Sukses

7-12-1993: Aktivis Rela Mati demi Pohon Berusia 250 Tahun

Puluhan orang terluka dalam puncak rangkaian 'pertempuran' yang berlangsung selama 20 tahun antara aktivis lingkungan dengan pemerintah.

Liputan6.com, London - Puluhan orang terluka dalam puncak rangkaian 'pertempuran' yang berlangsung selama 20 tahun antara aktivis lingkungan dengan pemerintah.

Kala itu, 7 Desember 1993, mereka rela mempertaruhkan keselamatan nyawanya untuk melindungi sebuah pohon chestnut yang telah berusia 250 tahun di London timur. Pohon tersebut, menjadi pusat perlawanan mereka terhadap pembangunan jalan penghubung yang kontroversial.

Sebanyak dua puluh demonstran ditangkap setelah bentrok dengan 200 aparat kepolisan yang dikirim untuk memastikan bahwa perintah pengadilan untuk menebang pohon itu dilaksanakan.

Pohon itu tumbuh di George Green, Wanstead, satu-satunya tempat terbuka yang tersisa di wilayah itu. Perintah untuk menebang pohon itu dikeluarkan karena kontraktor berencana membangun jaringan terowongan di bawahnya.

Tak setuju atas keputusan itu, sejumlah pecinta lingkungan membangun sebuah rumah pohon. Mereka pun mengelilingi pohon tersebut dan merantai diri mereka sendiri menggunakan tabung besi.

Kekerasan meletus saat polisi mencoba 'mengusir' aktivis dari pohon tersebut di tengah klaim bahwa aparat menggunakan kekerasan. Sejumlah laporan menyebut bahwa aktivis perempuan dijambak, diseret, dan dipukul. Namun, polisi membantah melakukan hal itu.

"Petugas saya bersikap profesional...," ujar Kepala Superintendent Stuart Giblin seperti dimuat BBC On This Day.

Para aktivis akhirnya ditarik menjauh dari pohon. Namun kemudian mereka membentuk blokade dengan berbaring di sepanjang jalan untuk mencegah alat berat mendekat.

Itu menjadi hari terburuk dalam rangkaian perlawanan para aktivis terhadap pembangunan terowongan penghubungan nan kontroversial.

"Anda membunuh Bumi," teriak mereka kepada para kontraktor.

"Kami adalah penjaga Bumi. Kami ingin menghentikan upaya pembunuhan Bumi," ujar seorang pemrotes.

Mereka mengklaim terowongan pengubung sepanjang 5,6 km tak hanya akan merusak lingkungan, namun juga menghabiskan dana yang besar, yakni 230 juta pound sterling atau sekitar Rp 4,1 triliun pada saat itu.

Namun, pihak berwenang perlahan-lahan meruntuhkan perlawanan para aktivis. Setelah 10 jam terjadi bentrokan antara kedua belah pihak, para aktivis akhirnya berhasil 'disingkirkan' dari pohon chestnut tersebut.

Selain peristiwa itu, pada 7 Desember 1988 terjadi gempa bumi 6,9 SR yang mengguncang Spitak, Armenia. Sebanyak 25 ribu orang dilaporkan tewas, 30 ribu lainnya terluka, dan membuat 500 ribu dari 3,5 juta orang kehilangan tempat tinggal.

Sementara di tanggal yang sama tahun 2005, seorang penumpang American Airlines bernama Rigoberto Alpiza, ditembak mati aparat di Bandara Internasional Miami. Ia dicurigai memiliki bom.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.