Sukses

'Relasi Terlarang' Menteri Perdagangan AS Dikuak Paradise Papers

Menteri Perdagangan Amerika Serika Wilbur Ross diduga memiliki kedekatan dalam aspek bisnis dengan Rusia dan Venezuela.

Liputan6.com, Washington, DC - Menteri Perdagangan Amerika Serika Wilbur Ross diduga memiliki kedekatan dalam aspek bisnis serta ekonomi dengan Rusia dan Venezuela.

Dugaan itu muncul setelah 13,4 juta dokumen skandal surga pajak (tax havens) -- yang secara kolektif diberi nama Paradise Papers -- mencuat ke publik.

Menurut dokumen Paradise Papers, perusahaan Ross -- Navigator Holdings yang bergerak di bidang perkapalan -- diduga memliki hubungan bisnis yang kuat dengan firma energi asal Rusia SIBUR.

Sedangkan firma energi SIBUR diketahui dikelola oleh Kirill Shamalov -- menantu Presiden Rusia Vladimir Putin -- serta sejumlah konglomerat dan figur elite Negeri Beruang Merah. Demikian seperti dikutip dari Newsweek, Selasa (11/7/2017).

Sejumlah konglomerat dan figur elite yang mengelola SIBUR diketahui telah dijatuhi sanksi ekonomi oleh AS atas keterlibatan mereka dalam aktivitas finansial ilegal.

Menurut dokumen Paradise Papers, relasi kedua perusahaan itu sangat menguntungkan SIBUR. Tahun lalu saja, firma energi itu mendulang keuntungan senilai US$ 51 juta, hasil relasi bisnis dengan Navigator Holdings.

Informasi yang muncul dari Paradise Papers dinilai cukup mengejutkan. Karena, saat proses konfirmasi latar belakang jelang dirinya menjabat sebagai menteri, Wilbur tak mengakui adanya relasi dengan Rusia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ross dengan Venezuela

Sementara itu, dokumen Paradise Papers juga mengungkap relasi bisnis bernilai jutaan dollar antara Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross dengan perusahaan minyak milik pemerintah Venezuela, Petróleos de Venezuela (PDVSA).

Perusahaan Menper Ross Navigator Holdings dilaporkan menerima pemasukkan jutaan dollar setiap tahunnya, karena telah menyediakan jasa perkapalan untuk distribusi minyak PDVSA.

Perusahaan minyak negara tersebut menyumbang US$ 33,7 juta pada tahun 2014 dan US$ 36,7 juta pada tahun 2015 bagi pendapatan. Demikian menurut laporan surat kabar Venezuela El Nacional.

PDVSA diketahui memanfaatkan sekitar 29 kapal tanker Navigator Holdings untuk membawa bahan bakar gas cair ke wilayah klien sepanjang tahun itu.

Selain itu, sejak April 2017 hingga kini, menurut surat kabar El Nacional, Navigator Holdings juga menawarkan layanan transportasi maritim yang biasanya mencakup rute Venezuela - Karibia.

Kabar Muncul di Tengah Sanksi AS pada Venezuela

Pemerintahan Presiden AS Donald Trump menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Venezuela. Sanksi itu berisi larangan entitas bisnis asal Negeri Paman Sam untuk mendanai pemerintahan Presiden Nicolas Maduro.

Kendati demikian, relasi antara perusahaan yang dikelola oleh Menper AS Wilbur Ross dengan PDVSA tidak melanggar ketetapan sanksi yang dijatuhi oleh Washington. Karena, sanksi tersebut tidak berlaku untuk jenis hubungan komersial.

Meski begitu, sejak tahun lalu, pihak Navigator Holdings mengakui adanya risiko melakukan relasi komersial dengan perusahaan minyak negara Venezuela, mengingat krisis ekonomi dan politik yang telah melanda kawasan tersebut.

"Kami memahami adanya ketidakpastian yang signifikan terkait dengan berbisnis dengan perusahaan milik negara," tulis laporan tahunan Navigasi Holdings pada 2016.

"Kami tidak dapat memprediksi bagaimana kebijakan pemerintah dapat berubah di bawah pemerintahan Venezuela saat ini atau masa depan, dan kebijakan pemerintah masa depan dapat memberikan dampak buruk yang besar terhadap bisnis, kondisi keuangan dan hasil operasi kami."

Wilbur Ross -- yang seperti Presiden Donald Trump -- merupakan pegiat bisnis dan investor ulung. Pada 1990-an, ia dilaporkan sebagai sosok yang 'menyelamatkan' Trump dan perusahaannya dari ambang kebangkrutan.

Di usianya yang ke-79 tahun, Ross diangkat oleh Presiden Trump menjadi Menteri Perdagangan. Sejak duduk di kursi pemerintahan, Ross dilaporkan melakukan divestasi dari sejumlah perusahaan, sebuah langkah yang ia nilai sebagai upaya untuk menghindari 'konflik kepentingan.'

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.