kedamaian tapi hanya sedikit yang akan menikmatinya."

Syair lain tertulis: "untuk menghindari ketidaksepakatan dan kelalaian, akan ada jalan yang dibuka untuk Mohammed: darah tenggelam di tanah dan di laut, pelabuhan Marseille akan ditutupi oleh kapal dan dan layar."

Kemudian ia berbicara tentang Roma: "Akan ada banyak kuda Bangsa Sossack yang akan minum dari air mancur Roma, api akan jatuh dari langit dan akan menghancurkan tiga kota. Kota ini akan kehilangan keyakinan dan akan menjadi Antikristus, Roma akan lenyap. Semuanya akan diyakini hilang dan hanya akan ada pembunuhan, yang terdengar hanya suara kutukan dan senjata."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.