Sukses

Tidur di Kasur Tipis...Begini Nasib 11 Pangeran Arab yang Ditahan

Ritz Carlton Hotel di Riyadh menjadi lokasi penahanan 11 pangeran, empat menteri, dan puluhan tokoh elite Arab Saudi.

Liputan6.com, Riyadh - Ritz Carlton Hotel di Riyadh menjadi lokasi penahanan 11 pangeran, empat menteri, dan puluhan tokoh elite Arab Saudi yang ditangkap atas tuduhan korupsi. Mereka diciduk dalam upaya pembersihan antikorupsi terbesar dalam sejarah negara kaya minyak itu.

Meski ditahan di hotel mewah, kondisi mereka jauh dari nyaman. Sejumlah foto dan video beredar di Arab Saudi, menunjukkan para pangeran, menteri, dan pebisnis tidur di kasur tipis yang digelar di atas karpet. Tubuh mereka dibalut selimut.

Mereka diduga ditahan di sebuah ruangan aula (function hall) yang memiliki arsitektur mewah.

Sumber-sumber di Arab Saudi, seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa (7/11/2017), di antara mereka yang ditahan adalah miliarder sekaligus investor, Pangeran Alwaleed bin Talal, keponakan Raja Salman, sekaligus masuk daftar orang terkaya di dunia versi Forbes.

Kekayaannya diperkirakan mencapai US$ 18 miliar, sahamnya tersebar di banyak perusahaan ternama di dunia, termasuk Twitter, Lyft, Citigroup.

Selain merekam orang-orang yang sedang tidur beralaskan kasur, video yang beredar luas di dunia maya juga menunjukkan keberadaan senjata.

Beredar foto dan video yang menunjukkan kondisi 11 pangeran Arab yang ditahan (Twitter/@MBNSaudi)

Para tahanan diduga dijaga ketat aparat bersenjata. Sebelumnya, dikabarkan, jaringan internet nirkabel di hotel tersebut diputus, agar para pangeran dan pejabat tinggi itu tak bisa berhubungan dengan dunia luar.

Meski belum ada konfirmasi mengenai kebenarannya, momentum beredarnya foto dan video bertepatan dengan keluarnya pernyataan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang mendukung sosok di balik penangkapan tersebut, Putra Mahkota Mohammed bin Salman, pria 32 tahun yang diduga berambisi kuat mewarisi takhta dari ayahnya yang telah sepuh, Raja Salman bin Abdulaziz al Saud.

"...Beberapa dari mereka yang diperlakukan kasar telah 'memerah' negara itu selama bertahun-tahun!" tulis Trump dalam akun Twitternya, saat ia bersiap bertolak dari Jepang ke Korea Selatan.

Dukungan tersebut memperkuat dugaan bahwa Amerika Serikat berada di belakang sang putra mahkota. Donald Trump mungkin juga punya motif pribadi: miliarder Alwaleed bin Talal adalah salah satu sosok yang rajin mengkritiknya.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ironi di Arab Saudi

Miliarder Alwaleed bin Talal ditahan bersama 10 pangeran lain dan 38 pejabat Arab Saudi.

Foto dan video yang beredar membantah rumor yang menyebut bahwa para tahanan mendapatkan akomodasi bintang lima di Ritz-Carlton setelah ditangkap pada Sabtu malam 4 November 2017.

Ironisnya, ruangan tempat mereka ditahan pada bulan lalu menjadi lokasi penyelenggaran Future Investment Conference, ajang berkumpulnya para pemimpin bisnis dunia.

Pangeran Mohammed memanfaatkan momentum tersebut untuk menegaskan komitmennya untuk mengubah arah Arab Saudi menjadi 'Islam moderat'. Beberapa dari mereka yang diciduk hadir di sana.

Sementara, Alwaleed menggunakan konferensi tersebut untuk berbicara dengan CNBC tentang flotasi perusahaan migas raksasa Saudi Aramco. Itu mungkin menjadi pernyataan terakhirnya pada publik.

Pangeran Alwaleed dituduh melakukan pencucian uang, penyuapan dan pemerasan, kata seorang pejabat.

Hotel itu juga menjadi tuan rumah ketika Donald Trump mengunjungi Arab Saudi, dalam lawatan pertamanya ke luar negeri. Di sanalah ia bertemu dengan putra mahkota -- yang kala itu masih jadi wakil putra mahkota.

Presiden AS, Donald Trump dan Wakil Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman menuju ruang makan resmi Gedung Putih, Selasa (14/3). Pertemuan dengan Mohammed merupakan yang pertama kalinya sejak Trump dilantik sebagai presiden. (NICHOLAS KAMM/AFP)

Penangkapan yang dimulai Sabtu malam juga menangkap sejumlah tokoh penting. Terutama, Pangeran Miteb bin Abdullah, yang selama empat tahun terakhir memimpin Garda Nasional, dan Pangeran Adel Fakeih, yang merupakan menteri ekonomi.

Pangeran Miteb, putra Raja Abdullah, pernah dianggap sebagai pesaing takhta bagi Putra Mahkota Mohammed bin Salman. 

Pangeran Miteb bin Abdul Aziz saat berada di Janadriyah di Saudi, Riyadh pada 15 Februari 2008. Pangeran Miteb yang juga Menteri Garda Nasional ditangkap Komite Anti-Korupsi Saudi atas dugaan korupsi pengadaan Walkie-Talkie. (AFP Photo/Hassan Ammar)

Jaksa agung Arab Saudi menggambarkan penangkapan tersebut sebagai 'fase pertama'. Masih ada lagi yang akan ditangkap?

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.