Sukses

Diselimuti Asap, Ibu Kota India Berstatus Darurat Kesehatan

New Delhi tengah dihadapkan pada situasi darurat kesehatan setelah kabut asap tebal 'menyelimuti' Ibu Kota India tersebut.

Liputan6.com, New Delhi - Asosiasi Medis India mengumumkan New Delhi saat ini sedang menghadapi 'darurat kesehatan' setelah kabut asap tebal menutupi kota tersebut.

Menurut pihak Kedutaan Amerika Serikat, otoritas berwenang New Delhi menyatakan, tingkat partikel polutan kecil yang berbahaya bagi kesehatan telah meningkat dua kali lipat dari ambang batas seharusnya.

Kepala Asosiasi Medis India Krishan Kumar Aggarwal mengatakan kepada kantor berita AFP, "Kami telah mengumumkan darurat kesehatan masyarakat di New Delhi sejak polusi berada pada titik yang mengkhawatirkan."

"Pihak berwenang New Delhi harus melakukan segala upaya untuk menanggulangi ancaman ini," tukasnya.

Badan Kesehatan Dunia PBB (WHO) pada 2014 mengatakan, New Delhi telah menjadi kota paling tercemar di dunia dengan kualitas udara yang lebih buruk dari Beijing.

Untuk mengurangi polusi, pembangkit listrik di New Delhi dan sejumlah ruas jalan ditutup sementara waktu. Namun langkah ini justru menuai protes warga. Demikian seperti dikutip dari Independent pada Rabu (8/11/2017).

Seorang agen real estate Vipin Malhotra menuturkan pada The Times of India, "Ini merupakan masalah yang berulang, dan kita harus segera menemukan solusi cepat dan tepat sebelum terlambat. New Delhi kini menjadi tak layak huni, terutama bagi anak, setelah polusi mencapai tingkat yang tak dapat dikendalikan."

Merujuk pada AFP, kembang api pada perayaan Diwali turut menambah campuran beracun pada kandungan polusi.

Polusi terbentuk dari asap mesin diesel dan pembangkit listrik berbahan bakar batubara, serta emisi yang dihasilkan industri.

Saat musim dingin mendekat, udara dingin menangkap polutan, mencegah penyebaran udara bersih di atmosfer. Kualitas udara selanjutnya semakin memburuk dengan pembakaran tunggul tanaman di luar kota New Delhi.

Praktik tersebut sebelumnya telah dilarang, namun masih dilakukan secara luas oleh petani di musim panen yang terjadi di India Utara.

Wali Kota New Delhi, Arvind Kejriwal, meminta Manish Sisodia selaku Menteri Pendidikan untuk menutup sekolah selama beberapa hari akibat tingginya tingkat polusi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Polusi di India Membunuh 1,1 Juta Orang Setiap Tahunnya

Sebuah penelitian menyebutkan, India sekarang menyaingi China sebagai negara paling mematikan dalam urusan polusi. Padahal, peringatan sudah banyak diberikan akan sumbangsih pembakaran batu bara dalam pencemaran udara.

Namun demikian, seperti dikutip dari Seeker, ketika angka kematian terkait polusi udara di China sudah mulai tetap, angka serupa di India tengah menanjak. Kadar asap di kota-kota besar terus-terusan melebihi batas paparan aman.

India meraih rekor peningkatan 50 persen angka kematian dini terkait partikel udara yang disebut PM 2,5 antara 1990 dan 2015.

Partikel-partikel mikroskopis itu sangat ringan, sehingga mengambang di udara dan menempel jauh di dalam paru-paru. Partikel itu telah dikaitkan dengan peningkatan angka kanker paru, bronkitis akut, serta penyakit jantung.

Menurut laporan terbitan Health Effects Institute dan Institute for Health Metrics and Evaluation, India sekarang mendekati China untuk angka kematian terkait PM2,5.

Bersama-sama, dua raksasa Asia itu bertanggungjawab atas lebih dari setengah angka kematian global terkait paparan PM 2,5, demikian menurut laporan tersebut.

Upaya-upaya untuk mengurangi asap di China telah membawa angka kematian dini hampir tetap pada 1,1 juta orang per tahun sejak 2005. Di India, angka itu menanjak dari 737.400 kematian dini per tahun pada 1990 menjadi 1,09 juta kematian dini per tahun pada 2015.

Ajay Mathur, direktur jenderal di Energy and Resources Institute di Delhi mengatakan, "Jelaslah perlu lebih banyak upaya bersama untuk mengatasi dampak buruk polusi udara di India."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.