Sukses

Eks Bodyguard: Donald Trump Tolak 5 'PSK' Pemberian Rusia

Mantan bodyguard Donald Trump beberkan kesaksian tentang Rusia yang menawarkan lima perempuan untuk Donald Trump.

Liputan6.com, Washington, DC - Mantan kepala keamanan untuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan kesaksian baru soal dugaan skandal hubungan Trump dengan Rusia. Kesaksian itu diutarakan saat rapat dengar pendapat dengan Komite Intelijen Kongres AS awal pekan ini.

Keith Schiller, mantan kepala keamanan Trump Organization dan eks Direktur Oval Office Operations (kesekretariatan pribadi kepresidenan), menyebut, pihak Rusia pernah akan memberikan lima perempuan kepada Trump saat dirinya berkunjung ke Moskow pada 2013 untuk menghadiri kontes kecantikan Miss Universe.

Lima perempuan itu diduga sebagai pekerja seks.

Schiller melanjutkan, pihak Rusia mengutarakan rencana tersebut kepadanya terlebih dahulu, mengingat statusnya yang saat itu menjabat sebagai kepala keamanan sekaligus pengawal pribadi yang paling dekat dengan Donald Trump.

Namun, Schiller tertawa mendengar rencana yang diutarakan oleh pihak Rusia dan menganggapnya sebagai lelucon. Meski begitu, rencana itu tetap disampaikan kepada Trump -- yang ikut menertawai hal tersebut.

Kemudian, Schiller -- mewakili Trump saat itu -- menolak tawaran Rusia yang akan memberikan lima perempuan kepada pimpinannya. Demikian seperti dikutip dari CNN, Jumat (10/11/2017).

Diduga, figur yang hendak memberikan lima perempuan kepada Trump adalah seorang Rusia pengiring selebritas Negeri Beruang Merah, Emin Agalarov. Ayah Emin merupakan miliarder yang dekat dengan Trump sekaligus Presiden Rusia Vladimir Putin.

Trump-Russia Dossier

Awal pekan ini, Komite Intelijen Kongres AS memanggil Keith Schiller dalam sebuah rapat dengar pendapat tertutup, sebagai bagian dari pemeriksaan skandal dugaan kedekatan Donald Trump dengan Rusia (Trump-Russia Dossier).

Trump-Russia Dossier -- lazim pula dikenal sebagai Steele Dossier -- merupakan dugaan skandal kedekatan sang miliarder nyentrik dengan pihak Negeri Beruang Merah kala Pilpres AS 2016 dan tahun-tahun sebelumnya.

Rumor itu mencuat setelah Christopher Steele, mantan agen badan intelijen Inggris MI6 membocorkan sejumlah dokumen seputar dugaan skandal tersebut. Dokumen itu kemudian diunggah mentah oleh media AS, BuzzFeed, pada 10 Januari 2017.

Dokumen tersebut lantas mengawali munculnya spekulasi tentang intervensi Rusia guna memenangkan Trump dalam Pilpres AS 2016.

Sementara itu, menurut Steele, informasi kontroversial yang terkandung dalam dokumen tersebut sengaja dimanfaatkan pihak Rusia untuk memeras Trump.

Sang presiden sendiri membantah isi seluruh dokumen tersebut, menyebutnya sebagai "palsu".

Salah satu dokumen Dossier itu berisi dugaan skandal aksi cabul Donald Trump pada 2013 kala berkunjung ke Moskow pada 2013 untuk menghadiri kontes kecantikan Miss Universe.

Dugaan skandal itu tercantum dalam situs Daily Caller, media konservatif berbasis di Amerika Serikat.

Keith Schiller adalah salah satu saksi yang dipanggil oleh Komite Intelijen Kongres AS terkait dugaan skandal tersebut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pengacara Schiller Mempertanyakan Kredibilitas Komite

Pengacara Schiller, Stuart Sears, mempertanyakan kredibilitas anggota Komite dalam melakukan penyelidikan.

"Kami terkejut dengan bocornya dokumen yang beberapa di antaranya berasal dari partisan di dalam Kongres AS, yang kini menjadi bagian dari Komite tersebut. Sangat memalukan bahwa Komite yang melakukan penyelidikan, konon ikut membocorkan informasi yang memfitnah Schiller," kata Sears.

Sears juga mengatakan bahwa Komite Intelijen Kongres AS seharusnya tidak hanya memusatkan pemeriksaan pada kliennya seorang. Komite juga harus menyelidiki individu yang membocorkan dokumen "Dossier" tersebut, yang di dalamnya terkandung kesaksian Schiller yang menyesatkan.

Selama memberikan kesaksian di rapat dengar pendapat Komite Intelijen Kongres AS, Schiller tak mengetahui tentang dugaan skandal perilaku cabul serta berbagai spekulasi tentang relasi Trump-Rusia yang terkandung di dalam dokumen Steele Dossier.

Schiller juga tak tahu-menahu soal langkah Presiden Trump yang melakukan pemecatan sepihak terhadap Direktur FBI James Comey awal tahun lalu. Meski begitu, Schiller mengakui bahwa dirinyalah orang yang mengantarkan memo pemecatan Comey.

Hingga kini, Gedung Putih menolak untuk memberikan komentar seputar hal itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.