Sukses

Riset: Sendiri dan Menjauh dari Gadget Penting untuk Kesehatan

Kesendirian dan jauh dari gadget merupakan cara yang diperlukan nan sehat untuk menata ulang otak manusia.

Liputan6.com, Jakarta - Bagi sebagian manusia, merasa sendirian lebih menakutkan dibandingkan dengan tantangan lain yang kita hadapi dalam hidup.

Kesendirian (solitude) sungguh menakutkan. Sehingga, bagi sebagian besar orang, menyibukkan diri dengan berbagai aktivitas tertentu -- termasuk kegiatan yang membahayakan diri -- jauh lebih baik ketimbang diam sendirian. 

Sementara itu, seperti dikutip dari theladders.com (8/11/2017), daripada melakukan hal yang membahayakan diri untuk mengatasi kesendirian, beberapa teknologi seperti gadget atau telepon pintar mampu menjadi solusi alternatif.

Dengan kehadiran perangkat cerdas, seorang individu tak pernah benar-benar sendirian tanpa seorang teman bicara atau tidak melakukan apa-apa. Selalu saja ada aplikasi untuk ditelusuri dan orang untuk dihubungi.

Akan tetapi, menurut suatu penelitian yang dilaporkan dalam Personality and Social Psychology Bulletin, kesendirian dan jauh dari gadget justru suatu keharusan bagi setiap manusia untuk mengisi ulang (recharge) dan menata ulang (reset) otak yang bekerja berlebihan (overstimulated).

Metode Penelitian

Para peserta penelitian bertajuk "Solitude as an Approach to Affective Self-Regulation" dibagi dalam 2 kelompok.

Pertama adalah mereka yang perlu berbicara dengan seorang peneliti tentang riset mereka dan ke-dua adalah kelompok lain yang menjauh dari perangkat elektronik dan duduk diam selama 15 menit.

Mahasiswa-mahasiswa yang berbicara dengan si peneliti tidak mengalami perubahan apapun, tapi mereka yang menjalani kesendirian mengalami penurunan perasaan-perasaan positif dan aura negatif mempengaruhi mereka, seperti keceriaan, marah, dan kecemasan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harus Melakukan Apa?

Jika kita perlu menata ulang (reset) emosi-emosi kita, pergilah ke suatu tempat di mana kita bisa sendirian saja.

Penelitian itu menyimpulkan, "Rangkaian penelitian menengarai bahwa orang bisa memanfaatkan kesendirian atau variasi-variasi lain kesendirian untuk mengatur tingkat perasaan (affective) mereka, menjadi tenang setelah keceriaan, kalem setelah sebuah episode marah, atau memusatkan diri secara damai ketika menginginkannya."

Penurunan intensitas emosi-emosi negatif memang bagus, tapi bagaimana orang bisa lebih menikmati kesendirian sehingga mereka bisa kalem dan damai tanpa menjadi kesepian?

Hal itu bisa dicapai ketika memandang kesendirian sebagai suatu kesempatan dan bukan sebagai hukuman. Maka, hal itu berdampak kepada caranya otak kita memandang waktu untuk sendirian tersebut.

Para peneliti mendapati bahwa peserta-peserta penelitian melaporkan dirinya tidak sedemikian kesepian dan lebih kalem ketika mereka secara aktif memilih untuk sendirian.

Jadi, ketika nanti kita merasa kewalahan dengan emosi-emosi kita, matikan telepon genggam dan menjauhlah dari rekan-rekan yang cerewet.

Kesempatan itu bisa menjadi kelegaan kecil namun berdampak agar kita bisa terus berjalan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini