Sukses

Polusi Cahaya di Malam Hari Ternyata Bisa 'Membunuh' Manusia

Sebuah studi menunjukkan bahwa cahaya malam hari di Bumi sekarang semakin terang dan berdampak buruk bagi kesehatan.

Liputan6.com, New York - Untuk pertama kalinya, sekelompok peneliti mempelajari gambar satelit yang memperlihatkan cahaya kota pada malam hari. Namun, mereka menemukan masalah besar yang disebabkan oleh cahaya buatan di kota tersebut.

Cahaya-cahaya itu seharusnya dapat membawa energi positif. Sayangnya, kepopuleran dari lampu LED di malam hari malah meningkatkan polusi cahaya di penjuru dunia. Para peneliti juga mengatakan, polusi cahaya dapat berdampak mengerikan terhadap kesehatan manusia dan hewan.

Sebuah studi dalam jurnal Science Advances, yang berdasarkan kepada data satelit, menunjukkan bahwa situasi malam di Bumi sekarang semakin terang. Terhitung sejak 2012 sampai 2016, sumber cahaya buatan terus meningkat hingga 2,2 persen setiap tahunnya.

Dikutip dari News.com.au, Sabtu (25/11/2017), para ahli mengatakan, cahaya buatan tersebut adalah salah satu penyebab masalah bagi tubuh. Lampu pada malam hari diketahui dapat mengganggu body clock (jam tubuh) dan meningkatkan risiko terkena kanker, diabetes dan depresi. Sedangkan dampak terburuk bagi hewan, cahaya lampu tersebut dapat membunuh mereka.

Jam tubuh adalah mekanisme pengaturan waktu internal dalam tubuh yang bekerja secara otomatis. Jam ini sudah terprogram secara genetis dan menentukan kapan waktunya untuk tidur, makan dan kegiatan lainnya.

Chris Kyba, seorang ahli fisika di German Research Center for Geosciences mengatakan, lampu LED bukanlah satu-satunya penyebab terganggunya kesehatan. Tetapi, orang-orang yang terus menerus memasang lampu (juga bersalah).

"Kita (cenderung) akan menerangi sesuatu yang belum pernah kita beri pencahayaan sebelumnya, seperti jalur sepeda di taman atau bagian dari jalan raya yang ada di bagian terluar kota yang sebelumnya lebih gelap," kata Kyba.

Pemandangan Langit Malam 

Studi ini dibantu dengan radiometer yang pertama kali dibuat khusus untuk menangkap cahaya lampu di malam hari yang diberi nama Visible Infrared Imager Radiometer Suite (VIIRS).

Radiometer adalah alat pengukur level energi dalam kisaran panjang gelombang tertentu, yang disebut channel.

VIIRS dipasang di dalam satelit National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) yang diberi nama Suomi NPP. Satelit tersebut sudah mengorbit di sekitar bumi sejak Oktober 2011.

Para peneliti hanya menganalisis lampu di malam hari selama Oktober, hal ini dilakukan untuk menghindari peningkatan cahaya lampu saat hari besar -- seperti Hari Natal.

Peningkatan cahaya lampu terjadi di seluruh Amerika Selatan, Afrika dan Asia. Sedangkan penampakan cahaya yang kurang terlihat ada di Suriah dan Yaman. Selain itu, beberapa area yang paling terang di dunia adalah Italia, Belanda, Spanyol dan Amerika Serikat.

Meskipun Milan telah bermigrasi menggunakan lampu LED dan berhasil menurunkan sinar lampunya selama 2012-2016, namun ada juga peningkatan kilau cahaya di bagian lain di Italia.

"Dengan fakta bahwa kita tidak melihat sebuah negara (berubah menjadi) lebih gelap, berarti ada cahaya lampu yang baru (dipasang) di daerah lainnya (di negara tersebut). Atau lampu yang jauh lebih terang yang ada di daerah lain menutup perbedaan ini," sebut Kyba. Affifa Zahra

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Solusi untuk Masalah

Franz Holker, seorang ahli ekologi di Leibniz Institute for Freshwater Ecology and Fisheries, mengatakan, data (dari penelitian) mengungkapkan sudah ada banyak masalah yang terjadi.

"Ada banyak orang yang menggunakan lampu pada malam hari tanpa memikirkan biaya (dari penggunaan listrik)," kata Holker kepada wartawan.

"Itu sangat mengubah cara saya dalam menggunakan lampu di malam hari," imbuh Holker setelah melihat gambar pemandangan cahaya kota pada malam hari.

Cahaya lampu pada malam hari yang berlebihan tidak hanya mengancam habitat . Lampu-lampu tersebut menghabiskan biaya hampir 7 miliar dolar Australia setiap tahunnya. Selain itu, lampu-lampu tersebut juga memberikan efek negatif bagi alam liar, kesehatan, astronomi, dan limbah energi.

J. Scott Feierabend, direktur eksekutif dari International Dark-Sky Association (IDA) di Arizona, AS mengatakan bahwa studi tersebut, "memvalidasi pesan dari IDA yang sudah dikomunikasikan bertahun-tahun" tentang seberapa bahayanya lampu buatan di malam hari.

Solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi efek dari cahaya lampu malam hari adalah dengan mematikan lampu saat orang-orang meninggalkan area tersebut. Lalu, jangan pilih lampu LED dengan warna biru atau violet, pilih lah lampu yang agak kekuningan. Para ahli mengatakan bahwa lampu dengan warna biru dan violet adalah jenis lampu yang paling berbahaya bagi hewan dan manusia.

Orang-orang juga harus memikirkan kembali asumsi mereka bahwa lampu yang dinyalakan di malam hari dapat membuat Anda merasa lebih aman.

"Tidak ada bukti bahwa lampu tambahan dapat menurunkan tingkat kejahatan," kata Travis Longcore, seorang asisten profesor di University of Southern California School of Architecture kepada AFP.

"Faktanya, ada bukti yang menunjukkan bahwa lampu tambahan akan meningkatkan tingkat kejahatan, karena para pelaku dapat melihat apa yang sedang mereka (calon korban) lakukan," imbuh Longcore.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini