Sukses

Perundingan Nasib NAFTA Masuk Ronde ke-5, Semakin Suram?

Semua anggota tak sepakat untuk satu isu perekonomian yang sama, sektor industri otomotif.

Liputan6.com, Washington, DC - Delegasi anggota pakta kerja sama perdagangan bebas kawasan Amerika Utara (NAFTA), yang terdiri dari Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko, telah melakukan pertemuan dan diskusi.

Diskusi itu -- seperti pada ronde sebelumnya -- membahas nasib dan eksistensi NAFTA ke depan, terkhusus usai Presiden Donald Trump konsisten menyatakan tak lagi berhasrat untuk terlibat dalam pakta, yang menurutnya, merugikan perekonomian AS.

Usai ronde kelima perundingan NAFTA yang berakhir pada Selasa 21 November lalu, tidak ada kemajuan yang dapat dicapai atas beragam isu yang selama ini diperdebatkan oleh masing-masing anggota. Semua anggota tak sepakat untuk satu isu perekonomian yang sama, yaitu sektor industri otomotif. Demikian seperti dikutip dari CNN Money, Rabu (22/11/2017).

"Meskipun kami telah membuat kemajuan dalam beberapa upaya untuk memodernisasi NAFTA, saya tetap prihatin tentang tidak adanya kemajuan. Kami tak melihat bukti bahwa Kanada atau Meksiko berniat serius untuk memulihkan keseimbangan dagang," kata Delegasi Perdagangan AS Robert Lightizer.

Sementara Menteri Luar Negeri Kanada Chrystia Freeland mengatakan bahwa AS mengajukan proposal ekstrem yang tak dapat disetujui oleh Negeri Maple.

"Beberapa proposal itu tak hanya akan merugikan Kanada, tapi juga AS," kata Freeland mengomentari relasi ekonomi kedua negara di sektor industri otomotif.

Sedangkan delegasi Meksiko yang hadir, ikut mengkritisi proposal yang diajukan oleh pemerintah AS.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Industri Otomotif Jadi Polemik Utama NAFTA

Amerika Serikat menganggap bahwa relasi ekonomi dengan Meksiko di bidang industri otomotif dalam mekanisme NAFTA cenderung merugikan, menyebabkan neraca perdagangan yang defisit bagi Washington.

Pemerintahan Trump berniat untuk 'menulis ulang' skema tersebut. Namun, rencana itu justru ditentang tak hanya oleh Meksiko, tapi juga Kanada.

Isu utama lain yang menjadi polemik adalah tentang skema kesepakatan perpanjangan masa perjanjian NAFTA antara ketiga negara.

Washington mengusulkan klausul di mana kesepakatan NAFTA akan berakhir setiap lima tahun. Lewat dari itu, pakta akan berakhir, kecuali ketiga anggota sepakat bersama memperbaharui kesepakatan untuk lima tahun ke depan.

Hal ini dianggap oleh Meksiko dan Kanada sebagai celah bagi AS untuk secara permanen keluar dari NAFTA. Negeri Aztec justru mengusulkan bahwa setiap negara tak hanya sekadar menyepakati pakta, tetapi juga memiliki obligasi untuk memeriksa biaya dan manfaat NAFTA setiap lima tahun.

Sedangkan Kanada bersikukuh untuk tetap mendukung kelancaran NAFTA dan mengusulkan kesepakatan perekonomian yang adil bagi ketiga negara anggota.

Sejak terpilih sebagai Presiden AS, Donald Trump konsisten menyalahkan NAFTA atas hilangnya ratusan ribu pekerjaan bagi warga Negeri Paman Sam, terutama di bidang pekerjaan manufaktur.

Ia juga mencerca defisit perdagangan AS - Meksiko sekitar US$ 60 miliar pada tahun lalu. Washington juga mengalami defisit dengan Kanada, meski bernilai kecil.

Sejumlah riset ekonomi justru berpendapat sebaliknya. NAFTA tidak memicu hilangnya ratusan ribu pekerjaan bagi warga AS, melainkan kemajuan teknologi yang mendorong otomasi dan menggeser tenaga kerja manusia.

Kamar Dagang AS mengatakan, 14 Juta pekerjaan di AS sangat bergantung dengan Kanada dan Meksiko, yang mengalami peningkatan sejak NAFTA disepakati pertama kali pada 1994 lalu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini